Typo bertebaran 🙏
HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
" kau sudah berani membuatku khawatir baby jadi siap - siap akan hukumanmu nanti " ucap Harlan tersenyum miring.
...
Ucapan Harlan dua hari yang lalu terus berputar diotak Nathala. Tak henti - hentinya gadis itu memikirkan perkataan Harlan yang membuatnya semakin takut.
Ntah hukuman apalagi yang akan ia dapat ia akan pasrah mungkin menurut satu - satunya cara agar ia selamat. Hingga sapaan seseorang membuyarkan lamunanya.
" selamat pagi nona " sapa seorang dokter muda yang tak lain adalah Linia.
Linia tersenyum menatap Nathala yang sedari tadi hanya melamun.
" saya akan memeriksa kondisi nona, sepertinya sudah mulai membaik " ucap Linia yang mulai menempelkan teleskopnya.
Nathala hanya diam menatap Linia yang tengah memeriksanya. Hingga Linia dibuat bingung akan ucapan Nathala.
" tolong aku " ucap Nathala menatap Linia penuh harap.
" nona butuh sesuatu ? " tanyanya.
" bisakah kau membawaku pergi jauh dari kota ini ? Aku takut " ucap Nathala yang mulai menitihkan air matanya.
" maksud nona? nona ingin pergi? " tanya Linia yang masih belum mengerti akan maksud Nathala.
" bawa aku pergi dari kota ini aku mohon padamu, aku mohon bawa aku pergi sebelum pria itu datang kembali " ucap Nathala.
Linia mulai mengerti akan maksud Nathala. Linia menatap Nathala yang sudah menangis tersedu - sedu.
Ia benar - benar tak tega melihat Nathala seperti ini. Bahkan saat dirawat pun Nathala hanya diam tanpa mau berbicara dan baru kali ini ia berbicara.
Linia tau jika ia membantu Nathala ia harus siap akan konsekuensinya. Tapi disatu sisi Linia merasa iba kepada Nathala.
Lama berkutik dengan pikirannya akhirnya ia memutuskan untuk membantu Nathala. Ntah konsekuensi apa yang akan ia dapat ia siap.
" apa nona bisa berlari ? " tanya Linia.
Nathala menatap Linia dan menganggukan kepala sebagai jawaban.
" baiklah sebentar " ucapnya dan melepas jas putihnya.
" nona pakai ini " ucapnya memberikan jas putih itu.
Linia juga memberikan sebuah masker kepada Nathala.
" nona bawa nampan berisi obat ini agar tak ada yang curiga " ucapnya.
Linia mulai mengitip melalui celah pintu. Sepi, hanya ada beberapa dokter dan perawat yang berlalu lalang.
Linia menatap Nathala yang telah siap dengan jas putihnya serta masker.
" siap ? " tanyanya.
Nathala mengangguk sebagai jawaban. Jujur saja kini jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
Linia dan Nathala mulai keluar, tak ada satu pun yang mencurigainya. Bahkan ia menyapa beberapa perawat dan dokter yang berlalu lalang.
Linia membawa Nathala diruang pribadinya. Ia meminjamkan pakaian untuk Natahla agar tak dicurigai bahwa ia adalah pasien.
Nathala menerima pakaian itu dengan tersenyum. Ia memeluk Linia dengan air mata bahagianya.
" terima kasih telah membantuku " ucapnya.
" aku benar - benar bertrima kasih padamu, aku tak tau harus membalasnya dengan apa " ucap Nathala dengan air mata yang mengalir.
Linia membalas pelukan Nathala.
" aku senang bila kau senang, cepat pergi dari sini sebelum tuan kembali " ucap Linia.
Nathala mengangguk dan melepas pelukannya. Ia segera berganti pakaian dan pergi sebelum Harlan datang.
...
" ini untuk nona " ucap Linia memberikan selembaran uang pada Nathala.
Nathala menerima uang itu.
" semoga berhasil " lanjut Linia tersenyum.
" trimakasih banyak akan kupastikan aku membalas kebaikanmu " ucapnya.
Linia tersenyum dan menganguk. Nathala mulai keluar dari ruang pribadi Linia. Ia mulai berjalan menuju pintu keluar. Berlari kecil menuju jalanan kota untuk mencari sebuah taksi.
Setelahnya Nathala memberhentikan sebuah taksi. Ia mulai memasuki taksi itu dan bernapas lega.
" nona ingin pergi kemana? " tanya sang sopir.
Nathala bingung, ia harus pergi kemana? Bahkan ia tak tau jalan kota ini. Ia berfikir keras.
" bawa aku jauh dari kota ini, mungkin menuju pedesaan yang lebih asri " ucapnya memutuskan.
Sang sopir menganguk mengerti dan mulai melaju menuju tempat yang dituju. Cukup lama jarak yang ditempuh Nathala dan akhirnya ia sampai.
Disebuah desa yang masih asri dengan pepohonan dan udara yang sejuk. Nathala membayar ongkos taksi dan berucap trimakasih kepada sang sopir.
Ia mulai berjalan memasuki desa dan bertanya kepada beberapa orang untuk mencari sebuah rumah atau pekerjaan.
Berbeda dengan seorang pria yang tengah duduk dikursi kebesarannya. Pria itu tersenyum miring setelah mengetahui informasi bahwa gadisnya telah kabur.
Ia bangkit dari duduknya menatap tajam semua objek yang ada. Satu persatu benda yang terdapat dirungan itu hancur berserakan.
" beraninya kau kabur dariku Nathala " ucapnya dengan napas yang memburu.
" aku tak akan mengampunimu " ucapnya lagi.
Harlan mulai berjalan keluar menuruni beberapa anak tangga dan berteriak memanggil nama tangan kanannya.
" HARIS!! " panggilnya dengan suara yang menggema.
Tanpa babibu Haris pun langsung datang tepat dihadapan Harlan.
" CEPAT CARI GADISKU!! " ucap Harlan marah.
" CARI DISELURUH KOTA!! JIKA SAMPAI KAU TAK MEMEMUKANYA MAKA KU PENGGAL KEPALAMU!! " ucap Harlan tajam.
Haris pun segera melaksanakan perintah tuanya itu. Di ikuti anak buahnya untuk mencari keseluruh kota.
" aku tak akan melepaskanmu Nathala " gumamnya.
...
Hola semua
Apa kabar nii??
Semoga sehat selalu yaa
Untuk part kali ini gimana? Bagus ga??
Kira - kira gimana nasib Nathala yaa??
Dan gimana nasib dokter Linia yang nolongin Nathala??
Yang kepo lanjutanya komen dong atau vote biar aku semangat nulis.
🙌🙌🙌
THANK YOU