Hujan Terakhir ✓

Por Indahmendung

1.8M 56.8K 3.5K

Meskipun orang tua Prada berusaha untuk bersikap dan berlaku adil kepada kedua putrinya. Namun sejak kecil, P... Más

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 5
Chapter 6

Chapter 4

63.4K 9.5K 544
Por Indahmendung

Selamat membaca 😁

"Lo udah bilang belum ke orang tua lo kalau kita ngelamar kerja di perusahaan Singapore?" tanya Fani.

"Belum, nanti aja kalau kita udah keterima kerja di sana," jawab Prada ringan.

"Lah, terus kalau mereka nggak kasih ijin lo kerja ke luar negeri gimana?"

"Gue bukan anak kesayangan, jadi nggak mungkin dilarang," sahut Prada.

Fani menatap Prada intens.

"Semoga aja, deh," ujar Fani.

"Oh iya, tumben banget lo tadi dianter sama bokap lo. Biasanya juga lo ke mana-mana sendiri," ucapnya heran.

"Sebenarnya gue mau berangkat sendiri, tapi bokap nyuruh gue berangkat bareng," ungkap Prada.

"Widih, kesambet apa bokap lo?"

Prada menaikkan kedua bahunya tak acuh.

"Tapi bukannya itu suatu kemajuan, ya? Kan jarang-jarang om Aji mau anterin lo pergi," kata Fani.

Prada termenung sejenak.

"Mungkin," ucapnya singkat.

"Gue berharap hubungan lo sama orang tua lo semakin membaik," tutur Fani.

Prada tersenyum. "Gue juga berharap kayak gitu, Fan."

"Tapi itu dulu," imbuhnya.

"Kalau sekarang gue udah nggak peduli lagi," pungkas Prada dengan tatapan menerawang jauh ke depan.

"Gue ngerti perasaan lo. Pasti masih sulit buat lo nerima perlakuan mereka selama ini," ujar Fani.

"Walaupun hubungan kalian membaik, tapi gue rasa lo tetap akan ngerasa hambar," sambungnya.

"Percuma juga memperbaiki hubungan di saat gue udah nggak butuh kasih sayang mereka lagi," pungkas Prada dengan raut wajah yang sulit dijelaskan.

Setelah cukup lama berada di rumah Fani, Prada akhirnya pulang ke rumah dengan mengendarai grab.

Setibanya di rumah, dia langsung menuju kamar.

Namun ketika Prada berniat menekan ganggang pintu, ada seseorang yang memanggil namanya.

"Prada."

Prada menoleh ke belakang, dan mendapati Endang tengah berjalan ke arahnya dengan pakaian rapi.

"Mama mau belanja bulanan, temenin Mama, yuk?" ajak Endang.

"Kenapa nggak pergi sama Nada aja, Ma? Kayak biasanya," sahut Prada.

"Dia mau pergi ke tempat agensi, makanya nggak bisa nemenin Mama belanja," ungkap Endang.

Prada menatap Endang intens. "Maaf, Ma. Aku sibuk nyiapin CV."

"Sebentar saja nggak bisa?" tanya Endang.

"Nggak bisa, Ma. Mungkin lain kali aja," jawab Prada sembari membuka pintu kamar.

Dia lalu masuk ke dalam dan mengabaikan Endang yang masih berdiri di tempatnya saat ini.

Endang menatap pintu kamar Prada dengan tatapan lemah. Dia lalu berjalan mendekat ke arah pintu. "Prada mau nitip apa?" tanyanya dari luar pintu.

"Nggak ada," sahut Prada dari dalam.

Raut wajah Endang tampak lesu. Dia pun pergi menjauh dari kamar Prada.

Setelah Endang pergi, Prada keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur berniat untuk mengambil minum.

Selesai mengambil minum, dia berniat kembali ke dalam kamar. Namun, suara ketukan pintu menghentikan langkahnya.

Prada pun membalik tubuh dan berjalan ke arah pintu. "Iya, tunggu," sahutnya.

Dan ketika dia membuka pintu, dia sedikit terkejut saat mendapati orang yang datang ternyata adalah Rico.

"Kak Rico," gumam Prada masih tidak menyangka.

Rico tersenyum simpul. "Hai," sapa-nya ramah.

"Emm, hai," sahut Prada tampak canggung saat membalas senyuman Rico.

"Tumben Kak Rico bisa datang ke sini? Memangnya sekarang Kakak nggak sibuk?" tanya Prada.

"Aku sengaja meluangkan waktu buat Nada," ungkap Rico.

"Dia katanya mau datang ke agensi model, makanya minta aku anterin," imbuhnya.

Raut wajah Prada seketika berubah masam saat mengetahui alasan Rico datang ternyata karena Nada.

"Oh." Prada seperti kehilangan kata-kata.

"Nada sudah siap belum, ya?" tanya Rico.

"Emm, Kak Rico tunggu dulu aja di dalem. Mungkin sebentar lagi Nada selesai," sahut Prada tetap berusaha tegar, meski hatinya berdenyut nyeri.

Rico mengangguk. Lalu dia masuk ke dalam dan duduk di sofa menunggu Nada.

"Aku buatin minum dulu, Kak." Prada berniat pergi ke dapur.

"Nggak usah, lagipula aku juga cuma sebentar di sini," ujar Rico.

"Duduk aja, temenin aku ngobrol," sambungnya.

Prada menuruti ucapan Rico dan duduk di sofa depan pria itu.

"Kamu nggak ada acara, Pra?" tanya Rico.

"Ini aku barusan pulang dari rumah Fani. Habis bahas kerjaan," jawab Prada.

"Kamu sudah memutuskan mau kerja di mana?"

Prada mengangguk.

"Di mana?"

"Nanti juga Kakak akan tau sendiri," sahut Prada.

"Di mana pun nanti kamu kerja, kalau bisa cari yang dekat-dekat saja. Biar kamu nggak jauh dari keluarga kamu," ucap Rico.

"Atau enggak, kamu bisa ikut kerja di perusahaan Papa. Nanti aku bantu cari posisi yang cocok buat kamu," lanjutnya.

Prada menatap Rico dengan tatapan yang tidak bisa ditebak. "Makasih sebelumnya, Kak. Tapi aku udah yakin dengan tempat kerja yang aku pilih. Dan kalau aku nggak berani explore, aku nggak akan pernah bisa berkembang."

"Kamu berniat kerja di luar kota, ya?" tanya Rico memastikan.

Sedangkan Prada tidak menjawab. Sampai akhirnya Nada datang.

"Loh, Kak Rico ternyata udah di sini," ujar Nada menghampiri Rico.

Rico sontak menoleh ke arah Nada. Raut wajahnya terlihat berseri-seri saat melihat Nada.

"Kamu sudah siap?" tanyanya dengan nada suara halus.

"Udah, maaf ya udah bikin Kakak nunggu," jawab Nada.

"Nggak apa-apa. Lagipula aku juga baru datang," sahut Rico lembut.

"Kalau kamu sudah siap, kita berangkat sekarang," lanjutnya.

Nada mengangguk sembari tersenyum manis. Pandangannya kemudian tertuju ke arah Prada yang duduk di sofa depan Rico.

"Kamu nggak ikut mama belanja?" tanya Nada ketika mendapati Prada berada di rumah.

"Enggak," jawab Prada singkat.

"Memangnya mama nggak ngajak kamu? Padahal tadi aku udah nyuruh mama belanja sama kamu karena aku nggak bisa nemenin," ungkap Nada.

"Aku yang nggak mau," kata Prada.

"Oh."

"Ya udah, aku tinggal pergi dulu, ya? Nggak pa-pa kan di rumah sendiri?" pamit Nada.

"Pergi aja," ucap Prada.

Rico pun juga pamit dengan Prada. Dan setelah mereka berdua pergi, Prada tersenyum hambar.

Dada Prada tiba-tiba terasa sesak saat mengingat kembali hubungannya dengan Rico yang dulu begitu akrab. Bahkan, saat itu Prada lebih dekat dengan Rico dibandingkan Nada. Karena memang sejak kecil mereka sering bermain bersama. Ditambah lagi, usia mereka hanya terpaut tiga tahun.

Tetapi saat Rico lulus SMA, dia dan keluarganya justru pindah rumah setelah bertahun-tahun tinggal di perumahan yang sama dengan Prada. Meskipun Rico beberapa kali datang ke rumah untuk berkunjung, namun hubungannya dengan Prada kini tidak terlalu intens. Karena pria itu lebih sering berbicara dengan Nada dibandingkan Prada.

Dan sejak itulah, hubungan Prada dan Rico mulai merenggang. Mereka juga jarang berkomunikasi karena sibuk dengan urusan masing-masing.

"Nggak usah heran. Semua orang kan memang lebih suka Nada dibandingkan elo. Jadi lo harus bisa terima itu," ucapnya dengan dirinya sendiri.

Beberapa saat kemudian, Endang pulang dari supermarket.

"Mama beliin kamu buah nangka," ucap Endang sumringah saat melihat Prada tengah berada di meja makan.

"Tadi Mama nggak sengaja lihat di jalan. Terus Mama ingat kamu suka banget sama nangka, makanya Mama beli banyak sekalian buat stok," sambungnya sembari meletakkan plastik belanjaan di atas meja.

"Mama taruh di kulkas, ya. Nanti kalau kamu mau makan ambil saja." Endang mengeluarkan seluruh barang belanjaannya satu persatu.

"Ma," panggil Prada pelan.

"Ya?"

"Aku nggak suka nangka," ungkapnya dengan tatapan lurus.

"Bukannya nangka buah kesukaan kamu?" tanya Endang heran.

Prada sempat terdiam sejenak.

"Itu buah kesukaan Nada, bukan aku," ungkapnya dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Oh ya? Mama nggak tau kalau kamu ternyata nggak suka nangka."

"Tentu saja Mama nggak tau. Karena yang Mama tau hanya tentang Nada. Sedangkan Mama nggak tau apa-apa tentang aku," pungkas Prada.

Endang terpaku. Dia baru menyadari jika selama ini dia memang tidak begitu mengenal Prada, dan mengetahui hal-hal tentang putrinya tersebut.

TBC.

Seguir leyendo

También te gustarán

5.3M 282K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
2.1M 178K 28
Mati dalam penyesalan mendalam membuat Eva seorang Istri dan juga Ibu yang sudah memiliki 3 orang anak yang sudah beranjak dewasa mendapatkan kesempa...
671K 106K 41
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
1.1M 56.9K 49
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...