Azalea & Alter Ego Boy ✓

By ShinyAlph

4.3M 925K 445K

[END | PART LENGKAP] #1 in teenlit [28 Oktober 2021] #1 in receh [08 November 2022] #1 in sekolah [03 Desembe... More

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
76
77 [END]
PENGUMUMAN
HIDDEN YOU PART 1
HIDDEN YOU PART 2
HIDDEN YOU PART 3
HIDDEN YOU PART 4
HIDDEN YOU PART 5
HIDDEN YOU PART 6
HIDDEN YOU PART 7
HIDDEN YOU PART 8
HIDDEN YOU PART 9
HIDDEN YOU PART 10

75

35.2K 6.6K 2.7K
By ShinyAlph

Seminggu menghabiskan waktu di rumah sakit untuk memulihkan lukanya, Nakusha akhirnya keluar dari rumah sakit dan kembali ke asrama sekolah. Selama berada di rumah sakit, Giandra beserta Bian sering menjenguknya meski terkadang mereka akan berakhir pada situasi canggung. Namun dibanding sebelumnya, suasana yang terjalin antara mereka lebih baik. Sejak Nakusha tahu bahwa Giandra bukan seperti yang dia bayangkan sebelumnya, dia tidak begitu menentang keberadaannya di dekatnya lagi. Meskipun Nakusha masih tidak memanggilnya dengan sebutan 'ayah'.

Nakusha memandang hal-hal yang berlalu begitu saja lewat jendela mobil, sebelum menoleh ke samping untuk menatap gadis yang duduk merapat pada pintu mobil di sisinya, berusaha untuk menjaga jarak sebisa mungkin dari Nakusha. Laki-laki itu tersenyum tidak berdaya, mengangkat tangannya untuk mengelus kepala gadis yang sedang marah tersebut.

“Cuma seminggu.” Nakusha meyakinkannya lagi dan lagi.

Azalea yang sejak tadi manyun, mengomel tanpa memandangnya. “Ehan baru keluar rumah sakit langsung mau ke luar negeri. Padahal luka Ehan belum bener-bener pulih. Ehan gak hargai tubuh sendiri? Kalau di sana sakitnya Ehan kambuh, gue gak bisa ada di sampingnya Ehan.”

“Setelah masalah di sana selesai, aku janji temenin apapun yang Lea mau lakuin. Gimana?” tawar Nakusha membuat Azalea membeku sejenak lalu ragu-ragu mempertimbangkannya.

“Emang sekolah izinin Ehan cuti lebih dari dua minggu? Ehan udah izin sekolah seminggu lebih karena berada di RS.” Azalea balik bertanya dengan tidak yakin. Biar bagaimana pun SMA Lesmana selalu ketat akan absensi siswanya. Setahu Azalea, batas paling lama untuk izin sekolah adalah tiga hari. Hanya segelintir orang dengan situasi khusus saja yang memiliki kelonggaran dalam peraturan tersebut, contohnya orang yang memiliki penyakit serius.

“Pemilik kartu gold sekolah punya hak lebih banyak dibanding siswa lainnya.” Nakusha menjawab dengan ringan sembari melirik wajah tercengang gadis itu. Bibir merah mudanya sedikit terbuka, mata lebarnya menatapnya dengan binar bingung.

Nakusha tegang sejenak, seketika berpikir mencondongkan tubuh untuk menggigit bibirnya yang terlihat mengkilap karena terlapisi lipbalm dan membuatnya terlihat empuk seperti jeli. Jika saja tidak ada sopir, Nakusha akan merealisasikan fantasinya saat ini juga. Biar bagaimana pun mobil dan sopir ini milik keluarga Azalea. Jika sopir melaporkan tindakan tidak senonohnya kepada orang tua gadis itu, Nakusha merasa sedikit pening membayangkan bagaimana mengambil hati Sagara untuk merestui hubungan mereka lagi.

Memikirkannya, Nakusha pada akhirnya hanya bisa menyandarkan punggungnya ke belakang sembari memejamkan mata untuk menenangkan diri.

“Ehan?” Azalea mendekat lalu menggenggam lengan Nakusha, membawa aroma manis yang membuat pikiran Nakusha semakin kacau. Menyiksa batin, tapi di sisi lain Nakusha menyukainya.

Mata Nakusha tiba-tiba terbuka. “Pakai seatbelt yang bener,” ucapnya lembut lalu mencondongkan diri hingga sosoknya menutupi tubuh Azalea. Dari depan, memang terlihat Nakusha hanya mencondongkan diri untuk menarik seatbelt, namun sebenarnya laki-laki itu mengambil keuntungan untuk mencium bibir gadis itu sekilas serta tak lupa menggigit bibir bawahnya gemas sebelum menjauhkan diri dan kembali ke posisi semula tanpa mengubah ekspresi tenangnya.

Azalea membeku, perlahan-lahan rona merambat memenuhi wajahnya. Jantungnya berdebar keras seakan ingin melompat dari dadanya. Bibir bawahanya sedikit gatal karena gigitan lembut Nakusha, membuatnya tanpa sadar mengulum bibirnya erat. Pendingin mobil tidak berfungsi pada Azalea yang merasakan panas menyengat di wajahnya. Matanya memelototi Nakusha yang masih bisa duduk dengan tenang setelah mencuri kesempatan dalam kesempitan.

Nakusha diam-diam menarik tangan Azalea untuk digenggam sementara waktu lalu melebarkan telapak tangan gadis itu dan menulis huruf per huruf. Ketika Azalea menyatukannya menjadi kalimat berisi tiga kata, "I want U", wajahnya semakin memerah dan menggenggam kuat jari Nakusha yang menulis kalimat itu di telapak tangannya, bermaksud menghentikannya. Nakusha yang menyadari kegugupannya hanya tersenyum samar lalu mengelus kepala gadis itu lembut.

***

Suara rantai melengking menggema di ruangan gelap dan luas tersebut. Di antara kegelapan yang melingkupi, seorang pria dengan pakaian tersobek-sobek penuh luka cambuk terduduk di lantai sambil bersandar pada dinding dengan kedua kaki selonjoran dan kedua tangan terpasang rantai kuat. Wajahnya penuh luka lebam dengan kelopak mata kanan membengkak kemerahan. Satu-satunya yang meneranginya hanyalah lampu kecil berwarna kuning yang tergantung tepat di atasnya.

Karena kesunyian ruangan tersebut, sedikit pergerakan akan menimbulkan suara. Pintu besi yang awalnya tertutup rapat kini terbuka. Dari celah pintunya, secercah cahaya dari luar berlomba-lomba masuk mengalahkan kegelapan di ruangan tersebut. Namun ketika pintu berderit tertutup, cahaya dari luar tersebut segera terblokir, mengembalikan kegelapan asli ruangan itu.

Beberapa suara langkah kaki terdengar lebih jelas mendekati sosok pria mengenaskan itu, membuatnya berusaha mendongak dengan kebencian kental di matanya.

“Jehan, lepaskan aku!” Suara penuh penekanan dengan gelatuk gigi menjelaskan betapa marahnya pria itu saat ini.

Nakusha berjalan semakin dekat hingga menjangkau cahaya lampu, menampilkan sosoknya yang berkemeja hitam dengan celana bahan yang jahitannya terlihat detail. Kaki beralas sepatu pantofelnya berhenti tepat di hadapan Calisto dengan mantap. Karena perbedaan posisi, Calisto mau tak mau harus mendongak menatap ke atas dengan ekspresi sangar, yang dibalas dengan tatapan dingin tanpa fluktuasi di manik mata Nakusha.

“Bukankah kau suka memainkan hal ini?” Nakusha berjongkok, mensejajarkan tinggi mereka. Jari Nakusha mencengkram rahang Calisto kuat. “Pasti kau bosan selalu berada di peran pemain, sehingga aku berbaik hati menukar peranmu menjadi seperti mereka yang kau mainkan.”

“Apakah kau mengira bisa mengalahkanku di markasku sendiri, Jehan?” kata Calisto penuh penekanan lalu tertawa keras dan menarik tangannya untuk menjangkau Nakusha meski rantai menghalangi niatnya. Suara gerisik rantai semakin menjadi karena pergerakan Calisto tersebut. “TIDAK BISA, AKU PENGUASA DI SINI!”

Nakusha mundur dengan rapi, tidak ingin tersentuh olehnya sedikit pun. Mata dinginnya menonton Calisto yang memberontak dari kekangan rantai. “Give him sedatives. Don't forget to bathe him. (Berikan dia obat penenang. Jangan lupa mandikan dia.)

Sebelum berbalik, Nakusha melirik Calisto lagi dengan penuh makna. “Bathing with salt water will make him more obedient. (Mandi dengan air garam akan membuatnya lebih patuh.)” Setelah menyelesaikan perkataannya, Nakusha berjalan pergi.

“APA BEDANYA KAU DENGANKU, JEHAN? KITA SAMA! KAU KIRA GADIS ITU AKAN MENERIMA PEMBUNUH BERDARAH DINGIN SEPERTIMU?!”

Langkah Nakusha melambat sementara sebelum melanjutkannya dengan tegas. Begitu keluar dari ruangan tersebut, beberapa pria kekar berjas berdiri di samping pintu. Tanpa melirik mereka, Nakusha melangkah pergi meninggalkan ruang bawah tanah dan berjalan ke parkiran.

Pria berjas dengan rambut coklat sedang menunggunya di samping sebuah mobil Bugatti. Melihatnya mendekat, dia membuka pintu penumpang untuk Nakusha sebelum beranjak duduk di kursi pengemudi.

“Mansion.” Dengan satu kata, Nakusha memberi perintah. Sudah lima hari dia berada di negara ini. Karena menurunkan Calisto dari kekuasaannya secara paksa, organisasi menjadi berantakan. Nakusha harus mengembalikan kestabilan organisasi seperti semula. Meski menjadi pemberontak karena menyerang Calisto, Nakusha memiliki pendukung dalam organisasi karena kebencian sebagian orang terhadap Calisto di masa lalu sehingga tidak butuh waktu yang panjang untuk mengendalikan organisasi.

Mata Nakusha terpejam sejenak, kalimat Calisto terngiang kembali dalam pikirannya. Sejak mengikuti Calisto dan bersentuhan dengan hal-hal kotor di organisasi, Nakusha sudah berada dalam kegelapan. Baginya, tidak masalah untuk terus berkecimpung di kegelapan ini.

Sedangkan Azalea... Nakusha tidak yakin dia bisa menerima sisi gelapnya ini. Azalea adalah cahaya yang menerangi kegelapannya. Dia tidak bisa melepaskannya dan membiarkan dirinya tenggelam dalam kegelapan. Dia membutuhkan cahaya, meski hanya sedikit. Dan yang bisa memberikan hal itu hanyalah Azalea seorang.

Nakusha memang egois. Dia tahu dirinya tidak baik dan pantas berada di sisi gadis yang bersih seperti Azalea. Tetap saja dia tidak bisa melepaskannya. Azalea hanya akan miliknya, dari awal mereka bertemu hingga selamanya. Dia akan selalu menjaga cahaya Azalea tanpa membiarkannya terkontaminasi oleh kegelapan di dunia ini. Dan hal-hal gelap itu akan menjadi urusan Nakusha.

TBC

June 24, 2022.

2 part lagi menuju ending, I think.

2K komen.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 124K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
5.1K 509 54
Hananta Laksita Bahari. Siswi International High School, berumur 17 tahun, memiliki cerita dalam menjalani kehidupan remajanya. Rasa senang dapat mem...
31.6K 1.9K 31
||Follow dulu yuk, biar makin akrab sama aku|| DONT COPY MY STORY! Hidup dengan rasa cemas dan ketakutan setiap saat, akan kah kamu bisa? ini kisah...
148K 27.3K 29
[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] Ketika Azka memutuskan untuk melamar Ara tepat satu jam setelah pengumuman kelulusan. Sesuai jan...