š…š¢š«š¬š­ š‹šØšÆšž (šš¢š§š ...

By Shenshen_88

11.1K 1.4K 551

Ada satu kepercayaan dalam keluarga Zhang yang selalu dianggap takhayul oleh Zhang Qiling. Dikatakan bahwa di... More

Chapter 01
Chapter 02
Chapter 03
Chapter 04
Chapter 05
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 21
Chapter 22 (End)
Extra Chapter
Extra Chapter

Chapter 20

275 38 13
By Shenshen_88

Wu Xie..

Namanya dalam pikiranku adalah kutukan yang tidak bisa kuhindari, hantu yang membayangiku hari demi hari, tahun demi tahun sejak pertama mau pun terakhir kali aku melihatnya.

Waktu terbentang pada saat itu, kami berdua terperangkap di dalamnya seperti jaring, tetapi kami tidak bertentangan, tidak bertengkar.  Sebaliknya, aku menyaksikan masa lalu datang dan pergi di depanku, hidup dan utuh. 

Dia adalah masa lalu yang telah kucari selama tahun-tahun yang panjang dan sepi. Dan dia juga adalah masa depan yang masih menjadi misteri.

Apa pun itu~

Kau akan selalu menjadi cintaku
bahkan jika aku jatuh cinta dengan seseorang sekali lagi
Aku akan mengingat semua cinta yang kau ajarkan padaku

Sekarang dan selamanya, kau akan selalu menjadi satu-satunya
Namun hingga saat ini

Kau masih menjadi sebuah lagu cinta yang sedih..

💜💜💜

Akhirnya, menyerah.

Dia harus menghapusnya sekarang juga.

Zhang Qiling menghabiskan kopinya,   meraih jaketnya dan meninggalkan rumah. Mengemudi tanpa tujuan, dia tidak tahu persis ke mana dia pergi, dia menjadi seperti hantu yang tersesat dalam hidup. Satu-satunya orang yang sangat ingin dia lihat kemungkinan besar adalah hantu atau ilusi yang indah. Beberapa hari berlalu sejak malam itu. Dia tidak tahu apakah harus bahagia atau menangisinya. Wu Xie masih tidak bisa dihubungi. Setelah mengumpulkan keberanian, Zhang Qiling mencari alamat rumahnya dan hanya menemui seorang pelayan dan tukang kebun yang mengatakan bahwa rumah telah kosong dan tuan muda mereka telah pergi dan menetap di Amerika.

Selain kontak Wu Xie, ia tidak memiliki akses lainnya. Mungkin bisa saja ia mencari seperti orang gila atau menggunakan jasa detektif swasta. Itu hal yang mudah. Tetapi apa yang mencegahnya melakukan itu adalah keraguan yang tumbuh di hatinya sendiri. Seberapa penting dirinya bagi pemuda itu? Jika memang Wu Xie tidak berniat menghubunginya lagi, untuk apa terus mengejar hati yang sudah tidak memiliki tempat untuk dirinya.

Hingga dua pekan berikutnya, dia tidak peduli bahwa dia akan berkeliaran di sekitar kota. Berjalan di taman hiburan sendirian menyaksikan banyak pasangan berpegangan tangan, berpelukan, berciuman membuatnya merasa kesal dan benang merah yang terjalin di mana-mana membuatnya semakin membenci kutukan ini.

Zhang Qiling tidak ingin diingatkan akan waktu berharganya bersama pemuda itu. Dia tidak ingin mengingat tempat ketika dia dipegang dengan lembut dan sangat hati-hati oleh tangan hangat itu.

Setiap kali dia pergi ke taman yang ramai, dia akan merasa kesepian. Dia akan selalu bertanya pada dirinya sendiri mengapa dia tidak terbangun dan mengejarnya saat Wu Xie meninggalkan hotel pagi itu dan memeluknya erat-erat. Itu adalah salah satu dari banyak pertanyaan yang belum terjawab di benaknya serta semua hal lain yang dia pikirkan, dia tidak memiliki penjelasan.

Matahari menghilang di balik cakrawala seperti Wu Xie menghilang dari kehidupan Zhang Qiling, meninggalkan dingin dan kegelapan yang mengganggu jiwa dan tubuhnya. Kemegahan kerinduan perlahan memadamkan nyala api harapan yang lemah. Zhang Qiling berada di ambang rasa frustasi dan kecewa yang dalam. Dia berusaha menahan, tetapi tidak berhasil.

Biasanya setelah berkeliaran seharian, ia akan kembali ke rumahnya dan memutuskan untuk tidur seperti biasa di sofa, sampai semilir aroma lembut menerpanya.  Parfum yang sama yang selalu dirindukan hatinya. Dia berdiri dengan takjub, berbalik untuk melihat pemuda yang dicintainya. Tetapi ~ tidak menemukan siapa pun, dia tertawa mengejek kondisinya yang menyedihkan, mengira dia berhalusinasi.

Zhang Rishan menangkap perubahan drastis dalam diri keponakannya. Mengawasi wajah kelabu yang tak bergairah, dan mulutnya mengerut karena berpikir.

"Kau baik-baik saja?"

Pertanyaan tolol.

"Cuaca berangin hari ini," ujar Zhang Qiling, melepas mantel dan menghempaskan diri di sofa.
"Aku sakit kepala."

"Oh ya?" Paman Rishan tahu pria galau ini berbohong. Tak ada yang mempengaruhi suasana hatinya dengan begitu kuat selain pemuda imut bernama Wu Xie.

"Kudengar dari Liu Sang kau kacau di tempat kerjamu beberapa hari terakhir ini."

Zhang Qiling menutupi kening dengan telapak tangan seolah sungguh merasa pusing, mendapati dirinya kesal mendengar topik tentang pekerjaan.

"Dia tidak bisa dipercaya. Semua baik-baik saja," ia mengoreksi, menjatuhkan leher di sandaran sofa dan terpejam untuk beberapa saat.

Paman Rishan meletakkan buku yang sejak tadi dia baca ke tepi meja.

"Aku tak tahu kenapa," ia menggaruk ujung alisnya sekilas.
"Kau terlihat sangat tidak bahagia, bahkan nyaris tanpa semangat. Apa ini ada kaitan dengan Wu Xie?"

Zhang Qiling menghela nafas tanpa tenaga. Terlalu lelah bahkan hanya sekedar melemparkan lirikan galak. Dia memilih diam yang bisa menyiratkan banyak hal.

"Mungkin ini bukan waktunya untuk mengungkit nama itu," paman Rishan menarik kembali pertanyaannya, menepis topik sensitif.

Dia tidak tahu mengapa pamannya tertarik membicarakan Wu Xie. Dia nampak ragu setelahnya, tetapi begitu topik ini dimulai, ingatannya kembali dibanjiri setiap senyuman, sikap, dan perkataan Wu Xie. Semuanya datang bagai gelombang, tak terbendung.

"Kupikir tidak perlu membicarakan dia lagi," tukas Zhang Qiling pahit, kini berusaha menjatuhkan pandangan pada wajah paman usilnya ini.

"Apa ada sesuatu yang buruk terjadi? Malam dua pekan lalu, aku memberitahumu bahwa dia mabuk berat. Apa yang terjadi setelahnya?" Paman Rishan mengamati wajah tampan sang ponakan yang bernoda sedih. Terlihat semakin lesu seperti anjing nakal yang dipukul majikan.

"Kita akan membicarakan itu nanti," jawabannya datar.

"Tidak ada gunanya terus menghindar," paman Rishan menukas serius. Seharusnya siasat liciknya terkait obat perangsang itu bisa mencegah perpisahan mereka akibat salah paham.

"Aku tahu semua tindakanmu akhir-akhir ini ada hubungannya dengan dia."

Tidak ada apa pun di wajah Zhang Qiling yang menyangkal perasaan terkejut atau kekecewaan. Meski begitu, dia berpura-pura mempertahankan ketenangan dan sikapnya.

"Melarikan diri tidak akan mengubah kenyataan, juga tidak menyelesaikan masalahmu, Xiao ge.." pamannya berkata hati-hati.

Zhang Qiling memalingkan wajah padanya dengan ekspresi terheran-heran. "Kau sungguh-sungguh ingin tahu?"

Paman Rishan bengong sesaat.

"Kau sungguh ingin tahu apa yang terjadi malam itu?"

"Eh, bukan begitu.." paman Rishan terkekeh, tentu saja dia tahu. Apa yang akan terjadi di antara sepasang kekasih dengan obat perangsang. Dia bisa membayangkannya dengan jelas seolah tengah menonton video resolusi tinggi.

"Dia pergi," Zhang Qiling menjawab singkat tapi tanpa keraguan.

"Pergi???" suaranya terkejut, nyaris takjub. Dia curiga bahwa sasaran obat itu keliru. Padahal malam itu ia sudah tersenyum di dalam hati atas rencana nakalnya. Paman Rishan mencondongkan tubuh seolah bersiap membagi rahasia.

"Apa kau~~ tidak membantunya malam itu?"

Raut wajah Zhang Qiling semakin keruh, "Apa yang sebenarnya ingin kau ketahui?!"

Pria tua itu semakin melebarkan berspekulasi dalam benak liarnya.

Jangan-jangan Xiao ge ~~ impoten..??!!x_x

Tapi tentu saja ia tidak berani mengoceh tentang hal memalukan semacam itu.

"Mengapa dia pergi?"

Sensasi aneh membelit dada Zhang Qiling, rasanya mirip kerinduan yang dingin dan perih. Terkoyak antara cinta dan benci, dia tidak mampu memikirkan alasan apa pun.

"Aku tidak tahu," suaranya goyah.

Paman Rishan terdengar mendesah dan mengerjap perlahan. Awalnya dia hanya ingin berusaha membantu keponakannya yang rentan ini, namun sekeras apa pun mencoba, takdir sulit sekali dikelabui. Bahkan setelah melakukan siasat paling ekstrim, perpisahan sulit dihindarkan. Keyakinan pria tampan cemberut di depannya ini bisa dipastikan akan semakin rapuh.

"Kau membiarkannya pergi?" ia masih penasaran.

Zhang Qiling mengangguk tanpa suara.

"Mengapa?"

"Percuma saja mengejar seseorang yang mungkin tidak sepenuhnya mencintaiku."

"Kau yakin akan ucapanmu?"

Zhang Qiling membiarkan pamannya menatap matanya untuk saling menilai.

"Ya. Kupikir begitu."

"Kau hanya sedang marah, Xiao ge. Kau sudah mengetahui dengan jelas bagaimana ikatanmu terhubung dengannya," kalimat yang tidak sengaja diucapkan setengah hati itu, di luar dugaan mengungkit kekesalan Zhang Qiling yang sudah lama membusuk dalam hatinya.

"Jangan bicara benang merah takdir lagi. Aku sudah muak dengan semua itu," dengusnya keras.

Sesaat paman Rishan terpana menyadari bahwa betapa tegasnya sang ponakan.

"Jika kau tidak percaya, bagaimana urusanmu sebagai makcomblang?"

"Paman," Zhang Qiling berkata takzim.
"Aku mohon dengan sangat, tarik kembali anugerah sialan ini. Apa gunanya mengetahui pasangan seseorang, atau mengetahui jodoh kita sendiri? Akankah hidup menjadi lebih bahagia karena itu?"

Paman Rishan tertegun.

"Tapi aku tidak bisa mencabutnya lagi. Itu sudah jadi nasibmu."

"Aku tidak ingin melihat benang merah lagi. Jika semua sudah tidak tertahankan, mungkin sebaiknya aku pergi ke tempat sepi sehingga tak ada hal semacam itu mengganggu penglihatanku."

"Itu keputusan yang keliru dan dangkal. Aku tak percaya mendengar itu dari mulutmu. Dengar, Xiao ge~ ketika seseorang membuatmu merasa tidak diinginkan, jangan pergi hanya karena ingin membuat dia sedih atau merasa bersalah. Dia tidak akan merasakan itu. Dan juga jangan mempersulit hidupmu sendiri hanya karena seseorang yang sudah pergi." Paman Rishan menegaskan suaranya, kali ini benar-benar tulus memberikan nasihat.

"Aku tidak memiliki alasan lagi untuk tetap menggenggam anugerah penglihatan semacam itu, mau pun untuk tetap tinggal dan menanti milikku bercahaya," tukas Zhang Qiling keras kepala.

"Jangan bicara seperti pria lemah. Terkadang, kau harus menjadi kuat demi dirimu sendiri. Seseorang yang tercipta memang untukmu, akan berakhir bersama. Jika bukan, maka tidak akan."

"Paman, cinta memang layak diperjuangkan tapi bukan berarti aku harus berjuang sendirian. Seseorang harus berjuang pula untukku."

"Bagaikan jika dia tidak melakukannya?" Entah mengapa, paman Rishan jadi terbawa ngotot dengan menaikkan suaranya.

"Aku hanya harus melanjutkan hidup dan memahami bahwa aku memberi lebih banyak daripada yang ia berikan untukku."

"Baiklah. Jika itu memang yang terbaik. Tapi ingat pesanku, bersedihlah sebentar saja. Bahkan langit pun tidak selamanya hujan."

Kesedihan dan kekecewaan mendalam itu berbalut kebencian yang sulit. Paman Rishan bisa melihatnya di wajah Zhang Qiling. Akan sangat sulit mengubah sudut pandangnya, perspektifnya, dan membuatnya percaya sekali lagi bahwa menjadi makcomblang adalah tindakan yang mulia, yang bisa menumpuk karma baik bagi dirinya sendiri. Keponakannya tidak sungguh-sungguh percaya sejak awal, dan karena itulah~ terkadang apa yang terjadi dalam hidup seseorang, berjalan sesuai dengan keyakinannya sendiri. Tapi itulah tipuan takdir. Selalu memikat dengan alasan kuat namun berakhir penuh kepalsuan. Dia tidak bisa menyalahkan keponakannya.

"Sebenarnya~" dia bertanya untuk yang terakhir kali dalam topik ini.

"Apa yang membuatmu begitu kecewa atas perpisahan ini? Benarkah alasannya hanya karena kau sangat mencintainya? Beberapa orang patah hati di luar sana, tapi mereka tidak harus patah semangat bukan?"

Pertanyaan itu memiliki banyak jawaban. Sulit bagi Zhang Qiling menemukan alasan yang tepat. Bahkan beberapa kesan terakhir masih berputar-putar brutal dalam pikirannya sehingga ia tidak tahu apakah ia sedang mengingat peristiwa indah malam itu atau hanya tentang kepergiannya yang menyakitkan.

"Mungkin~" ia menghela nafas panjang, menatap kosong ke jendela. Di luar hujan gerimis tipis mulai turun terbawa angin ke satu arah dilatarbelakangi cahaya merah senja. Dalam pemandangan dingin itu, akhirnya ia menemukan jawaban.

"Mungkin karena kami tidak sempat mengucapkan selamat tinggal dengan benar."

Dia memutuskan menyelesaikan perdebatan ini dan bangkit berjalan menuju kamarnya, meninggalkan sang paman yang menggaruk dagunya dengan heran.

💜💜💜

Mungkin benang merah ini menipuku, atau mungkin takdir mempermainkanku.

Wu Xie, mulai detik ini aku tidak akan mengharapkan apa pun lagi. Biarkan benang merah berubah putih, untuk kemudian sirna di udara hampa.

Aku akan merindukanmu, itu satu hal yang pasti. Tetapi, saat aku mencintai seseorang, aku harus memberikan kebebasan pada orang yang kucintai, untuk memilih apakah dia ingin pergi atau tetap tinggal. Dan kau memilih pergi, meninggalkanku dalam sepi.

Aku tak ingin menjelaskan padamu bagaimana itu terasa menyakitkan. Namun itulah kebenaran. Kelak suatu hari, jika takdir menghendaki jalan hidup kita saling berlintasan, pada saat itulah mungkin kita akan berjumpa lagi.

Selamat tinggal, Wu Xie.
Terima kasih telah memberiku sedikit waktu untuk berjalan bersamamu.

💜💜💜

Hikzz, don't say goodbye Xiao ge 😣

As long as the sea is bound to wash up on the sand, and stars are above you.
We will meet again. (MDZS)

To be continued
Please vote 💜

Continue Reading

You'll Also Like

5.8K 671 17
Mengandung unsur šŸ”žšŸ”ž Kumpulan cerita dewasa antara Xia Zhiguang dan Huang Junjie. Cerita ini bertema oneshoot yang tiap chapternya berbeda-beda dan...
3K 190 27
~ Novel Terjemahan ~ Pengarang: Yu Liutang Kategori: Kelahiran kembali melalui waktu Waktu rilis: 2021-03-13 Terbaru: Bab 121 Era Pemuda Terdidik Kem...
6.9K 729 12
How could I not fall in love with you? ęˆ‘ę€Žčƒ½äøēˆ±äøŠä½ ļ¼Ÿ Main Character : Xia Zhi Guang (夏之光) Huang Jun Jie (黄äæŠę·) Sinopsis: Ketika skrip dari drama itu dat...
10K 1.3K 29
[ šŸ†š‘šžšššš¢š§š  š„š¢š¬š­ š–šˆš€ š©šžš«š¢šØššž #6 ] [ šŸ†š…šžššš­š®š«šžš š’š­šØš«š² š–šˆš€ š©šžš«š¢šØššž #6 ] Gairah dan obsesinya pada artefak k...