๐…๐ข๐ซ๐ฌ๐ญ ๐‹๐จ๐ฏ๐ž (๐๐ข๐ง๐ ...

By Shenshen_88

13.3K 1.5K 551

Ada satu kepercayaan dalam keluarga Zhang yang selalu dianggap takhayul oleh Zhang Qiling. Dikatakan bahwa di... More

Chapter 01
Chapter 02
Chapter 03
Chapter 04
Chapter 05
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22 (End)
Extra Chapter
Extra Chapter

Chapter 18

369 43 27
By Shenshen_88

Tomorrow, at this time
I will probably be crying
I will probably be thinking about you

You will always be inside my heart
You will always have your own place
I hope that i have a place in your heart too

💜💜💜

//Beberapa waktu sebelumnya//

Zhang Qiling menarik napas, merasa bosan dan terkurung dan secara refleks, mengambil langkah. Dia tidak sengaja hampir bertabrakan dengan paman Rishan sewaktu akan keluar dari ruangannya. Pak tua itu bukannya mundur malah hampir menabrak pintu. Engselnya berderit, pintunya terbuka satu inci lagi, dan Zhang Qiling mundur.

"Paman?" Ia menatap kosong.

"Kekasihmu dalam bahaya."

"Kekasih? Siapa maksudmu?"

Paman Rishan memutar bola mata, "Sudahlah," sahutnya malas.

"Jangan terus menerus menunjukkan kemarahan seperti anak remaja. Wu Xie mabuk berat. Apa kau akan membiarkan dia jatuh pingsan?" Paman Rishan menampilkan senyum penuh provokasi.

"A-aku tak paham.."

"Pergilah cari dia, pria lambat!" dengus paman Rishan kehilangan kesabaran.

Tiba-tiba urgensi itu muncul. Zhang Qiling bergegas mundur, menjauh dari pintu, dan berputar, siap untuk melesat. Tapi sebelum ia bisa melarikan diri, ia menoleh sekali lagi.

"Tapi dimana dia?"

Paman Rishan tidak menjawab, bersamaan dengan pergerakan Zhang Qiling, cahaya merah memancar ke lantai dan dinding yang gelap. Benang merah itu kembali menunjukkan jalannya.

💜💜💜

Warning : Mature content 🔞
If you're not into this you can skip

Dengan insting, Zhang Qiling membimbing Wu Xie keluar dari bar, berjalan tersaruk-saruk menuju halaman parkir. Wu Xie patuh pada awalnya, tapi ada satu saat ia mundur selangkah.

"Kau akan mengantarku pulang?" Ia bertanya dengan suaranya yang serak.

Sosok pria tinggi ini membayanginya. Mengurungnya dalam perlindungan yang nyaman.

"Kau ingin aku membawamu kesana?" Zhang Qiling balik bertanya.

Kekehan mabuk meluncur dari bibir Wu Xie. "Yeah, baiklah.. Kemana pun kau membawaku."

Zhang Qiling merasakan darah dalam pembuluhnya berdesir panas. Upaya keras membawa Wu Xie masuk ke dalam mobilnya sejenak membuat ia mengabaikan perasaan itu.

Dia mengatur posisi nyaman bagi Wu Xie, dan menyelinap ke balik kemudi. Sejujurnya ia bingung. Dia belum pernah mengunjungi rumah Wu Xie dan tidak yakin memiliki keberanian mengantar pemuda mabuk ini ke sana. Untuk sesaat ia duduk diam kebingungan dengan tangan mencengkeram kemudi.

"Aku... aku terangsang..." Wu Xie menelan ludah, menatap mata Zhang Qiling yang gelap.

"Hahh?? A-apa??" Zhang Qiling memalingkan wajah pada Wu Xie, ngeri.

"Panas..." Erang Wu Xie lagi.

"Kepalaku berputar, semua terasa panas.." tanpa bisa dikendalikan lagi, dia menggosokkan kepala ke bahu Zhang Qiling sebelum menemukan jalan ke lekukan lehernya.

"Wu Xie.. apa yang kau--"

Bibir tipis Wu Xie yang panas dan lembab menyapu lehernya secara liar dan intens, mengirimkan kejang ke seluruh tubuh Zhang Qiling. Dia bahkan tidak sempat menyalakan mesin.

"Ayolah, cium aku.."

Kaki mereka bergerak-gerak gelisah. Ada sesuatu yang salah, pikir Zhang Qiling sambil mencoba menahan ciuman Wu Xie yang terus menggelora. Ada yang tidak beres, ia tidak tahu apa itu. Wu Xie memang selalu nakal, tapi tak pernah seagresif ini sebelumnya.
Bagaimana sekarang?

"Aku-- aku akan membawamu pergi dari sini," meski sangat ingin meneruskan, Zhang Qiling menjauhkan wajah Wu Xie darinya.

"Ahh baiklah, Xiao ge-ku yang seksi.." Wu Xie mengoceh lagi diiringi kekehan tak tahu malu.

Mobil menderu sehebat debaran jantung Zhang Qiling yang gemetar di balik kemudi. Bagaimana ia bisa fokus, Wu Xie tidak duduk diam seperti anak yang baik melainkan menyentuh bagian-bagian tubuhnya yang berbahaya serta berusaha menciumi dagu dan lehernya. Susah payah ia menghindar dengan konsentrasi kacau dan saat ia melihat neon box megah bertuliskan Emerald Green Hotel, tanpa sadar mobilnya berbelok ke sana.

Di dalam salah satu kamar terbaik di lantai tiga hotel, Zhang Qiling setengah menyeret Wu Xie. Melangkah masuk, ia mendorong pintu di belakangnya hingga tertutup dengan hempasan kuat. Wu Xie memeluk lehernya, menolak melepaskan dan terhuyung-huyung menyeret tubuh keduanya ke salah satu dinding.

"Cium aku lagi..."

Bukan permintaan yang sulit ditolak, bahkan ia memimpikannya sepanjang waktu senang mau pun sedihnya. Zhang Qiling memegang dagu pemuda imut di depannya, memiringkan kepala saat matanya terus menilai.

Wu Xie hampir tidak bisa bergerak lagi saat dia dipaksa mundur ke dinding terdekat dengan bayangan tubuh lebar Zhang Qiling melayang di atasnya. Nafas panas mereka berbaur bersama, mata terkunci, dan itu jelas merupakan momen paling intim yang pernah dialami mereka selama beberapa waktu yang telah berlalu.

"Xiao ge --" ia memohon belas kasihannya karena merasa sangat lemah di lututnya.

Dia tahu apa yang terjadi cukup rumit, entah apa yang menyebabkan semua ini, tetapi yang pasti mereka memiliki malam yang panjang untuk diri mereka sendiri. Seharusnya mereka menikmatinya, sangat sia-sia jika protes sekarang hanya karena alasan yang tidak jelas. Dengan pemikiran itu, Zhang Qiling menyapukan bibirnya yang merah dan gemetar di pipi Wu Xie saat dia mulai bernafas secara kasar dan memburu. Jemarinya menekan rahang Wu Xie, menjaga wajahnya tetap stabil saat dia beraksi menyusuri ke bawah menuju telinga dan lehernya. Dia kembali ke bibir Wu Xie, mengambilnya di antara bibirnya sendiri, mengisap dan menggigit lapisan lembut itu dengan rakus dan rakus seolah-olah dia tidak pernah merasa cukup.

"Ahh-Mm..."

Zhang Qiling tidak percaya dia mendengar erangan Wu Xie-nya. Kebutuhan dan gairah yang putus asa untuk memberikan sentuhan menggerogoti dada pria tampan yang rentan itu, dia memiliki dorongan besar untuk menunjukkan yang terbaik malam ini dan membuat Wu Xie menjadi miliknya sampai ke intinya.

"Ahh, izinkan aku bernafas.." Wu Xie memprotes sejenak, menjauhkan diri seolah ia tidak lagi berselera. Dia menahan diri susah payah untuk mengambil udara. Namun tubuhnya mengkhianatinya dengan rasa panas yang mencapai otak, gairah yang melonjak membuatnya mengerang frustrasi karena dia hanya membutuhkan sentuhan, dan hanya pria ini yang siap memberikannya.

Tampaknya tidak adil bahwa pria tampan yang seksi itu masih bisa tenang saat dia bersandar lemas di dinding. Menyerah dan rentan bagi siapa saja untuk melihat dan menyentuh. Tapi, pada saat yang sama, dirinya bukan untuk siapa pun, melainkan hanya untuk pria menarik yang tak tertandingi ini.

Ini pengalaman sekali seumur hidup. Aku tidak tahu mengapa, mungkin aku hanya akan menganggapnya sebagai one night stand, dan memastikan ini tidak akan pernah terjadi lagi..

Wu Xie masih memikirkan perasaan kehilangan yang akan ia alami sebelum dia entah bagaimana berhasil naik ke tempat tidur dengan bantuan kekasihnya.

Jemari Zhang Qiling menyebar di tulang rusuknya, menyentuhnya. Bibir mereka hampir tidak bisa berpisah sekarang, napas mereka dipertukarkan dan setiap hisapan membuat mereka berdua gila.

Wu Xie mengerang tak terdengar saat tetesan kecil keringat keluar di sepanjang garis rambutnya. Dalam beberapa saat, tubuhnya terasa terlalu panas dan ada terlalu banyak pakaian sialan.

"Xiao ge, bajumu!" dia bergumam, menarik kemeja Zhang Qiling sedikit lebih jauh sampai dia dengan tenang menurut dan mengangkat tangannya sedikit sehingga dia bisa melepaskan pakaian dari tubuhnya yang megah dan berotot.

Tetapi begitu Zhang Qiling balik melepas bajunya, Wu Xie terkesiap. Dia mencakar bagian belakang rambut Zhang Qiling dan mengepalkan itu ke kepalan tangannya yang kecil. Itu sangat liar, cara tubuh mereka bergoyang bersamaan dan bingkai tempat tidur sudah mulai bergerak bersamaan dengan tubuh mereka.

Sekali kegilaan ini dimulai, Zhang Qiling sulit untuk berhenti. Nafasnya terengah-engah di lekukan leher Wu Xie sebelum dia melemparkan kemejanya ke seberang ruangan, ke sudut yang jelas tidak penting saat ini.

Dia kembali membenamkan ciuman ke bibir Wu Xie dan menghisapnya ganas. Sementara itu tangannya ada di mana-mana, bergerak di atas kulit pucat dan mengelus dada serta puting sensitif Wu Xie, membuat pemuda itu membenamkan giginya ke dalam bibir bawahnya dengan sedikit hembusan udara.

"Huft! Ahh.."

"Kau seksi!" Zhang Qiling bergumam, menundukkan kepalanya untuk melanjutkan ciuman yang berantakan dan liar, mengisap lidah dan bibir masing-masing.

Aku tidak pernah berpikir mencium seorang pria akan terasa luar biasa Aku sangat menyukainya..

Wu Xie menceracau dalam kepala, membiarkan lidahnya menelusuri bibir atas Zhang Qiling, menariknya sedikit ke belakang sehingga dia bisa melihat pria itu memainkan ikat pinggangnya. Dengan satu gerakan dia menariknya lepas, membiarkan benda itu tergelincir ke lantai dengan bunyi benturan kecil sebelum dia menghela nafas puas.

Zhang Qiling mulai menurunkan celananya, melepaskan dari kakinya yang panjang dan menjatuhkannya ke sisi tempat tidur serta bibirnya menemukan jalan ke dada Wu Xie. Dia melakukan hal yang sama pada Wu Xie sambil menyapukan bibirnya di seluruh permukaan tubuh, meninggalkan bekas merah di kulit lembut Wu Xie yang pucat. Desahan keras Wu Xie memantul di dinding kamar tidur yang kosong.

"Xiao ge.. Aku membutuhkanmu," bisiknya serak, bulu matanya yang panjang dan gelap membelai tulang pipinya saat dia berkedip. Bekerja dengan cepat, pria yang mempesona itu tersipu dan sedikit menyeringai pada saat yang bersamaan yang dihadiahi segera oleh Wu Xie dengan tersenyum malu-malu seperti gadis remaja yang mengalami pengalaman seks pertamanya.

"Jangan khawatir, aku akan mempersiapkanmu dengan hati-hati, sayang."

"Apa maksudmu?" tersengal, tiba-tiba Wu Xie terkejut, apakah dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Rasanya dia belum membayangkan yang terburuk.

"E-eh.. tunggu Xiao ge!" tangannya mencengkram bahu Zhang Qiling dengan gelisah.

"Ada apa? Apa kau sangat takut?" tanya Zhang Qiling ikut cemas.

"A-aku..." Rasa malu dan juga keinginan saling berbenturan dan bergolak dalam dirinya sewaktu Wu Xie mulai mengoceh lagi.

"Aku tidak yakin ingin melakukannya dengan caramu. Maksudku, kita akan lihat milik siapa yang paling besar. Siapa pemenangnya, maka dia akan menjadi top!"

".....?????!!!!...."

Siapapun yang berada di bawah pengaruh kuat obat pembangkit gairah mungkin tidak akan berpikir seliar dan sekonyol itu terkecuali Wu Xie orangnya.

"Aku seorang top, Xiao ge --" Wu Xie meneruskan dengan suara serak yang bawel.

"Oke, kita akan buktikan segera.."

Bersamaan dengan ucapan penuh ketidaksabaran dan mengundang bahaya itu, Zhang Qiling menghembuskan nafas keras, mulai menelusuri kembali setiap inchi tubuh Wu Xie dengan ciuman.

"Xiao ge --!" Wu Xie menarik napas, menjatuhkan kepalanya kembali ke tumpukan bantal dengan hembusan udara panas. Zhang Qiling tidak mabuk oleh alkohol, tapi dia mabuk oleh rasa cinta dan pemujaan tak masuk akalnya pada Wu Xie. Dia melakukannya dengan baik meski itu untuk pertama kali, dan ketika ia kembali menangkap bibir Wu Xie dalam ciuman panasnya, tubuh telanjang keduanya telah sama-sama licin oleh keringat. Dia melirikkan sudut mata elangnya ke bawah mereka, dan satu kesimpulan lucu tertangkap dengan jelas.

"Wu Xie..." Ia berbisik penuh kemenangan di telinga Wu Xie dan menjilat daun telinganya dengan liar, membuat otot-otot pemuda di bawahnya mengejang.

"Milikku 💯 persen lebih besar darimu."

Melayang oleh permainan Zhang Qiling sejauh ini, Wu Xie masih sempat membelalak ngeri. Dia menyentakkan tubuh, berjuang membalikkan posisi. Tapi astaga! Tubuh pria ini sangat berat!

Sialan! Aku terlahir top! Bagaimana bisa...

Zhang Qiling bersiap di atasnya, itu adalah posisi misionaris, mereka berdua sudah mengetahuinya, tetapi sebelum itu keduanya saling memandang penuh perasaan.

"Kau sangat imut dan menggairahkan, bahkan hanya dengan melihat matamu, pikiranku sudah penuh dengan kegilaan," gumam Zhang Qiling tulus. Dalam sekejap semua kekecewaan pada Wu Xie lebur dan hilang di udara tipis dan panas kamar ini.

"Apakah itu seharusnya pujian, atau kau hanya memberitahuku bahwa kau tidur dengan orang lain sebelum aku?" Zhang Qiling bisa merasakan sedikit kecemburuan dalam pertanyaan Wu Xie.

"Kau yang pertama untukku, kau adalah orang pertama yang membuatku mendengar jantungku sendiri berdebar tanpa henti," ia berharap Wu Xie akan mempercayainya.

"Kau juga," Wu Xie terengah.

"Kau juga pria pertama bagiku. Jadi lekas tunjukkan kemampuanmu, tubuhku mendidih.."

Akhirnya dia mengakui dengan malu. Itu menjelaskan bahwa gaya hidup Amerika tidak berdampak padanya.

"Aku adalah pria pertamamu jadi pastikan kau tidak pernah melupakanku," suara Zhang Qiling kental dengan gairah lapar yang tak terbantahkan.

Dia mendorong dirinya perlahan tanpa menunggu reaksi, karena dia tahu bahwa Wu Xie sudah siap dan nyaris linglung sejak tadi untuk melewati sejauh mana hubungan cinta ini akan membawa keduanya pada puncak kegilaan yang indah dan tak terlupakan.

Detik dan menit berlalu dalam perjalanan cinta yang panas. Zhang Qiling jatuh ke depan untuk menopang dirinya di kedua sisi kepala Wu Xie dengan rambutnya yang berantakan dan basah jatuh menutupi matanya yang berkilau. Wu Xie mengangkat tangannya yang gemetaran, mendorong rambut itu keluar dari wajahnya dan mengundangnya ke dalam ciuman pelan dan lembut yang membuat keduanya bergidik dan terengah-engah.

"Tolong pelan-pelan," Wu Xie memprotes dalam erangan nikmat.

"Maaf, tapi kau sangat menggoda," gumam Zhang Qiling, merasa bersalah. Dia menyatukan dahi mereka saat berayun ke depan lagi dan lagi. Nafas mereka berbaur, bulu mata berkibar dan hidung saling beradu. Wu Xie cukup yakin bahwa dia akan mati karena betapa panasnya ruangan ini dan sebagian besar karena betapa luar biasa dan memikatnya pria tampan ini.

Beberapa waktu kemudian keduanya melepaskan beban besar dengan erangan erotis dan tiba-tiba Wu Xie mengeluarkan air mata dari matanya karena rangsangan yang jahat dan berlebihan, napas tercekat keluar dari bibir merahnya yang bengkak dan tangannya meremas sisi punggung Zhang Qiling. Dia tersentak sedikit ketika dia merasakan tubuh di atasnya jatuh di atas dadanya dengan hembusan udara hangat, dan mulai sedikit tenang.

"Kau merasa baik?" Zhang Qiling terengah-engah setelah beberapa saat, menekan wajahnya ke bahu Wu Xie dan menarik napas dalam-dalam.

"Ya.. ini luar biasa," Wu Xie bergumam, mengedipkan mata ke arah Zhang Qiling dengan tangannya terkubur di rambutnya yang basah dan berantakan.
"Aku merasa lega sekarang," dia menambahkan dengan sedikit senyum di bibirnya yang tipis, Zhang Qiling menyadari bahwa senyuman itu sedikit aneh dan sedih.

Apakah Wu Xie menyesali ini?

Dia mabuk saat mengundangnya dalam permainan cinta ini, dan mungkin ia didorong oleh banyak emosi sentimental lainnya. Tetapi dirinya sendiri tidak mabuk, sangat sadar dan mengetahui dengan jelas apa yang telah terjadi, dan juga telah bersiap akan seserius apa hubungan ini nanti.

"Aku mencintaimu, Wu Xie.."

Dia berbaring di samping pemuda yang memejamkan mata dengan lelah. Wu Xie jatuh tertidur dengan cepat, bahkan tidak akan sempat baginya untuk menyesal.

"Aku akan menjagamu sampai akhir nanti."

Dia merasa gemetar dengan pengalaman dan perasaannya sendiri. Setelah mencium lembut kening Wu Xie, Zhang Qiling memeluk tubuh yang lebih mungil itu, menarik selimut dan berjanji akan melindunginya dari pandangan buruk dan mata jahat dunia. Cahaya dari tali merah yang berkobar melilit dirinya dan Wu Xie menjadi pemandangan indah terakhir sebelum ia memejamkan mata.

💜💜💜

Zhang Qiling terbangun dari tidurnya dalam keremangan. Sambil mengerang, dia berguling ke samping dan menggunakan lampu pijar di atas nakas untuk memeriksa waktu pada jam. Saat ini pukul enam pagi.
Dia menghela nafas berat memikirkan betapa cepat waktu berlalu. Dia mengalihkan tubuhnya ke sisi lain untuk memastikan Wu Xie ada di sana, yang mengejutkannya adalah~

tempat itu kosong.

Ini salah satu ketakutan yang sangat mengganggu dan menghantuinya sejak lama, bahwa dia terbangun di tengah malam mau pun pagi hari dan kemudian tidak dapat menemukan Wu Xie di mana pun. Tidur nyaman yang ia nikmati beberapa jam yang lalu seketika hancur berantakan.

Dia tidak perlu mengusap kantuk dari matanya karena hal semacam itu sudah pergi. Kakinya perlahan-lahan turun dari tempat tidur, dan mengenakan kemeja, jas serta celana panjang. Dia mengira bahwa Wu Xie mungkin berada di kamar mandi.

Tetapi suasana kamar sangat hening. Tidak ada gemericik air, bahkan hembusan pendingin udara pun nyaris samar tak terdengar.

Kesendirian macam apa ini?

Memutuskan untuk segera memeriksa keluar, Zhang Qiling mencuci muka dan keluar dari ruangan setenang mungkin, dia berjalan di sepanjang lorong, menuju ke lobi hotel. Mungkin segelas air akan sedikit menenangkannya. Dia berbalik arah dan menuju restoran.

Apakah Wu Xie bangun dan pulang lebih dulu? Tetapi mengapa tidak membangunkan mau pun memberitahunya. Untuk beberapa detik Zhang Qiling mondar mandir dengan linglung, kemudian seperti baru tersadar, ia mengambil ponsel dari saku jas dan menghubungi nomor Wu Xie.

Tidak tersambung!

Dia menjauhkan benda itu dan menatapnya gusar. Seakan ponsel itu yang salah. Tidak sabar, dia meneguk air putih paling dingin dan menghubungi Wu Xie lagi. Responnya masih seperti semula, suara operator memberitahukan bahwa nomor tidak aktif dan berada di luar jangkauan.

Tidak mungkin! Pasti ada yang salah!

Zhang Qiling bergegas menuju lobi, menyelesaikan administrasi dengan gugup dan melesat menuju halaman hotel. Dia berlari dengan panik ke jalanan, mencari ke segala arah, kalau-kalau Wu Xie masih berada di sekitarnya.

"Wu Xie!" Dia memanggil, mengundang tatapan heran dari beberapa orang.

"Wu Xie!"

Seorang satpam menghampirinya.

"Tuan, ada yang bisa saya bantu?" Ia menawarkan dengan ramah.

Zhang Qiling menatapnya, lantas mencari foto Wu Xie di galeri, menunjukkan pada satpam itu.

"Pak, apa kau melihat pemuda ini keluar dari hotel?"

Satpam itu meneliti dengan serius, mengingat dengan cermat dan hati-hati. Jawaban dari mulutnya bagaikan hantaman keras palu besar di dada Zhang Qiling.

"Ah ya, saya melihatnya. Pemuda ini, dia keluar dari hotel sekitar satu jam lalu..."

Awan gelap menyelimuti pikiran Zhang Qiling dan ekspresinya tenggelam.

Wu Xie?!

Wu Xie datang dan pergi sesuka hati seperti hantu. Tetapi ...
setelah bercinta dengannya sepanjang malam, teganya dia melakukan ini.

💜💜💜

OMG Wu Xie 🥺😣

To be continued

Please vote and comment 💜

Continue Reading

You'll Also Like

3.7K 381 13
Benang merah yang menyatukan keduanya terjadi tanpa diduga - duga. Akan kah kisah keduanya berakhir bahagia? Atau malah tragis seperti sebelumnya. ...
3.7K 257 6
โ will you love me just as much when the camera went off? โ the actor, the actress, and the story between them behind the scenes. kim hyeyoon & byeon...
27.8K 4.1K 14
"Jika aku kalah, maka aku harus menjadi pacarmu selama satu bulan." โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€ Berawal dari sebuah tantangan yang dilontarkan olehmu, kau pun berujung me...
9.5K 617 62
โš ๏ธWajib follow sebelum baca โš ๏ธ Jangan lupa tinggalkan jejak, minimal vote *** "Senja selalu membuatku terus menyukainya. Karena dia selalu memberiku...