š…š¢š«š¬š­ š‹šØšÆšž (šš¢š§š ...

By Shenshen_88

11.1K 1.4K 551

Ada satu kepercayaan dalam keluarga Zhang yang selalu dianggap takhayul oleh Zhang Qiling. Dikatakan bahwa di... More

Chapter 01
Chapter 02
Chapter 03
Chapter 04
Chapter 05
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22 (End)
Extra Chapter
Extra Chapter

Chapter 17

259 42 19
By Shenshen_88

Sepasang mata Liu Sang cemerlang di balik lensa dan tersenyum pada seseorang sambil menawarkan segelas lemon squash.

"Terima kasih!" Orang yang ditawari itu adalah Zhang Rishan. Seperti biasa dia datang dan pergi sesuka hati di dalam bar. Dia menerimanya dan dengan penuh semangat meminum minuman itu, mengamati balok-balok es batu. Dia membanting gelas ke atas meja dan menghela nafas panjang.

"Jadi, Xiao ge masih tidak ada di sini?"

Dia ingin memastikan dengan suara penuh pertanyaan. Bagi Liu Sang itu adalah surga, kesempatan emas untuk melakukan percakapan yang layak membahas orang yang dia sukai. Dia terkekeh dan mengambil kembali gelas itu.

"Akhir-akhir ini dia selalu mengurung diri di ruang kerjanya," ia menjawab, mengabaikan keheranan di wajah paman Rishan.

"Pemuda bernama Wu Xie itu, apa dia masih suka datang kemari?" Dia meregangkan tubuhnya sedikit dan meluruskan.

"Selalu. Tetapi Xiao ge tidak pernah menemuinya lagi sekarang. Sepertinya mereka sudah tidak berteman baik." Dia sedikit menyeringai, masih merasa energik untuk memiliki kesempatan mendekati Zhang Qiling setelah renggangnya komunikasi dia dengan Wu Xie.

"Pasti ada kesalahpahaman diantara mereka," gumam paman Rishan, disambut gelengan oleh Liu Sang.

"Tidak ada hal semacam itu. Mereka hanya tidak berjodoh satu sama lain. Untuk apa dipaksakan?"

"Begitu ya?" Paman Rishan mengerling geli. Dia menangkap kecemburuan di sana. "Tapi kulihat benang merah takdir diantara mereka masih terikat dengan kuat, dan nyalanya berkobar."

Liu Sang mendecih. Takhayul bodoh itu lagi. Dia sudah cukup dengan orang minum dan mabuk semalaman, tidak perlu ditambahkan dengan orang yang tidak minum tapi lebih mabuk dari para pengunjung.

"Aku juga sudah mengikat benang merahku," dia mengangkat tangan kanannya, memperlihatkan dengan bangga gelang tali merah yang cukup bagus.

"Aku akan membelikan satu untuk Xiao ge, biar couple."

Melihat betapa konyolnya sikap Liu Sang, paman Rishan tertawa singkat namun tidak berkomentar apa-apa.

Pada saat itu seseorang muncul di antara para tamu. Mereka melihatnya bersamaan.

"Entah sudah berapa malam berturut-turut dia datang tanpa bisa menemukan Xiao ge. Rupanya bocah nakal itu gigih juga," dengus Liu Sang.

Dia melihat Wu Xie duduk dengan wajah muram di satu meja dan memesan sebotol minuman anggur merah terbaik. Menuangkan dan meneguknya secara perlahan, Liu Sang melihat pemuda itu bahkan sudah lesu sebelum mabuk. Dia menyeringai pada paman Rishan.

"Apakah dia masih belum sadar bahwa Xiao ge tidak akan menemuinya lagi?" Liu Sang ingin membuat kesalahpahaman di antara mereka dan melihat mereka putus, dia menunjuk pada Wu Xie dengan ragu-ragu menatapnya lalu menyunggingkan senyum penuh siasat. Dia tidak tahu persis apa yang membuatnya berduka sampai sejauh ini atau apa yang membuat mereka menjadi bertengkar, tetapi apa pedulinya.

"Aku penasaran," gumam paman Rishan.

"Apakah benang merah itu berbohong untuk kali ini," lanjutnya sambil meneguk sisa lemon squash.

Beberapa waktu berlalu dan selama itu paman Rishan memperhatikan Wu Xie. Di dekatnya, Liu Sang masih ingin bergosip tetapi sesekali terganggu oleh pesanan tamu.

"Mau minum denganku?" Seorang gadis cantik bertubuh tinggi langsing tiba-tiba muncul mendekati Wu Xie.

"A--apa??" Wu Xie terperangah, bukannya terkejut atau kaget dengan permintaannya yang tiba-tiba, ia merasa lebih khawatir. Dia sudah menghabiskan tiga gelas dan tidak segera sadar bahwa gadis asing itu ingin menyentuh tangannya dan sangat ingin merasakan panas sentuhannya juga di tubuhnya.

"Ah tampan, apakah kau baik-baik saja?" Gadis yang melihatnya panik terlihat pura-pura terkejut.

"Apa, ada apa?" Entah bagaimana, Wu Xie tidak bisa menahan perasaan cemasnya. Dia menatap padanya dengan serius sebelum meminta maaf kepadanya karena telah memberikan sedikit tekanan kebencian pada suaranya. Mungkin dia membenci kenyataan bahwa dia sedang merindukan kekasihnya sambil mabuk sendirian.

"Boleh aku menemanimu? Kau terlihat sangat kesepian. Mabuk sendirian sama sekali tidak asyik." Gadis itu tidak menunggu persetujuan Wu Xie untuk duduk merapat di sampingnya.

Meskipun untuk mengatakan bahwa dia tidak nyaman dengan kehadiran gadis cantik tidak sepenuhnya benar. Wu Xie tidak bisa membiarkan kewaspadaannya turun. Dia tidak akan pernah merasa nyaman di hadapan orang asing, walaupun itu gadis cantik dan lemah lembut, tidak terlalu terkesan. Tidak seperti kehadiran Zhang Qiling yang membuat suasana di sekitarnya lebih dari indah.

Itu lebih karena dia sudah terbiasa bersama Zhang Qiling dan tidak ingin berada di dekat orang lain. Merasa tidak nyaman saja membuat Wu Xie bertanya-tanya apa perbedaan perasaan di antara mencintai seorang gadis dan sesama pria?

"Jangan terlalu banyak berpikir," gadis itu mendekatinya lagi tanpa meninggalkan ruang di antara mereka, berharap tubuh mereka akan bergesekan satu sama lain sehingga dia mungkin bisa memprovokasi Wu Xie, tetapi Wu Xie dengan cepat bergeser ke samping untuk menghindari terlalu dekat dengannya, dia merasa sangat tidak nyaman.

"Kau bisa minum di sini, tapi jangan merapat padaku," ia memperingatkan dengan suara sumbang.

"Aiishh, membosankan. Sejak kapan pria peminum mulai berpura-pura suci," gadis itu mendesah, kemudian mengisi gelasnya dengan anggur.

Di meja bar, paman Rishan melihat pertunjukan itu dan menyeringai.

"Liu Sang, kau kenal gadis itu?" Ia menoleh pada Liu Sang yang mendekat ke arahnya.

"Tidak," pemuda itu mencibir. Sekilas pandang saja ia bisa menilai gadis itu tertarik dan menyukai Wu Xie. Pemuda kurus, nakal dan urakan itu, apa yang dia miliki hingga orang begitu mudah terpikat padanya. Termasuk manager Zhang dengan pesonanya yang dingin itu.

"Dia terlihat sangat berupaya mendekati Wu Xie," komentar paman Rishan.

"Biarkan dia mencari hiburan atas patah hatinya ditinggalkan Xiao ge," timpal Liu Sang dengki.

Di kursinya, Wu Xie bergerak-gerak gelisah. Cukup yakin bahwa gadis ini sengaja mendekatinya. Khawatir memikirkan niat dari sikap beraninya. Mungkin saja gadis itu akan mengoceh dan menciumnya. Tiba-tiba Wu Xie sangat gugup membayangkan duduk dan berbicara dengannya.

"Dia tidak menyukai gadis cantik itu," paman Rishan berkata lagi, kali ini menyipitkan mata.

"Pura-pura suci dan setia," Liu Sang ikut-ikutan menyipitkan mata.
"Dia bahkan tidak tahu malu untuk terus mendatangi Xiao ge setelah pertunangan tololnya."

"Pertunangan??" Suara paman Rishan mengandung ketertarikan. Jadi ini sumber masalahnya.

"Wu Xie sudah bertunangan dengan gadis lain," ujar Liu Sang, senyum kemenangan hinggap di wajahnya.

"Tapi apa yang dia lakukan sekarang? Terus mengejar Xiao ge. Ada batas untuk rasa serakah dan tidak tahu malu. Sepertinya Wu Xie tidak memiliki perasaan itu."

"Ah kasihan sekali..." Desah paman Rishan. Tiba-tiba memikirkan sesuatu yang kotor dan penuh dosa di benaknya.
"Kalau begitu, aku ingin membuat masalah ini selesai. Jika gadis itu bisa menghibur Wu Xie, mungkin perlahan-lahan dia akan melupakan Xiao ge."

"Kau punya ide cemerlang?" Liu Sang mengangkat pandangannya penuh harap pada paman Rishan. Berharap pria tua itu bisa mendukung obsesi terpendamnya pada Zhang Qiling.

"Aku memiliki ini," seperti sudah dipersiapkan, paman Rishan mencari-cari sesuatu dalam tas kulit khas orang tua miliknya.

"Blue moon." Senyuman licik melintas di wajah paman Rishan sewaktu dia mengangkat botol kecil ukuran sepuluh mili tepat di depan matanya.

Apa itu? Liu Sang memiringkan wajahnya. Kedengarannya samar-samar akrab, tapi ia tidak bisa berpikir sekarang.

"Jika Wu Xie meminum beberapa tetes cairan berbahaya ini. Maka hiburan yang terbaik tidak bisa dia hindarkan," bisikan paman Rishan terdengar angker.

"Bagaimana caranya?" tanya Liu Sang, matanya mengerjap-ngerjap.

"Tentu saja dengan bantuanmu," paman Rishan mengerling licik.

Kaki Liu Sang bergeser, tirai kedengkian menutupi setiap inci tubuhnya.

"Bantuanku?" Ini menyebalkan. Dia tahu itu.

Paman Rishan meminta satu gelas lemon squash lagi pada Liu Sang, setelah tersedia ia menambahkan beberapa tetes cairan itu ke dalamnya.
"Kau hanya harus membuat Wu Xie meminum ini."
Dia mendorong gelas itu pada Liu Sang.

"Apa yang akan terjadi jika Wu Xie meminumnya?" Liu Sang bertanya curiga.

Paman Rishan terkekeh, kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Liu Sang.

"Satu insiden tak terduga dengan gadis itu mungkin akan terjadi dan menghancurkan hubungan Xiao ge dan Wu Xie."

Matanya melebar cemerlang sekaligus meringis. Brilian. Ia akan membiarkan Wu Xie bersenang-senang dengan menyedihkan, karena itulah satu-satunya kesempatan, saat dia terjebak dalam situasi kurang baik. Satu hal yang ia bisa berterima kasih kepada paman Rishan untuk gagasan berani ini.

Di kursinya, Wu Xie masih mencoba mengatasi gadis cantik yang menggodanya dengan gigih.

"Maaf, aku tidak punya waktu untuk ini," ia berkata bosan pada gadis bebal di sisinya.

"Tidak perlu terburu-buru, malam masih panjang, bukan?" Ia tertawa kecil dan dangkal, meski masih menahan diri untuk tidak menyentuh wajah Wu Xie.

Aahhh sialan... Wu Xie mengumpat dalam hati, terlalu mual dan pusing untuk mengeluarkannya secara verbal.

"Hai Wu Xie," Liu Sang tampil tanpa diundang dan itu mengejutkan.

"Ini khusus dariku. Lemon squash akan membantumu menetralkan alkohol dan meredakan rasa mual."
Dia mendorong gelas keramat itu penuh kemenangan, tepat ke depan Wu Xie.

"Kau?" Wu Xie mengernyit, dalam pandangan yang mulai buram, ia melihat wajah Liu Sang seperti siluman rubah di serial drama.

"Siapa kau?"

Mendengar ocehan Wu Xie, pemuda berkacamata menyipitkan matanya.

Astaga, bocah ini nakal, membosankan, bodoh, dan hambar.
Semua tamu pemabuk di sini seperti itu.

"Kau mulai mabuk Wu Xie, minum lemonnya." Dia berkata tegas, melirik si gadis cantik sebelum berbalik pergi.

"Apa-apaan?" Wu Xie merengut, tetapi secara reflek dia mengulurkan tangan untuk meraih gelas itu. Gelembung kecil naik dari dasar gelas di antara irisan lemon segar. Dia menatap cairan bening dan indah itu sambil membayangkan sinar mata Zhang Qiling yang sudah beberapa lama tak bisa dilihatnya.

"Untuk membiarkan aku menghiburmu malam ini, setidaknya kau harus mengurangi mabukmu," gadis di sisinya mengoceh lagi, membuatnya jengkel.

"Diamlah," ia mendesah.

Tak urung dia meneguk lemon squash itu, rasanya kuat dan menyengat. Dia mengernyit dalam, nyaris tercekik oleh reaksi tumpang tindih melewati tenggorokan dan dadanya.

Dari balik meja bar, Liu Sang mengamati diam-diam, demikian pula paman Rishan. Beragam emosi terpancar dari dua orang itu.

"Paman," Liu Sang berbisik tanpa melepaskan pandangannya dari Wu Xie.

"Sebenarnya obat apa yang kau berikan pada Wu Xie?"

Paman Rishan melihat ke arahnya, menatap langsung ke mata, seolah-olah dia tahu apa yang dipikirkan bersamaan dengan emosi kecemburuan yang ada dalam hatinya sepanjang waktu. Paman Rishan tersenyum saat menjawab, "Obat pembangkit gairah."

"Apa??" Pembuluh darah di leher Liu Sang berdegup kencang, dan ia membeku.

"La-lalu apa yang akan terjadi?"

Paman Rishan mengerling bosan, "Jangan pura-pura tidak tahu. Efek obat akan membuat Wu Xie menginginkan gadis itu. Bukankah luar biasa untuk benar-benar terhibur meski hanya beberapa menit?"

Liu Sang menutup mulutnya. Lumayan shock. "Jika Xiao ge tahu???"

Dia merinding memikirkan bagaimana tragedi putus cinta yang penuh drama akan terjadi tak lama lagi. Meski menginginkan hal itu terjadi, memikirkan patah hati yang akan dialami sang idola diam-diam membuatnya meringis prihatin.

"Karena itulah aku harus memberitahunya, jangan sampai Xiao ge melewatkan pertunjukan ini."

Selesai mengatakan itu, ia menunggu beberapa saat hingga ia melihat Wu Xie bergerak dari mejanya dan terhuyung ke satu arah kemudian paman Rishan mundur dari meja bar dan menuju ruangan Zhang Qiling di lantai atas.

💜💜💜

Minuman ini secara ajaib memang menetralkan rasa mabuknya untuk sekian detik. Tapi rupanya itu hanya permulaan yang menipu. Tiba-tiba keringat dingin menutupi wajahnya, dan Wu Xie kembali merasa mual.
Mendorong dirinya untuk berdiri, dia menghembuskan napas dan bergegas ke arah koridor menuju toilet.

"Hai tampan, mau kemana kau?" Gadis cantik di sisinya memandang terheran-heran.

Wu Xie mengabaikan semua hal, terfokus pada perutnya yang penuh dengan sesuatu, rasa terbakar dari empedu yang naik ke tenggorokan semakin kuat. Melemparkan berat badannya ke pintu toilet, ia mendorong dan masuk ke satu bilik, membungkuk di atas toilet dan mulai muntah terengah-engah.

Sesaat semuanya mereda dan ia terbatuk, matanya berair saat ia mulai mengendalikan diri. Apa yang terjadi berikutnya sangat buruk hingga ia mulai merasakan ketakutan yang aneh. Ada hawa hangat yang naik, menyebar di setiap urat syaraf. Rasanya ada ribuan serangga menggelitik, menggerayangi setiap inci tubuhnya. Wu Xie mengerang, sakit kepala dan desiran aneh ini membuatnya ingin jatuh pingsan.

Apa yang terjadi padaku???

Ia terhuyung keluar dari bilik toilet, meremas rambutnya kuat-kuat. mengatupkan rahangnya, Wu Xie mencoba mengendalikan debaran di dada, tapi gairah yang tiba-tiba menyerang membuat perutnya melilit dan lututnya gemetar.

Sialan, apa-apaan??

Udara entah bagaimana terasa asam dan manis yang menjijikkan, seperti kabut asap dan rasanya lebih tebal, seperti Wu Xie bisa mengunyah napasnya, itu bukan sensasi yang menyenangkan.

Langkahnya bergerak lambat di koridor toilet yang remang-remang. Satu atau dua orang berpapasan dengannya, dan melihat mereka Wu Xie merasakan dorongan gila yang kuat dan menakutkan. Dia tidak tahu apakah ia sengaja menyentuhkan bahunya pada siapa pun yang kebetulan berpapasan, dia hanya merasakan satu kebutuhan aneh dan tidak terkendali.

"Hei bung! Perhatikan jalan!" Seorang pria terhuyung karena menabrak bahu Wu Xie. Pemuda itu memegang kedua lengan si orang asing.

"M-maaf, tapi bisakah kau membantuku?" Wu Xie menceracau pusing.

"Oh, astaga.. pemabuk payah.." pria itu menepis lengan Wu Xie dan berjalan pergi sambil menggelengkan kepala.

Wu Xie kembali pada langkah yang tidak stabil, bersandar sejenak dan tertawa kering atas kondisinya yang menyebalkan. Dia nyaris menabrak seseorang lagi, tapi efek terburuk minuman sudah mencapai puncak hingga ia hanya melihat bayangan yang bergerak terus-menerus, berputar-putar dan bergeser dan memancarkan cahaya lembut lampu temaram di sepanjang koridor. Bayangan itu sesekali diam dan membentuk satu sosok dan wajah yang familiar.

"Xiao ge?" Wu Xie bertanya, tidak bermaksud mengatakannya dengan lantang.

Sosok pria itu tegak menatap padanya dengan dingin sekaligus tercengang. Tidak seperti pria sebelumnya yang menolak Wu Xie, kali ini dia tidak memberontak saat Wu Xie berpegangan padanya.

"Wu Xie.."

Pria itu memang Zhang Qiling, dan dengan suara lembut dan dinginnya memanggil Wu Xie.

"Tolong aku," Wu Xie merintih oleh sensasi memusingkan yang melilit sekujur tubuhnya seperti tali yang kuat.

"Apa yang terjadi?" Zhang Qiling bertekad tidak ingin melibatkan diri dengan Wu Xie lagi, tetapi nampaknya ia tidak berhasil menepati janjinya sendiri.

"Bawa aku pergi dari sini, kemana pun... Ini tidak tertahankan."

"Wu Xie?"

Ada yang aneh.

Wu Xie tersenyum lebar dan mabuk. "Aku senang sekali, selalu dirimu yang bisa menemukan aku. Bahkan di lorong yang gelap dan sepi..."

"Diamlah, ayo keluar dari sini.." gumam Zhang Qiling pahit, melingkarkan lengannya yang kuat pada bahu Wu Xie.

Di matanya, lorong itu tidak gelap. Cahaya merah menyala dari benang merah itu berkobar cemerlang di matanya. Dan itulah alasan mengapa dia selalu bisa menemukan Wu Xie.

💜💜💜

Haduh mereka mau kemana yaa?

To be continued
Please vote 💜😉

Continue Reading

You'll Also Like

7K 1.1K 28
Romansa di bawah hujan tercipta tanpa diduga, perjumpaan singkat seorang pemuda manis dengan seorang eksekutif misterius di sebuah kafe, membawa kisa...
1.4M 81.4K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi šŸ”žšŸ”ž Homophobic? Nagajusey...
153K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
175K 20.1K 23
Saat Harry memutuskan untuk kembali ke masa lalu sebagai hadiah atas takdir yang salah, ia memutuskan untuk memperbaiki segalanya. Ia juga berjanji u...