Istri Mas Duda [End]

By Mentarijelita_

1.6M 124K 1.9K

"Gue dimana sih? Kamar siapa lagi ini? Kalau kamar gue bukan kayak gini" "Ini lagi pada kenapa sama tubuh gue... More

pembukaan cerita
[1] gara-gara boneka bebek
[2] soal pernikahan
[3] Mas Duda
[4] ditinggal pergi Mas Dud
[5] Ananta Dewantara
[6] makan siang bersama
[7] dia Melodi
[9] penjelasan Arkan
[10] pasar malam
[11] Anta, Aska dan jajanan
[12] nasi goreng udang
[13] kemarahan Arkan
[14] kerumah sakit
[15] Anta sembuh
[16] perhatian Arkan
[17] pagi yang mengejutkan
[18] kunjungan mertua
[19] satu kamar
[20] luka Refan
[21] cerita Amara
[22] gombal yang gagal
[23] Amara & Kelvin
[24] ke danau
[25] tetap sama
[26] pembagian raport
[27] ke pantai
[28] Arkan yang menyebalkan
[29] ke mall bareng Refan
[30] happy birthday Anta!
[31] tewasnya Amara
[32] hari terakhir, mungkin
[33] kembali pada kehidupan dulu
[34] mereka, kembali?
[35] kembali bertemu
[36] cerita Arkan
[37] restu
[38] Kelvin dan gadis itu
[39] antara Kelvin dan Anta
[40] putri Arkan dan Amara
[41] flashback Refan
[42] Andira Dewantara (Dila)
Mau Promosi😁

[8] kantor Arkan

35.5K 3K 38
By Mentarijelita_

Dua Minggu sudah Amara berada ditempat yang sama dengan tempat tinggalnya dulu tapi terasa sangat asing dengan orang-orang yang berbeda. Termasuk keluarganya yah sifatnya sangat berbeda dengan keluarganya dulu.

Selama itu juga Amara tau kalau sebenarnya Arkan menikahinya karena terpaksa atas permintaan mendiang istrinya.

"Mas Dud bisa nggak sih jangan abain aku gitu aja, apalagi dirumah. Aku ada tapi seperti nggak ada dimata Mas Dud, sebenarnya apa gunanya ikatan pernikahan diantara kita, hah?" Amara mengeluarkan semua unek-unek yang selama beberapa hari ini bersarang dalam pikirannya dan membuat hatinya serasa sakit.

Arkan berbalik menatap datar Amara yang sudah mengeluarkan air mata "kamu" Tunjuk Arkan pada Amara.

"Kalau bukan karena permintaan terakhir mendiang istri saya, saya tak akan menikahimu yang saat itu menjadi sahabat baik dari istri saat" Ungkap Arkan tanpa memikirkan bagaimana keadaan hati Amara sekarang.

Mendengar setiap untaian kata yang keluar dari mulut Arkan membuat Amara sadar diri. Kalau bukan karena permintaa dari sahabat si pemilik tubuh dia tak akan menikah dengan Arkan sekarang.

"Kamu tau kenapa Anta tidak pernah suka sama kehadiran kamu?" Amara menggeleng lemah dengan air mata yang terus mengalir pada pipinya.

"Karena Anta tak akan pernah bisa menerima kehadiran orang-orang baru, termasuk kamu. Saat tau kalau mamanya udah nggak ada, Anta sebenarnya sudah memutuskan untuk tidak ingin memiliki mama baru, tapi karena permintaan dari Syella saya terpaksa menikahi kamu"

Selesai dengan ucapannya Arkan berjalan meninggalkan Amara disana.

"Apa Mas Dud nggak bisa belajar buat nerima aku sebagai istri, aku udah berusaha buat Mas Dud nyaman sama aku, tapi apa?" Lirihan Amara membuat Arkan menghentikan langkahnya dan kembali berbalik menatap perempuan di depannya.

"Saya tak bisa berjanji, karena jujur saya masih mencintai istri saya, Syella"

"Jika Mas Dud nggak mau berusaha, maka biar aku saja yang berusaha untuk membuat Anta dan juga Mas Dud, mau nerima aku dalam kehidupan kalian berdua" Ucap Amara parau kemudian berbalik untuk naik kekamarnya yang terpisah dengan kamar Arkan.

"Kalau Mas Dud mau makan, didapur sudah ada makanan yang sudah aku masak tadi, kalau bisa bekalnya dibawa juga buat dikantor nanti, nggak sehat kalau makan makanan luar" Tanpa menatap Arkan lagi Amara langsung berjalan menaiki satu persatu anak tangga.

Sekarang Amara tau kalau kehadirannya bukanlah hal yang penting bagi kedua orang itu. Tapi dia tetap berusaha untuk menjadikan kehadirannya sebagai hal yang penting bagi kedua orang itu.

Terbukti sekarang Amara dengan Sebuah paper bag di tangannya yang berisi makanan yang akan dia antarkan kekantor Arkan. Nanti setelah dari kantor Arkan dia akan langsung menjemput Anta ditempat Les.

Karena di tempatnya dulu Amara hanya bisa menaiki sepeda motor, jadi hari ini dia memutuskan untuk menggunakan motor matic yang memang ada dirumah ini dan biasa digunakan untuk kepasar oleh Nana.

Motor scoopy merah milik Amara melaju menuju kantor milik Arkan. Tadi dia sempat meminta alamat dari pak Ansar. Dengan kecepatan sedang Amara melewati jalanan siang yang tidak banyak dilalui oleg kendaraan. Padahal bisa dibilang ini sudah hampir masuk jam makan siang, pasti banyak kendaraan yang berlalu lalang untuk sekedar mencari restoran.

Amara memarkirkan motornya ditempat yang biasa digunakan para karyawan untuk memarkirkan kendaraan mereka. Karena ini sudah masuk jam makan siang jadi Amara dapat melihat banyak sekali orang yang tengah berlalu lalang dengan rekan kerjanya.

Saat dirinya berjalan banyak pasang mata yang menatapnya sinis dan meremehkan. Ada juga sebagian dari mereka yang terang-terangan membicarakan dirinya. Tapi apa yang bisa Amara lakukan? Hanya dapat menulikan telinganya dan berjalan cepat untuk masuk kedalam gedung bertingkat itu.

Dia menghampiri resepsionis yang nampak tengah berbincang dengan rekan kerjanya yang ada disebelah kanannya "permisi" Ucap Amara sopan.

Nampak resepsionis menatap kearah Amara dengan senyuman "ada yang bisa saya bantu, Mbak?"

"Boleh saya tau dimana ruang Mas Du--, maksudnya ruangan pak Arkan?" Hampir saja keceplosan.

Resepsionis itu mengangguk "ruangan pak Arkan ada dilantai sepuluh, Mbak bisa menggunakan lift itu untuk kesana" Ucapnya ramah.

"Terima kasih kalau begitu, saya duluan" Amara menghela nafas lega, untung tak ada drama menanyakan ada keperluan apa menemui pak Arkan dan ujung-ujungnya malah tak diizinkan untuk masuk.

Amara menekan tombol lift untuk menuju lantai sepuluh. Tak ada seorangpun didalam lift itu, hanya dirinya dan juga keheningan yang melanda. Tak lama pintu lift terbuka dan dia langsung melangkah kakinya yang terbalut sepatu sneakers berwarna putih.

Langkah Amara berjalan menuju sebuah meja yang terdapa seorang wanita yang tengah berkaca dicermin kecil.

"Permisi, boleh saya bertemu dengan pak Arkan?" Tanya Amara sopan membuat wanita yang tengah bercermin itu mengalihkan tatapannya kearahnya.

Tampak wanita itu tengah meninjau penampilan Amara dari ujung rambut sampai ujung kaki. Memang apa salahnya dengan penampilan nya saat ini kaos putih yang terbalut cardigan rajut berwarna hijau tua, ditambah kulot jeans, dan juga sepatu sneakers, rambutnya yang terikat dan meninggalkan sedikit anak rambut dibagian samping dan depan.

"Mbak, boleh saya bertemu dengan Pak Arkan?" Tanya Amara lagi.

"Anda siapa?" Tanya wanita itu tak lupa tatapannya sinis yang dilayangkan kearahnya.

"Saya istrinya pak Arkan" Jawab Amara yang memancing gelak tawa dari wanita itu.

"Lo, istri pak Arkan?" Tanya wanita itu tak percaya dan masih tertawa bahkan ada sesuai air mata yang keluar dari sudut matanya.

Apa ada yang lucu? Pikir Amara sekarang. Kenapa wanita itu sampai tertawa terbahak-bahak.

Amara mengangguk "iya, saya istrinya pak Arkan. Kenapa? Mbak nggak percaya sama saya?" Tanya Amara yang masih mempertahankan sikap sopannya pada wanita didepannya itu yang terlihat sangat menjengkelkan di matanya.

"Mana mungkin pak Arkan punya istri modelan kayak lo, nggak cocok banget tau nggak" Ucap Wanita itu.

Oh sepertinya wanita di depannya perlu mendapatkan sebuah tabokan pada bibit merah itu "heh Mbak, kalau lo nggak percaya juga nggak papa kali, gue nggak maksa. Kalau sampai suami gue tau dia punya karyawan kayak Mbak, auto dipecat sih. Mana nggak tau sopan santun lagi sama istri atasannya"

"Lo lagi ngehalu atau gimana? Jelas-jelas lo bukan istrinya pak Arkan, lo pasti orang yang nganterin makanan buat pak Arkan kan. Keliatan sih dari tampilan lo," Kata wanita itu dengan nada sombongnya tak lupa tatapan remehnya.

"Mulut lo nggak pernah disekolahin ya, ngomong kok nggak pernah disaring" Geram Amara.

Rupanya dia harus berhadapan dengan wanita modelan kayak gini siang-siang begini. Berbeda saat dibawa tadi yang auranya adem banget beda sama yang disini auranya kayak pengen gelut.

"Mulut lo yan---"

"Ada apa ini ribut-ribut?" Amara menolehkan kepala menatap orang yang bertanya itu. Dapat dia lihat Jhon berdiri disana seraya menatap kearahnya.

"Ini pak, ada orang yang ngaku kalau dia tuh istrinya pa Arkan. Halu banget kan, ya" Wanita itu langsung angkat suara seolah Amara yang bersalah disini.

"Dia memang istrinya pak Arkan, mau apa kamu?" Tanya Jhon yang dapat membungkam mulut cerewet wanita itu.

Kini giliran Amara yang melempar senyum remeh kearah wanita itu

"Ada perlu apa kamu datang kesini?" Amara mengangkat tangannya yang menenteng paper bag yang di dalamnya berisi bekal.

"Mau antarin bekal buat Arkan"

"Yaudah masuk aja" Jhon berjalan mendahului Amara untuk membuka pintu ruangan Arkan.

Pintu terbuka Amara langsung nyelonong masuk mendahului Jhon hingga matanya terbelalak kala melihat pemandangan di depannya saat ini.

"M-mas Dud..." Lirih Amara tak sanggup melanjutkan ucapannya.

Di depannya terdapat Arkan dan juga Melodi yang tengah terduduk disofa dengan Melodi yang tengah menyuapi Arkan makanan. Amara langsung berbalik keluar dari sana tak lupa menarik tangan Jhon untuk mengikutinya.

"Lo tau dimana tempat yang nyaman buat duduk digedung ini?" Tanya Amara yang berusaha menahan tangisannya.

Jhon tau kalau Amara tengah menahan tangisannya. Akhirnya dia memutuskan untuk membawa Amara menuju taman belakang kantor "ayo ikut gue" Amara langsung mengikuti langkah Jhon yang berjalan menuju lift.

Sampailah Jhon dan juga Amara ditaman belakang kantor yang bisa dibilang cukup asri dengan sejumlah pohon yang tumbuh disana. Jhon menuntut Amara untuk duduk disalah satu bangku yang ada dibawah pohon. Sebelumnya Amara sempat menghubungi Pak Ansar untuk menjemput Anta di tempat Les karena dirinya tak bisa.

"Lo udah makan?" Tanya Amara yang mendapat gelengan dari Jhon.

Amar mengeluarkan bekal yang terdapat dalam paper bag kemudian menaruh disampingnya "nih makan, gue nggak tau kalau lo bakal suka atau enggak" Tangannya bergerak membuka kotak bekal yang bertindih dua. Ada nasi ditambah dengan rendang yang dibuat khusus oleh Amara untuk Arkan.

"Gue boleh makan? Takutnya lo nggak rela lagi makanan yang seharusnya buat Arkan malah gue yang makan"

"Udah makan aja, dari pada mubazir nggak ada yang makan kan" Ucap Amara mengalihkan tatapannya kearah depan.

Jhon tersenyum lalu mulai memakan makanan yang diberikan oleh Amara. Jujur saja rendang yang dibuat oleh Amara terasa enak, bisa dibilang kalau Jhon itu termasuk penyuka makanan padang.

"Ini lo sendiri yang masak" Tanya Jhon disela makannya.

"Emm, gue masaknya khusus buat Arkan karena yang gue tahu dari Nana kalau Arkan juga suka sama rendang. Kenapa? Nggak enak?"

Jhon menggeleng cepat "enggak, ini enak banget." Jawabnya jujur.

"Kalau begitu makan sampai habis, gue bakal nunggu sampai lo selesai makannya"

Cukup lama keduanya terdiam, Amara dengan pikirannya dan Jhon dengan makanannya.

"Lo nggak marah atau merasa sedih gitu?" Tanya Jhon disela makannya.

Amara tak membalas dirinya hanya terdiam mendengar pertanyaan dari Jhon. Sedangkan Jhon menggaruk tengkuknya merasa telah salah bertanya "maafin gue, silakan lanjutin kegiatan lo natap kedepan"

"Gue cukup sadar diri kalau keberadaan gue dihidup Arkan bukanlah hal yang penting. Jadi buat apa gue merasa sedih ataupun marah dengan kelakuan Arkan, itu hak dia untuk nyari kebahagiaannya dan kebahagiaan itu bukan gue, mungkin" Amara menjawab pertanyaan Jhon tadi membuat Jhon merasa tak enak karena pertanyaannya itu.

"Gue nggak berniat buat nyinggung hal itu, maafin gue"

Amara terkekeh kecil mendengar kata maaf dari mulut Jhon "buat apa minta maaf kalau emang kayak begitu kebenarannya bukan, jadi nggak perlu minta maaf"

"Sudah selesai?"

Jhon langsung membereskan kotak bekalnya lalu memasukkan kembali kedalam paper bag yang ada di sampingnya "terima kasih untuk makanannya, sangat lezat" Puji Jhon.

"Sama-sama, kalau gitu gue langsung pulang aja"

"Lo bawa mobil?"

"Gue bawa motor, tenang aja gue udah jago kalau soal bawa motor" Jhon terkekeh mendengar ucapan  Amara. Menurutnya Amara itu orangnya baik, dan kalau berteman seru apa lagi kalau orangnya udah dekat banget.

•••••

Udah mulai muncul nih beberapa masalah dalam keluarga Arkan dan Amara. Tapi tenang, semua masalah tak akan bertahan lama. Semua akan bahagia pada waktunya.

Ada yang mau aku kasih cast nya dalam cerita ini nggak?

Jangan lupa vote dan juga komennya

SPAM NEXT DISINI👉

Continue Reading

You'll Also Like

4.6M 219K 56
Bagaimana jadinya seorang Naya yang baru lulus wisuda tiba-tiba bangun menjadi istri dari seorang duda yang mempunyai anak dan anaknya itu udah berum...
7.3M 378K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...
2.1M 160K 46
Maira,murid sma nakal yang jiwanya masuk kedalam tubuh Airin istri dari seorang presma dan memiliki sifat baik dan penurut. ----------------------- �...
3.6M 355K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...