Jangan lupa untuk vote dan komen 💚🥰
!!!21+!!!
***
Hampir tujuh jam Geo menemani Tasha yang tengah tertidur. Ia sakit lagi. Penyakit komplikasinya muncul. Hal itulah yang menjadi alasan Geo meninggalkan Naira. Ia ingin merawat Tasha sampai sembuh.
Melihat Tasha yang tertidur pulas membuat Geo tidak tega untuk membangunkannya, namun Tasha harus makan walaupun badannya terasa lemah.
"Sha..." Lirih Geo menepuk tangannya pelan.
"Tasha bangun dulu, kita makan sekarang," ucap Geo lagi kepada Tasha masih memejamkan matanya. Suara Geo tidak menggangunya sedikitpun.
Geo akhirnya memilih duduk di samping Tasha dan mengelus rambut perempuan itu dengan lembut. Lalu ia usap pelan pipi Tasha yang halus bagai kulit bayi. Wajahnya yang pucat membuat Geo sedih.
"Kamu bangun dong," kata Geo pelan di dekat telinga Tasha.
Kali ini Usahanya membuahkan hasil, beberapa menit kemudian Tasha mengerang. Matanya tampak merah mungkin karena terlalu banyak tidur.
"Nghhh." Tasha melenguh lalu menggenggam tangan Geo yang sedang menyentuh pipinya.
"Makan dulu yuk. Habis itu minum obat," tutur Geo lembut. Tasha tidak bereaksi, ia hanya terdiam menatap Geo dengan wajah datar.
"Sini aku bantuin," balas Geo berinisiatif membangunkan Tasha untuk merubah posisi menjadi duduk bersandar ke kasur. Namun Tasha malah melawan sehingga badannya terasa lebih berat.
"Gak mau." Tasha memberontak, ia kembali berbaring dan membelakangi Geo.
"Bentar aja Sha. Dari siang 'kan kamu udah tidur. Aku tahu badan kamu lemas tapi 'kan harus minum obat," ucap Geo sangat pengertian.
Tidak ada jawaban yang Geo dapatkan. Geo berjalan ke sebelah sisi kasur untuk bisa menatap Tasha. Tangannya sudah menggenggam mangkok berisi bubur.
"Makan sedikit aja, biar bisa minum obat. Nanti kamu bisa tidur lagi."
"Gak mau! Percuma minum obat, aku juga bakal mati!" teriak Tasha histeris.Ia lelah dengan semua cobaan yang menimpanya belakangan ini.
Geo terbelalak mendengar Tasha yang begitu frustasi. "Kamu ngomong apa si? Kenapa jadi ngelantur gitu?" nada bicaranya meninggi agar Tasha sadar dengan perkataannya.
"Kamu juga tau penyakit ini belum ada obatnya. Aku tinggal nunggu mati aja!" teriak Tasha lagi sambil melempar bantal ke arah muka Geo. Bantal itu mengenai matanya sehingga menjadi merah. Ditambah semangkok bubur tumpah ke lantai.
Geo menghela nafas. Ia diam menatap Tasha dengan hangat. Geo tidak mau mengusiknya dulu. Biarkan Tasha mengeluarkan semua emosinya dan tenang sendirian.
Lalu ia pergi sebentar untuk mengambil pel-an dan membersihkan bubur yang berserakan di lantai. Tasha merasa tidak enak hati melihat Geo yang tetap sabar. Tapi ntahlah hatinya sedang panas sekarang. Ia terlalu sensi sekarang.
Beberapa menit kemudian, Geo duduk di pinggir kasur. "Kalau gak mau makan, tidur lagi aja," kata Geo sambil menarik selimut.
Tiba tiba Tasha menggenggam tangan Geo. Refleks, Tasha bangun dan memeluk Geo. Geo pun membalasnya. Ia elus rambut Tasha penuh kasih sayang.
"Sha...kan udah janji mau berjuang bareng biar kita sembuh sama-sama," ucap Geo membuat mata Tasha berair.
"Maafin aku," ucap Tasha menyesal. Tidak lama, Geo merasa punggung nya makin dingin dan basah. Semua emosi Tasha pecah.
Geo melepaskan tautan mereka untuk menghapus air mata Tasha. Ia sentuh kedua pipi Tasha lalu mengusap air matanya pelan.
Posisi mereka berdekatan sekarang hingga Geo bisa merasakan deru nafas Tasha.
Kemudian dengan cepat Tasha mengecup bibir Geo lembut. Geo tersentak kaget, ia pejamkan mata nya merasakan bibir Tasha yang lembut dan berhasil membangkitkan kupu kupu di dadanya. Dirinya membeku. Suasana berubah menjadi canggung.
Geo kira Tasha hanya menciumnya sekali namun ternyata tidak cukup hanya satu kecupan, Tasha menyambar bibir Geo lagi.
Sudah lama sekali ia tidak merasakan lumatan seperti ini. Geo yang tadinya hanya diam saja mulai terbawa suasana. Sama seperti Tasha, Geo menikmati nya.
Tangan Geo menelusup ke dalam kaos yang Tasha kenakan. Geo bisa merasakan punggung Tasha yang panas. Maklum ia sedang demam.
Lumatan bibir Tasha makin liar. Soal seperti ini tidak usah diragukan lagi. Tasha itu sudah berpengalaman dengan banyak pria sejak umur 16 tahun. Dibandingkan Geo, tentu Tasha lebih mahir perihal ranjang.
"Akhh,"erangan Geo memecah sunyi diantara mereka. Bibir Tasha kini berusaha menggigit pelan lidah Geo. Mereka bertukar Saliva.
Geo tidak bisa lagi menahan diri. Ia sudah masuk kedalam nafsu yang selama ini tertahankan.
Begitupun dengan Tasha seketika ia lupa dengan rasa sakit yang ia derita. Badannya mendadak menjadi lebih kuat dan bugar. Ia bimbing tangan Geo agar menyentuh payudara nya bukan mengelus bagian punggung nya saja.
Pertama Geo meremas payudara Tasha dari luar. Ia remas pelan penuh perasaan. Walaupun badan Tasha menjadi kurus, tapi ntah mengapa payudaranya tetap terasa besar di tangannya. Malah ia merasa lebih besar dibandingkan beberapa bulan lalu.
Tasha tidak puas dengan hal itu, ia buka kaos nya dan ia lepaskan pengait bra sehingga Geo bisa melihatnya bertelanjang dada. Geo tiba tiba berhenti dan melamun ke arah Tasha.
Tasha cemberut melihat Geo yang hanya diam menatapnya,"Kenapa diam? Kamu gak suka badan aku lagi ya?"
Geo menggeleng cepat. Bukan itu maksudnya, ia sedang terpukau melihat keindahan di depan mata. Tanpa mengatakan sepatah katapun, Geo langsung menyambar puting payudara Tasha.
"Ahhh." Tasha meringis nikmat saat Geo memilin puting payudara nya dengan sensual.
Geo tekan benda itu dengan jempolnya. Lalu ia gerakan jempolnya melingkar sehingga membuat Tasha merem melek merasakan sensasi panas.
Wajah cantik Tasha serta desahannya sukses membangunkan junior Geo di bawah sana. Geo rebahkan Tasha dan naik keatas untuk mendapatkan kendali lebih. Ia tempelkan ujung lidah nya ke puting yang sudah cukup berdiri. Sementara tangan satunya lagi masih sibuk memilin puting sebelah kiri.
Tasha mengerang, badannya menggelinjang seolah-olah ingin terbang. Perpaduan dirinya yang tengah demam disertai lidah Geo yang dingin adalah kenikmatan yang tiada duanya.
"Geo...akhhhh." Tasha tidak sanggup lagi, Lidah Geo semakin liar menghisap keras putingnya. Lumatan demi lumatan membuat payudaranya basah dengan Saliva. Tidak hanya basah disana tapi vagina Tasha juga sudah basah sekarang.
"Nghhhh Geo, enak."
Tidak mau kalah dengan Geo yang telah membuatnya mendesah keras, Tasha menggesek-gesekan bagian bawahnya ke penis Geo dari balik celana.
Gesekan itu selaras dengan desahan yang ia keluarkan. Setelah puas menggesek, Tasha memasukkan tangannya ke dalam celana dalam Geo. Ia menggenggam batang yang sudah berdiri tegak di dalam sana.
"Akhhhh." Sontak Geo mengerang kaget. Namun ia tetap fokus menjilati puting Tasha lagi sehingga mereka berdua berada di ambang kenikmatan.
Tangan Tasha dapat merasakan urat urat penis Geo telah keluar. Ia pijat perlahan lalu sesekali menekan kepala penis Geo dengan telapak tangannya.
"Akhhh...enak banget," ucap Geo merasa geli dibawah sana.
Penis Geo semakin meledak. Ia tidak bisa keluar hanya dengan permainan tangan Tasha. Ia segera keluarkan tangan Tasha dari bawah sana lalu memegang kedua tangannya agar tidak macam-macam lagi dengan juniornya.
"Kamu kok jadi bandel?" tanya Geo menyingung senyum.
"Ayok kita lakuin itu lagi," balas Tasha. Semenjak ia keluar dari gemerlap dunia malam, ia tidak pernah lagi merasakan sensasi panas di ranjang. Hal itu membuatnya rindu, terlebih lawan mainnya Geo. Laki laki yang ia cintai.
Dengan gusar, Geo melepaskan celana Tasha. Bukan hanya celana tapi celana dalamnya juga. Kini Tasha sudah bertelanjang bulat di atas ranjang. Lalu ia membuka kedua paha Tasha sehingga dapat melihat jelas surga dunia di bawah sana.
"Nghhhh geli." Tasha mendesah saat Geo meniup vaginanya. Lalu dengan satu tangan Geo membuka bagian labia minor untuk menemukan bagian kecil, sekecil biji. Benda itu bisa membuat wanita teriak kegilaan.
"Ketemu." Geo bermonolog kemudian menggesekkan jari tengahnya di klirotis yang sudah tampak basah.
"Ahhhhh." Badan Tasha menggeliat.
Geo mempercepat temponya, ia cepatkan gesekan itu sehingga desahan Tasha semakin keras mengisi ruangan. Sekarang mereka benar benar lupa jika Tasha sedang sakit.
"Mau aku isap?"
Tasha mengangguk cepat. Lidah Geo menjilat cepat Klirotis Tasha. Setelah itu ia hisap perlahan persis seperti yang ia lakukan sebelumnya. Lendir putih yang sudah keluar menambah Geo bersemangat.
"Akhhhh Geo, please jangan berhenti." Tasha heran, Geo bisa seenaknya ini. Benda kenyal yang dingin itu menjelajahi seluruh vaginanya.
"Enak?" tanya Geo sambil menyeringai.
"Nghhh enak banget," balas Tasha menggigit bibir bawahnya.
****
TBC
Kasihan ya Naira:)
Besok aku up lagi ya guys