Istri Mas Duda [End]

By Mentarijelita_

1.6M 124K 1.9K

"Gue dimana sih? Kamar siapa lagi ini? Kalau kamar gue bukan kayak gini" "Ini lagi pada kenapa sama tubuh gue... More

pembukaan cerita
[1] gara-gara boneka bebek
[2] soal pernikahan
[3] Mas Duda
[5] Ananta Dewantara
[6] makan siang bersama
[7] dia Melodi
[8] kantor Arkan
[9] penjelasan Arkan
[10] pasar malam
[11] Anta, Aska dan jajanan
[12] nasi goreng udang
[13] kemarahan Arkan
[14] kerumah sakit
[15] Anta sembuh
[16] perhatian Arkan
[17] pagi yang mengejutkan
[18] kunjungan mertua
[19] satu kamar
[20] luka Refan
[21] cerita Amara
[22] gombal yang gagal
[23] Amara & Kelvin
[24] ke danau
[25] tetap sama
[26] pembagian raport
[27] ke pantai
[28] Arkan yang menyebalkan
[29] ke mall bareng Refan
[30] happy birthday Anta!
[31] tewasnya Amara
[32] hari terakhir, mungkin
[33] kembali pada kehidupan dulu
[34] mereka, kembali?
[35] kembali bertemu
[36] cerita Arkan
[37] restu
[38] Kelvin dan gadis itu
[39] antara Kelvin dan Anta
[40] putri Arkan dan Amara
[41] flashback Refan
[42] Andira Dewantara (Dila)
Mau Promosi😁

[4] ditinggal pergi Mas Dud

49.5K 3.4K 10
By Mentarijelita_

Pagi harinya Amara terbangun tanpa ada Arkan disampingnya. Padahal ia sangat ingin merasakan bagaimana rasanya pada saat bangun pagi langsung disuguhkan pemandangan wajah tampan sang suami. Tapi harapannya seketika sirna saat tak melihat keberadaan mas Dud di sampingnya.

"Mas Dud kemana sih, padahal gue pengen liat wajah tampan dia waktu bangun pagi. Terpaksa gue harus liat foto mas bias di galeri ponsel gue" Dengan wajah cemberutnya Amara melangkah menuju kamar mandi.

Setelah selesai dan berganti pakaian dia memilih untuk langsung turun ke bawah. Sekalian sarapan karena perutnya sudah berbunyi sedari dirinya berada di dalam kamar mandi.

"Pagi semuanya" Sapa Amara kemudian mendudukkan diri disamping bundanya.

"Pagi sayang" Balas kedua orang tua Amara.

"Bunda liat suami aku nggak?" Tanya Amara sambil menuangkan air putih kedalam gelas kemudian meneguknya.

"Kan suami kamu, ngapain tanya sama bunda"

"Masalahnya tadi pagi waktu aku bangun nggak keliatan. Kirain udah turun kebawah, rupanya dibawah juga nggak ada" Ujar Amara.

Kini tatapannya beralih pada siang ayah "ayah liat suami aku nggak?"

"Tadi pagi dia buru-buru balik kerumahnya karena ada keberangkatan ke London untuk urusan pekerjaan"

"Dasar mas Dud, baru nikah udah ditinggalin aja. Mana perginya jauh banget lagi"

"Nanti kamu beres-beres ya, soalnya mulai sekarang kamu bakal tinggal dirumah Arkan. Bukan lagi disini"

"Kenapa nggak tinggal disini aja sih Bunda? Amara pengen tinggal bareng Bunda sama Ayah. Nggak mau jauh-jauh pokoknya" Amara merengut kesal mendengar ucapan bundanya.

Geladis menghela nafas sabar "kan kamu udah nikah, otomatis kamu harus ikut sama suami kamu, dengerin semua ucapan suami kamu jangan ngebantah. Jadi nanti beres-beres, siang nanti bakalan datang sopir yang akan jemput kamu" Jelas Geladis panjang lebar.

Amara menghembuskan nafas kasar ia tak akan dapat membantah ucapan Ibunda tercintanya itu. Terpaksa dia harus mengikut sesuai keinginan suaminya yang meminta untuk pisah rumah dengan orang tuanya.

Setelah selesai melaksanakan acara sarapan pagi bersama kini Amara sedang berada di dalam kamar. Sesuai perintah bundanya tadi untuk berberes-beres. Kalau kalian mau tau bunda Amara sedang ikut arisan dirumah temannya.

Amara memasukkan beberapa potong pakaian kedalam koper miliknya. Tak banyak pakaian yang akan dia bawa kerumah suaminya. Jadi nanti dia punya alasan untuk pulang kerumah orang tuanya.

"Akhirnya selesai juga"

Dengan gontai Amara berjalan menuju ranjang empuk miliknya. Mungkin ini akan menjadi kali terakhirnya untuk tidur diatas kasur kesayangannya itu. Pada akhirnya Amara terlelap dalam tidurnya.

•••••

"Amara bangun sayang, hey bangun" Geladis terus-menerus menepuk pipi putrinya agar terbangun dari tidurnya. Tapi apa? Usahanya hanya sia-sia Amara tak kunjung bangun.

Sempat membuatnya panik namun langsung dipatahkan saat melihat putrinya membuka mata cantiknya dan menatap kearahnya.

"Kenapa bun?" Tanya Amara dengan suara sedikit serak.

Menghela nafasnya lega "kamu ini gimana sih, itu supir udah dari tadi nungguin kamu dibawa. Lah kamu masih tidur disini, udah sana siap-siap jangan buat orang menunggu" Ucap Geladis sedikit kesal.

Tadi saat dirinya sampai dirumah sehabis pulang dari rumah temannya dia melihat seseorang yang tengah terduduk disofa depan. Saat dirinya bertanya rupanya orang itu adalah supir utusan Arkan untuk menjemput Amara.

"Iya bunda, Amara mandi dulu. Tolong bilang sama supirnya buat nunggu setengah jam lagi"

Geladis berdecak kesal mendengar ucapan putrinya "jangan aneh-aneh, udah sana ganti baju aja sekalian mandi disana aja nanti"

"Iya-iya, ini Amara bangun" Dengan malas Amara berjalan menuju lemari besar miliknya mengambil sepasang baju lalu membawanya masuk kedalam kamar mandi.

Geladis hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan putrinya itu. Dengan langkah kecilnya dia berjalan keluar dari kamar Amara untuk turun kebawah.

Sekitar lima belas menit Amara sudah menyelesaikan semua kegiatannya. Menyeret satu koper besar miliknya menuruni tangga dan langsung keluar karena yang dia tahu kalau supir sudah menunggunya.

Dapat dia lihat kalau bundanya tengah berbincang dengan supir yang menunggunya.

"Bunda, Amara bakalan kangen banget sama bunda apalagi nanti kita bakal jauh. Tapi Bunda tenang aja, Amara akan sering-sering ngunjungin Bunda dirumah" Amara memeluk tubuh bundanya dengan sayang. Sebenarnya dia tak rela jauh dari sang Bunda.

"Jangan kayak gitu, Bunda kalau bisa juga bakal sering ngunjungin kamu dirumah suami kamu. Yaudah sana masuk, kasian bapaknya udah nunggu dari tadi"

Amara menoleh kearah bapak supir lalu melempar senyum tak enak kearahnya "maafin saya pak, udah bikin bapak nunggu lama"

"Tidak apa-apa nyonya, saya akan melakukan apapun demi nyonya karena ini sudah perintah dari tuan" Bapak supir membungkukkan sedikit tubuhnya.

Amara langsung naik kedalam mobil sedangkan kopernya sudah dimasukkan bagasi oleh bapak supir. Mobil yang ditumpanginya berjalan melaju menjauh dari rumah yang akan Amara rindukan walau baru beberapa minggu dia huni. Tak lupa dia melambaikan tangannya kearah sang Bunda.

Butuh sekitar setengah jam untuk Amara bisa sampai dirumah yang dimaksud oleh suaminya itu. Bisa dibilang rumah ini cukup besar dan hampir sama dengan rumahnya ditubuh asli dulu. Hanya saja konsep rumahnya dulu ala eropa.

Baru saja dirinya turun dari dalam mobil langsung disambut oleh seorang wanita yang tak jauh beda umur darinya.

"Selamat datang nyonya" Hormat wanita itu.

"Jika nyonya merasa capek mari ikut saya menuju kamar nyonya" Wanita itu menuntun Amara masuk kedalam rumah.

Saat berjalan wanita itu nampak menoleh kearahnya atau lebih tepatnya kearah bapak supirnya.

"Pak Ansar bisa langsung jemput den Anta di sekolah" Ucap wanita itu yang langsung mendapat anggukan dari pak Ansar.

"Mari nyonya" Kembali wanita itu menuntunnya masuk kedalam.

Sampailah Amara disebuah kamar yang bisa dibilang cukup besar. Dia memakluminya karena ini adalah kamar yang akan dihuninya bersama dengan sang suami.

"Kalau begitu saya izin kebawah dulu nyonya untuk menyiapkan makan siang untuk anda dan dan den Anta" Amar membalasnya dengan mengangguk lalu wanita itu langsung melangkah keluar dari kamarnya.

Selama berada di kamar tak ada hak yang dapat Amara lakukan. Untuk sekedar membereskan pakaiannya untuk dimasukkan kedalam lemari saja sangat malas.

"Tadi supirnya lagi jemput anaknya mas Dud kan? Nah inilah saatnya gue belajar menjadi mama yang baik buat anak gue sama mas Dud" Dengan mata berbinar dan juga semangatnya Amara melangkah membuka pintu kamarnya lalu langsung keluar dari sana turun kebawah.

Dia memilih untuk menunggunya disofa dan nanti saat mendengar suara mobil maka dia akan langsung menghampiri Anta.

Cukup lama Amara duduk disofa menunggu kedatangan Anta karena ini adalah interaksi pertamanya dengan sang anak. Senyuman langsung mengembang saat mendengar suara mobil dari arah depan dengan langkah cepat dia menuju pintu utama lalu membukanya.

Dapat dia lihat anak yang baru berumur tujuh tahun yang menenteng minumannya ditangan turun dari mobil. Senyuman yang sedari tadi terukir dibibir mungil Anta perlahan menghilang saat melihat keberadaan Amara didepan pintu dengan senyuman manisnya.

"Selama siang Anta! Pasti capek kan habis pulang sekolah? Kalau gitu Anta ganti baju dulu terus turun kebawah buat makan" Ucap Amara panjang lebar saat langkah kecil Anta mendekat kearahnya.

Tanpa ada niatan membalas Anta langsung nyelonong masuk kedalam rumah lalu menaiki satu persatu anak tangga. Melihat itu Amara langsung mengejar Anta.

"Anta ganti baju aja dulu, mama tunggu dimeja makan ya"

Anta mendegus kesal melihat Amara yang sudah menjadi mama barunya "tante bukan mama aku, jadi nggak usah sebut diri tante sendiri sebagai mama!" Lalu dia langsung melanjutkan langkahnya menaiki satu persatu undakan anak tangga.

Amara tersenyum memaklumi tingkah dan perkataan Anta barusan. Bagi dirinya juga susah kalau menerima keberadaan mama atau papa tiri dihidupnya. Sebenarnya saat menyembut dirinya sebagai mama hati Amara merasa sedikit geli karena ini adalah kali pertamanya memanggil mama. Tapi sepertinya mulai sekarang dia tak boleh lagi memanggil dirinya dengan panggilannya mama karena Anta tak ingin menganggapnya sebagai mama.

Dimeja makan hanya terjadi keheningan antara Amara dan Anta. Entah mengapa sedari tadi Anta terus melempar tatapan tak bersahabat kearahnya. Sedikit risih memang tapi Amara tak mempermasalahkannya.

"Anta mau makan apa biar tante ambilin?" Amara sudah siap dengan sendok ditangannya untuk memasukkan lauk pauk kedalam piring anaknya

"Nana ambilkan Anta daging ayam sama sayur soupnya ya" Pinta Anta pada wanita yang kini berada disampingnya.

Senyum Amara memudar saat Anta terang-terangan menolak bantuan darinya "biar tante ambilin ya buat Anta" Ucap Amara lagi.

"Nana" Kini suara Anta berubah menjadi dingin dan menatap tajam kearah Nana.

"Tapi den sudah ada nyonya yang mau mengambilkan untuk Aden" Ucap Nana yang merasa tak enak pada nyonyanya.

"Anta maunya Nana, bukan tante itu" Tunjuk Anta dengan dagunya.

Nana menatap ragu kearah nyonya nya. Dapat dia lihat sedikit kilatan kecewa dimata nyonya nya.

Amara menatap Nana dengan senyum manisnya lalu menganggukkan kepala pelan "lakuin aja Nana, dari pada Anta tak makan siang ini dan berujung sakit" Walau sebenarnya tak rela tapi dia tak boleh egois karena ini juga menyangkut kesehatan Anta.

Akhirnya Nana memasukkan lauk pauk yang dimaksud oleh Anta kedalam piring. Dengan lahap Anta memakan makanannya dan hal itu membuat Amara senang. Mungkin kalau dirinya memaksa untuk tetap menaruh lauk pauk itu kedalam piring Anta pasti sampai sekarang Anta tak menyentuh makanannya.

"Makan yang banyak biar Anta cepat besar, kalau mau tambah bilang aja sama Nana" Ucap Amara disela-sela dirinya makan.

Melihat respon Anta lagi-lagi Amara menghela nafas kecewa. Apakah sesusah ini menaklukkan anak sekecil, seimut, semengemaskan Anta? Disini Amara hanya berharap lambat laun Anta akan luluh padanya dan benar-benar menganggapnya sebagai seorang ibu.

Selesai memakan makanannya Anta langsung pergi dari ruang makan menuju kembali ke dalam kamarnya. Sedangkan Amara membantu Nana membereskan makanan yang ada dimeja makan dan juga mencuci piring.

Setelah selesai dengan urusan dapurnya Amara meminta izin untuk naik lagi kekamarnya karena harua membereskan baju dan juga sekalian mandi karena tubuhnya terasa sedikit lengket.

"Semoga mas Dud sama anaknya bisa luluh sama gue, terus nerima kehadiran gue dihidup mereka layaknya mereka nerima Syella dihidup mereka dulu" Batin Amara seraya memasuki kamar mandi.

•••••

Kembali lagi bareng aku, gimana menurut kalian sama part yang ini? Agak membosankan nggak?

Bagi kalian yang udah baca boleh menyempatkan diri untuk menekan bintang dipojok kiri karena satu bintang yang kalian berikan maka itu akan menjadi sebuah apresiasi bagi aku sendiri dan juga jangan lupa buat komen.

Kalau ada typo dimaklumin aja, karena aku bukan manusia sempurna dan karya aku juga nggak sempurna yang masih banyak salahnya.

SPAM NEXT DISINI SEMUA 👉

Continue Reading

You'll Also Like

3.7K 245 50
[Special: MIN YOONGI] . . Bagi Bella, ngejar Yuda itu Nano nano; rame rasanya "Yuda, lo kapan sih suka sama gue? Masa gue terus yang suka sama lo." *...
2.1M 161K 46
Maira,murid sma nakal yang jiwanya masuk kedalam tubuh Airin istri dari seorang presma dan memiliki sifat baik dan penurut. ----------------------- �...
41.9K 6.5K 112
SAYA BERJANJI AKAN MEMFOLLOW AKUN INI! Hayoloh... udah janji! *** Ini bukan kisah perjodohan antara CEO tampan, ataupu...
47.1K 3.3K 64
IFAN AARJUN KANAGARA, kerap di panggil Ifan. Ifan sosok seorang pria tampan, bermata tajam dan berlesung pipi. Ifan di kenal sosok arogan yang sangat...