My Daddy & Love

Jii_saan tarafından

44.4K 2.8K 458

Tidak ada salahnya mencintai 2 wanita sekaligus selagi salah satu wanita mencintai pria lain. Prinsip hidup y... Daha Fazla

MDL (1)
MDL (2)
MDL (3)
MD&L (4).
MD&L (5).
MD&L (6).
MD & L (7).
MD & L (8).
MD & L (9).
MD & L (10).
MD & L (11).
MD & L (13).
MD&L (14).
MD & L (15).
MD & L (16).
MD & L (17).
MD& L (18).
MD&L (19)
MD&L (20)
MD&L (21)

MD & L (12).

896 78 12
Jii_saan tarafından

> 🌟

...🌿...

Pukul 11:50 malam Zea menginjakan kaki masuk ke dalam rumah ayahnya, Juan. Dengan kantung memenuhi mata. Zea celingak-celinguk mencari sesuatu, namun tidak menemukan kedua manusia itu. Akhirnya memutuskan untuk menaiki anak tangga setelah mengunci pintu.

Jam berdetak sesuai langkah kaki Zea. Seperti di film-film horor bulu kuduk gadis itu berdiri. Entah apa, tapi seperti ada suatu yang mengikuti Zea dengan cara mengendap-endap dari belakang.

Dengan cepat Zea berbalik setelah mencapai puncak anak tangga. Melihat ke bawah tangga ruangan itu sudah gelap sejak tadi. Namun tak ada siapapun di belakang. Atau cuman perasaannya.

Zea memeluk erat tas yang ia bawa agar menghilangkan rasa takut. Beberapa langkah lagi akan sampai ke kamar.

Brak!!

Dada Zea kembang-kempis setelah menutup pintu secara kasar. Zea sekuat tenaga menggeser sofa panjang yang ada di kamar mendorongnya hingga menutup pintu kamar.

"Masa iya pencuri? Atau mafia mau culik gue lalu dipaksa nikah lagi," lirih Zea bergelut dengan pikiran yang tak karuan.

Zea terduduk di sofa memegangi pinggang yang terasa patah. "Aduk, capek banget lagi."

Setelah sedikit tenang. Zea mengambil handphone di dalam tas. Zea seketika terkejut melihat 45 panggilan tak terjawab dari Key.
Soal, handphonenya sadari tadi senyap saat mengerjakan tugas dan Zea sama sekali tidak mengeceknya.

Kalian tahu jika tugas sebelum lulus dari SMA sangat banyak dan menguras otak, tenaga, dan wajib melawan malas. Itu yang Zea lakukan seharian. Melupakan semua tentang kehidupan sehari-hari hanya ada bolpoin dan kertas polos serta buku materi dari berbagai mapel di atas meja.

Zea mengurungkan niat untuk menelponnya kembali namun tiba-tiba handphone itu kembali menyala. Key menelpon Zea kembali, dan ini yang ke 46 kali. Padahal waktu menunjukkan tengah malam dan pria itu belum tidur.

"Halo?"

"Dari mana kamu? Telpon saya kenapa tidak diangkat?"

Zea berhembus. "Ngerjain tugas."

"Saya menelponmu pukul enam sore, seharusnya kamu di rumah dan tidak ada alasan untuk tidak mengangkat telpon dari saya."

Gadis itu menggerutu. Zea menyesal mengangkat telpon dari Key, tengah malam.

"Maaf." Final Zea.

"Hanya itu?"

"Lalu? Aku harus menangis memohon maaf darimu, begitu?"

Dengan cepat Zea mematikan handphone menekan lama tombol off, sebelum mendengar jawaban pria itu.
Zea lelah harus berhadapan lagi dengan Key, pasti tidak ada habisnya.

Zea memutuskan untuk mandi kemudian tidur, berharap hari esok menjadi lebih baik.

...🌿...

Pagi pukul tujuh. Raut wajah Zea kesal sekaligus terbakar api cemburu. Ia harus duduk berhadapan dengan kedua pasangan belum sah itu. Untuk menghabiskan semangkok sereal.

Zea sesekali melirik keduanya, tersenyum tanpa adanya rasa bersalah. Juan bahkan menyuapi sereal untuk Selena. Betapa cemburu Zea, sejak kecil saja tidak pernah diberikan perhatian seperti itu.

Zea menggertak giginya mencoba untuk tidak melakukan hal aneh-aneh. Akhirnya ia berdiri, memilih meninggalkan keduanya dengan sumpah di dalam hati.

"Zea?" panggil Hanna menghampiri. Ia baru saja melihat gadis itu masuk area sekolah dengan kepala tertunduk tak menghiraukan panggilan Hanna.

Hanna menepuk pundak Zea, gadis itu mengangkat kepala, matanya merah sembab. "Lo kenapa Ze?" Panik Hanna.

Zea menggeleng. "Lo disakiti om-om itu ya? Atau Rangga? Mana dia, sini gue kasih pelajaran. Emang hidup tuh orang gak ada malunya," caci Hanna. Zea menahan tangan Hanna menyuruhnya untuk berhenti dan berlanjut jalan menuju kelas.

"Lo kenapa sih, Ze?" Zea tersenyum singkat sembari menggeleng.

"Cerita Ze. Gue sahabat lo, gue berhak tahu siapa yang buat lo sakit hati. Lo liat jam, ini baru jam 7 pagi. Dan kondisi lo udah kayak orang sekarat."

"Gue tau lo orangnya cengeng. Nyimpan rasa sakit sendirian. Ntar pulang nangis di dalam selimut." Zea terkekeh.

Di penghujung lorong. Kedua gadis itu berbelok masuk ke ruang kelas diikuti bendahara yang baru saja masuk ke ruangan yang sama.

Kursi Zea ada di meja kedua paling ujung. Namun, baru saja Hanna ingin mendaratkan bokongnya duduk di samping Zea. Tiba-tiba guru fisika itu memasuki kelas membuat Hanna berhembus lalu melirik Zea sekilas, tersenyum hambar.

"Sabar-sabar." Hanna mengelus dada.

...🌿...

"Tunggu!" Key menarik tangan kiri Zea saat gadis itu baru saja keluar dari gerbang sekolah. Key masih lengkap menggenakan jas hitam dan dasi di leher.

Jarum jam tangan Zea menunjukkan pukul 03:15 sore.

Zea tidak menghiraukan Key. Ia terus melangkah dengan ekspresi kesal, pria itu terus memaksa dan menyebut nama Zea membuat pandangan para siswa mengarah ke mereka.

"Zea!" Gadis itu mengabaikan panggilan ke-3 dari pria itu.

"Jangan membuat saya marah Zea!" tekan Key membuat Zea berhenti melangkah. Zea berdiri tanpa ekspresi namun dengan hati emosi membara.

"Kamu ini kenapa?"

Tanpa Zea sadari air matanya terjatuh tanpa izin namun, Key tidak mengetahuinya karena posisi pria itu di belakang Zea.

"Zea?"

Key melihat punggung Zea bergetar seperti menahan tangis. Segera Key memutar badan Zea melihat gadis itu menangis sejadi-jadinya membuat Key panik. "Zea? Kamu kenapa, hey?" Key segera memeluk erat tubuh Zea setelah memakaikan Zea blazer hitam miliknya untuk menutupi baju seragamnya. Key mengelus rambut dan punggung gadis itu membuat Zea terisak tangis.

"Siapa yang menyakitimu?" Zea menggeleng pelan. Namun, tiba-tiba Zea kehilangan kesadaran, jatuh ke dalam pelukan pria itu. Membuat Key semakin panik dan segera Key menggendongnya masuk ke dalam mobil.

...🌿...

Di ambang pintu Key memanggil supir. "Tolong nanti jemput Jea. Anak saya ada di rumah ibu saya," suruh Key. Supir itupun mengangguk paham.

Key berlari menaiki anak tangga seraya menggendong Zea yang tak sadarkan diri. "Ya Tuhan. Apa yang telah terjadi," Key membatin khawatir.

Lekas Key perlahan meletakkan tubuh Zea di atas ranjang. Ia membuka dasi abu-abu dan kancing kerah baju seragam Zea. Melihat wajah gadisnya itu pucat segera Key membawa kain kecil lalu membasuhnya dengan air hangat kemudian diletakkan di dahi Zea.

"Segeralah sadar. Saya merindukanmu," lirih Key perlahan mengusap lembut pipinya.

Key memperhatikan bibir Zea sama sekali tidak berwarna, pucat. Dengan keraguan menyelimuti. Tubuh Key terangkat untuk menjangkau bibir Zea. Sedetik kemudian bibir keduanya menyatu tanpa ada gerakan sang wanita. Key memberanikan diri untuk melumat halus bibir Zea. Padahal jelas bibir ini sudah pernah Key rasakan tapi rasanya lebih gugup dari yang sekarang. Namun tiba-tiba Jantung Key berpacu lebih cepat saat merasakan Zea membalas lumatan kecil yang keluar dari bibir Key. Pria itu menutup kedua matanya menikmati setiap inci bibir Zea. Saat Key ingin melepaskan ciumannya dengan agresif gadis itu melingkarkan kedua tangan di tengkuk leher Key membuat pria itu tersentak kaget atas perlakuannya namun, senang hati Key membalas perlakuan bertolak belakang Zea.

Dua menit berlalu Key melepaskan ciumannya karena di rasa Zea kehabisan napas. Key tersenyum melihat pipi Zea merah merona. "Zee?" panggil Key seolah tak percaya.

Key mengambil kain di dahi Zea kemudian meletakkannya di dalam mangkuk. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu menangis?"

Zea masih enggan membuka suara. Ia malah membayangkan ciuman yang telah berlalu. "Zee?" panggil Key membuyarkan lamunan Zea. Segera gadis itu menggeleng.

"Entah apa yang kamu pikirkan. Tapi jangan mengulangi hal seperti ini lagi. Kamu membuat saya khawatir," ungkap Key membuat Zea terkekeh kecil.

"Kenapa aku membuatmu khawatir?"

"Karena saya mencintaimu," balas Key menatap Zea dalam.

Ungkapan Key membuat Zea gelagapan sendiri. Ia menghindari tatapan mata Key yang penuh harap itu.

"Aku tidak ingin melewatkan kesempatan kedua."

Cup!

"Apa artinya ini?" tanya Key tak percaya memegangi ujung bibir yang baru saja Zea kecup.

Bukan hanya Zea yang gugup sekarang bahkan Key lebih gugup dari gadis itu. Sekujur tubuh Key terasa panas, jantungnya berpacu cepat.

"Aku juga mencintaimu," balas Zea tersenyum membuat mata Key membulat sempurna, menatap Zea tidak percaya.

Dengan segera Key menindih tubuh Zea menyingkirkan selimut tebal yang menutupi tubuh mungil gadis itu. Bukannya takut. Zea malah tersenyum manis seraya melingkarkan kedua tangan di leher Key seakan lupa dengan rasa sakitnya di kepala.

"Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Key memastikan.

Cup!

"Karena aku mencintaimu," balas Zea setelah mengecup bibir Key.

"Kamu serius?"

"Apa aku terlihat bercanda?"

Key menggeleng cepat. "Apa saya boleh melakukannya?"

"Melakukan apa?" Zea berpura-pura tidak mengetahui apa yang di pikirkan pria itu.

Key mendekatkan mulutnya ke telinga Zea kemudian membisikkan sesuatu. "Membuat adik baru untuk anak saya."

Zea mendorong kuat bahu Key. "Apa boleh secepat itu?"

"Setelah melakukan hal itu. Saya berjanji akan segera menikahimu."

Secara tiba-tiba Zea membalikkan posisi menjadi tubuhnya di atas tubuh Key membuat Key lagi-lagi tidak menyangka. Key merangkul posesif pinggang Zea.

"Apa kamu yakin? Dengan posisi seperti ini akan membuatmu kesakitan nantinya."

Jantung keduanya sama-sama berdetak kencang. Ingin memulai tapi terlihat masih ragu. Jika Zea tidak mengambil tindakan maka Key tidak akan berinisiatif untuk mengambil keputusan.

"Kenapa kau tahu akan sakit nantinya?" Zea terlihat berpikir sejenak. "Oh iya, orang yang di hadapanku lebih berpengalaman."

"Siapa bilang? Kamu ingin saya pura-pura tidak tahu melakukannya?"
Key menarik pinggang Zea hingga membuatnya terjatuh di atas tubuhnya tanpa ada jarak.

Key menarik tengkuk leher Zea dengan perlahan penuh perasaan. Ia membimbing bibir Zea untuk membalas lumatannya lebih dalam lagi. Saling bertukar Saliva. Tangan Key perlahan melepaskan kancing baju seragam Zea.

Bibir Key turun ke area leher Zea membuat tanda kepemilikan di sana.
Key membalikkan posisi menjadi menindih tubuh Zea. Key menatap lekat mata Zea meyakinkan gadis itu bahwa semua tindakannya adalah sungguh-sungguh.

Key berdiri untuk melepaskan semua atasannya hingga hanya menyisakan celana kain panjang membuat Zea takut karena tubuh Key lebih kekar dari apa yang ia bayangkan selama ini. Perut tingkat enam itu nyata adanya. Bahu Key yang lebar juga terlihat di penuhi keringat. Key kembali menindih tubuh Zea. "Sudah sejauh ini. Kamu berpikir saya masih bermain-main?" tanya Key membuat Zea menggeleng.

Key mengangkat kedua kaki Zea meletakkannya di bahu hingga rok span itu turun ke pangkal paha. Zea bersusah payah menelan salivanya. "Apa yang kau lakukan?"

"Ikuti saja yang sudah berpengalaman." Key tersenyum penuh arti.

Saat Key ingin melakukan aksinya. Namun tiba-tiba....

"Daddy!!!"

...🌿...

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

787K 5.2K 6
(Rate 18+/21+) Follow dulu sebelum baca, biar bisa baca secara lengkap. *** "Hitung-hitung latihan jadi ibu, sebelum kita buat anak nanti." "Hilih, s...
3.6M 27.5K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.9M 93.5K 56
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
235K 24.3K 21
Taeyong yang bersyukur dapat hamil anak ketiga setelah rahimnya dikatakan ada kerusakan dan harus diangkat. Manakah yang akan dia pilih? rahimnya ata...