Crossover HAIKYUU x Bungou Stray Dogs
Enjoy!
==========
Tidak ada yang tahu bahwa Dazai Osamu, sang maniak bunuh diri ternyata memiliki seorang adik. Keduanya terpaut umur yang lumayan jauh dan juga tidak tinggal secara bersama. Dazai berada di prefektur Kanagawa, Yokohama, sedangkan adiknya berada di prefektur Miyagi, Sendai. Dikarenakan tempat tinggal mereka yang lumayan jauh atau membutuhkan waktu sekitar enam jam perjalanan, membuat keduanya jarang bertemu.
Jadi, saat Tobio pulang ke rumah, mendapati sang kakak tiba-tiba ada di dalam dengan membawa dua orang tambahan, membuat dia hanya mampu membeku di tempat dengan memandang kaget situasi.
"Apa.. yang terjadi?"
Di sisi lain, dua orang tambahan yang Dazai bawa, Kunikida dan Atsushi, sudah menatap Tobio dengan pandangan waspada dan bersiap-siap menyerang seakan menemukan pencuri.
Dazai dari arah dapur, berjalan santai dengan membawa segelas kopi panas. Melihat Tobio, wajahnya langsung berseri-seri. "Oh! Tobiooo! Kau sudah pulang~?" Dia bertanya dengan nada ceria dan menghampiri adiknya yang masih mematung.
"Uh.." Tobio menengok kakaknya, wajah mengernyit meminta penjelasan, "Ada apa ini?"
"Oi! Dazai! Siapa orang itu?! Kenapa dia tiba-tiba bisa masuk rumahmu?!" Kunikida di seberang, bertanya, buku dan pensil sudah siap di tangan. Jaga-jaga kalau terjadi sesuatu, siap untuk menggambar senjata.
Dazai langsung memberikan pelukan pada Tobio, menghiraukan teriakan Kunikida. "Aku merindukanmu, adikku sayang!"
Tobio masih belum bergerak. Dia bahkan tidak mencoba untuk membalas pelukan kakaknya.
Ini membuat Dazai cemberut. "Apa kau tidak akan memeluk Nii-chanmu setelah sekian lama?"
Tobio mendengar nada rengekan kakaknya, menghela napas. Meskipun masih bingung dengan situasi saat ini, dimana Dazai tiba-tiba berada di dalam rumahnya bersamaan dengan dua orang tidak dikenal, dia mencoba mengerti. Bagaimana pun juga, ini perbuatan kakaknya. Sudah seharusnya dia tidak terkejut lagi.
Tobio lalu membalas pelukan Dazai sembari berucap, "Kau seharusnya memberitahuku lebih dulu kalau mau berkunjung."
"Huh? Berkunjung? Aku pulang, bukan berkunjung!" Teriak Dazai tidak terima.
"Terserah," ucapnya sembari memutar mata.
Tobio lalu melepaskan pelukan sang kakak. Melihat dua rekan Dazai masih menatap sedikit waspada terhadapnya, dia memperkenalkan diri.
"Halo, saya Kageyama Tobio, adiknya Osamu-nii." Tubuh sedikit membungkuk sebagai bentuk menghormati lawan bicara.
Kunikida dan Atsushi awalnya nge-lag. Menatap Tobio dan Dazai secara bergantian, mereka berkedip-kedip.
"Eh? Adik?" Atsushi mencoba mengamati lebih dalam.
Pemikiran Kunikida ketika melihat rupa Dazai dan Tobio yang tidak memiliki kemiripan sama sekali, langsung masuk ke bagian yang paling buruk. Dia menatap garang Dazai, kemudian beralih menatap Tobio dengan simpati. "Nak, kalau kau ternyata diam-diam di ancam oleh maniak bunuh diri ini untuk meminjamkan rumah, kau bisa langsung bilang padaku."
"Eh?"
"Kau tidak perlu sampai bohong segitunya dengan bilang kalau kau adalah adiknya Dazai."
Dazai terkesiap dengan dramatis. "Dia beneran adikku, Kunikida-kun! Mana mungkin aku sampai mengancam adikku sendiri!"
"Diam, Dazai! Aku tidak butuh pembelaanmu!"
"Tapi aku tidak bercanda!" Dazai lalu memandang Tobio yang masih berada di sampingnya. Mata berubah berbinar meminta bantuan. "Benar 'kan Tobio? Kau adikku tersayang 'kan?!"
Tobio sudah lelah. Dengan latihan yang dijalani tadi di sekolah, di tambah drama kakaknya yang tiba-tiba muncul, rasanya dia ingin segera membersihkan diri dan pergi tidur. Tanpa menjawab pertanyaan Dazai, Tobio lalu memutar tubuh, berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua, meninggalkan kakaknya yang berteriak memanggil namanya.
Satu jam kemudian Tobio turun menuju ruang tamu dengan membawa kotak P3K. Dia sudah membersihkan tubuh dan memakai piyama, bersiap untuk tidur. Akan tetapi, dia tidak dapat segera melakukannya. Ada satu tugas tambahan karena kehadiran sang kakak.
Sebelum menuju ruang tamu, di mana Dazai dan dua rekannya sedang berbincang serius, Tobio membelok ke dapur terlebih dahulu untuk mengambil susu kotak. Setelah itu, barulah dia menuju ke tempat kakaknya berada.
Dazai yang melihat Tobio datang, menyapa dengan senyuman lebar dan tangan melambai. Dia lalu melanjutkan diskusi yang sedang terjadi dengan kedua rekannya. Dengan begitu, Tobio tidak perlu untuk susah payah mencoba mendengarnya. Dia hanya duduk di kursi sofa panjang yang kosong sembari menghabiskan susu.
"Tobio~" panggil Dazai setelah rapat kecil mereka selesai.
Tobio menenggak susu terakhir lalu meletakkan bekasnya di meja. Dia melirik Dazai dengan datar, kemudian berucap sembari mengayunkan tangan, "Kemari, Nii-san."
Dazai dengan senang hati menuruti perkataan Tobio. Dia melangkahi Kunikida dengan kaki lebarnya, yang menyebabkan Kunikida menggerutu kesal, lalu lompat ke sisi samping Tobio dan langsung memeluknya erat.
Tobio yang dipeluk itu, tidak bisa bernapas karena tubuh Dazai menimpa dirinya. "Berat, Nii-san."
"Hehe~"
"Sebelumnya saya minta karena tidak langsung mengenalkan diri.."
Mendengar ini, Tobio mengalihkan pandangan dari Dazai menuju seseorang yang berucap. Itu pria berambut putih gelap dengan potongan poni yang mengingatkannya pada salah satu pemain Shiratorizawa.
"Saya Nakajima Atsushi!"
"Kunikida Doppo."
Tobio tanpa sadar sudah menepuk-nepuk punggung Dazai. Dia menganggukkan kepala. "Salam kenal Nakajima-san, Kunikida-san."
"Atsushi saja tidak masalah!"
"Ah.. Ha'i Atsushi-san.." dia lalu mendorong tubuh kakaknya menjauh. "Menjauhlah dariku sebentar, Nii-san!"
Dazai mendusalkan wajah ke dada Tobio. "Tapi kau tadi yang menyuruhku untuk mendekat! Kenapa sekarang malah mengusir! Aku tidak mauuu~!"
Tobio memejamkan mata sebentar. Belum juga satu jam mereka bertemu dan Tobio sudah hampir kehilangan kendali emosi. Dia harus banyak-banyak bersabar. "Aku hanya ingin melepas perbanmu."
"Oh!!! Kau seharusnya bilang!" Dazai lalu duduk dengan tegak. Kedua tangan ia julurkan maju ke hadapan Tobio.
Tobio yang akhirnya lepas, membuka kotak P3K-nya. Dia mengambil gunting dan mulai memotong perban yang melekat di lengan Dazai.
"Woah.. Ini pertama kalinya aku melihat Dazai-san melepas perban tangannya.." Atsushi terperangah, mata tidak lepas dari tangan Dazai.
Kunikida menyambung, "Kau benar. Ini pertama kalinya juga bagiku melihat Dazai melepas perban."
Dazai tersenyum jahil. "Kau seharusnya bilang padaku kalau ingin melihatku melepas perban, Kunikida-kun~ aku bisa menunjukkannya padamu caranya~"
Sebuah bolpoin langsung melayang ke kepala Dazai. Kunikida mendengus. "Tidak, terima kasih!"
Tobio selesai memotong satu perban, kemudian beralih ke perban yang berada di lengan satu.
"Oi, gaki. Aku ingin bertanya.." Kunikida bersuara.
Tobio membalas tanpa melirik. "Silakan."
"Apa kau benar adiknya Dazai?"
Gerakan gunting di tangan Tobio kemudian berhenti. Dia mengalihkan pandangan ke samping untuk melirik Kunikida. "Kenapa anda tanyakan itu, Kunikida-san?"
Kunikida dapat melihat ketidaknyamanan Tobio membahas topik tersebut. Dia menjadi merasa canggung, menggaruk pipinya yang tidak gatal, mencoba meminta maaf, "Ah, maafkan aku. Aku hanya tidak percaya bahwa orang gila yang setiap hari mencoba mengakhiri hidupnya ini memiliki adik. Terlebih lagi adiknya masih SMA."
Mendengar kata SMA, membuat Tobio menyatukan alis, dahi berkerut, yang membuat orang dapat salah paham bahwa ekspresinya saat ini adalah menunjukkan kemarahan. "Ada yang salah dengan itu?"
"S-sumimasen deshita!" Kunikida tiba-tiba meminta maaf. Badannya ikut membungkuk membuat Tobio terlonjak kaget.
"Eh? Kau tak perlu minta maaf seperti itu, Kunikida-san. Apa tadi pertanyaanku terdengar kasar? Aku hanya murni bertanya, tidak ada maksud lain."
"A-ah.. begitu.." Kunikida mengambil sapu tangan yang berada di saku bajunya untuk mengusap wajah yang tidak berkeringat. Entah mengapa, dia tadi dapat melihat ada aura intimidasi yang keluar dari diri Tobio. Dia menjadi tanpa sadar menggigil, menyebabkannya sedikit takut. Ya, hanya sedikit. Karena dia bukan pengecut yang akan ketakutan pada seorang anak remaja.
Selagi melanjutkan melepas perban, Tobio menjawab pertanyaan Kunikida, "Aku memang adiknya Osamu-nii."
"Hm! Hm!" Dazai di sisi lain, mengangguk-angguk.
"Pasti yang kalian bingungkan adalah wajah kita yang tidak ada mirip-miripnya. Benar 'kan?"
Atsushi tertawa canggung, mengiyakan pertanyaan yang diajukan Tobio, "Ahaha ya.. itu benar.."
Tobio selesai melepas perban. Dia mengembalikan gunting ke kotak P3K, mengambil perban yang berceceran. "Karena kita memang tidak ada hubungan darah."
"Maksudnya orang tua Dazai-san menikah dengan--"
"Tidak, tidak. Maksudku adalah, Osamu-nii dulu mengajakku pergi dengan menawariku sekotak susu saat aku berumur enam tahun."
"....."
"....."
Itu.. jelas jawaban yang sama sekali tidak terduga.
Atsushi dan Kunikida terdiam mendengar pernyataan blak-blakan Tobio. Kedua muka mereka menunjukkan keterkejutan, rahang jatuh ke bawah menjadikan mulut mereka terbuka lebar.
"I--itu.. uh.." Atsushi melirik Dazai yang sedang senyum-senyum berseri seperti orang kekurangan obat memandangi Tobio. Dia lalu kembali menatap Tobio dengan canggung. "A-apa anda sedang bercanda.. Kageyama-san..?"
Wajah Kageyama datar menatap Atsushi. Tidak sedikitpun menunjukkan ada tanda-tanda sedang bercanda. "Apa aku terlihat sedang bercanda?"
"Ti..dak..?"
Rahang Kunikida yang jatuh belum juga tertutup. Pandangannya berganti antara Dazai dan Tobio beberapa kali, keringat dingin langsung merembes keluar. "O-Oi Dazai.. bukankah ini termasuk kasus penculikan..?"
Dazai cemberut tidak terima hingga pipi menggembung. "Penculikan apanya! Saat itu Tobio bermain sendirian sampai larut malam dan tidak ada yang menjemputnya! Jadi aku membawanya pulang!"
"Kau tidak serius 'kan? Bisa aja memang orang tuanya terlambat atau.."
Tobio lalu berdiri. Waktu sudah menunjukan untuk dirinya segera tidur. Dia berpamitan, "Besok saya ada latihan pagi, jadi saya harus tidur sekarang. Permisi." Dia lalu berjalan menuju kamarnya.
Dazai mengikuti. "Aku ingin tidur denganmu, Tobio-chan!"
"Hah? Bagaimana dengan teman-temanmu?"
"Biarkan mereka tidur di sofa~"
Tobio tidak mau beradu argumen lebih lanjut. "Terserah."
Di sisi lain, Kunikida dan Atsushi masih memproses lebih lanjut informasi penculikan yang baru saja mereka dengar.
The end
=====
Aku merasa ini gaje sekali😩
Hope you can still enjoy this kegajean aku..