Lalala Love You | NOMIN ✅

By matchoci

158K 19.3K 1K

[END] Cuma ceritanya si Lian yang baru masuk SMA dan langsung kepincut sama kakak OSIS panitia MPLS, Narasi. ... More

the cast.
1. Orientasi
2. Si Caper
4. Rencana
5. Kamu
6. Surat
7. Siomay dan Impian
8. Selamat Datang
9. Latihan Pertama
10. Diam-diam
11. Chat & Save
12. Lian dan Basket
13. Warcel Malam Itu
14. Kandidat
15. Persami #1
16. Persami #2
17. Pelipur Lelah
18. Kantin Berdua
19. He Knows
20. Gara-gara Garda
Intermezzo: Ngintip Warcel & Garda
Intermezzo: Ngintip 5TARSSS
Intermezzo: Ngintip Pendekar Naga
21. Tentang Apa?
22. LDK (Lelah DiriKu)
23. Jadi OSIS
24. Tengkar
25. Pilketos
26. Here For You
27. Narasi dan Garda
28. Ujian
29. Pentas Seni
30. Halo, Panglima Garda
31. Afeksi
32. Impulsif
33. Hukuman
34. Jingga-nya Lian
35. Tentang Keputusan
36. Renggang
37. Dari Lia
38. Mawar Jingga
39. Usai
Epilog: Here We Are Again
Berlian: The Brightest

3. Asking

5.5K 726 66
By matchoci

Ternyata tak ada yang tak berguna dengan barang yang dibawa para murid baru ini. Nyatanya, setelah kegiatan pertama tadi, kali ini mereka diberi kesempatan untuk istirahat. Susu boneeto dan pisang yang sudah dibawa masing-masing dibolehkan untuk dimakan.

Sedangkan helm proyek yang menurut Lian sangat freak itu, ternyata digunakan sebagai pelindung kepala di hari yang mulai terik ini.

"Adik-adik, tolong diperhatikan! Waktu istirahat tinggal 5 menit lagi kemudian kalian akan menjalankan misi! Cepat diselesaikan yaa semua, sampah dibuang pada tempatnya!"

Seruan tersebut membuat para siswa segera menyelesaikan kegiatannya. Begitu setelahnya, kakak-kakak OSIS datang kembali untuk melanjutkan kegiatan.

"Masih semangat yaa semua???"

"Masiiih kakkk!!"

"Siiiip, jangan mau kalah sama panas! Oke deh kalau gitu kita langsung ke kegiatan kedua, ya. Kali ini, kalian bakal dikasih misi! Jadi, kalian tolong siapkan beberapa lembar kertas dan spidol warna hijau yang udah dibawa dari rumah."

Terdengar suara bisik-bisik yang kentara sekali, mungkin seperti kasus lupa membawa spidol. Kebanyakan sih, seperti itu.

"Gua ga nemu spidol kecil anjer, adanya spidol punya abang gua yang segede gaban nih." Ariq menunjukkan spidolnya yang berukuran besar itu.

"Kaga ngapa yang penting ijo, dari pada kagak bawa, wuakakak. Panik dah tuh,"

"Nahh dengan peralatan itu, kalian bakal jalanin misi yaitu berkenalan sama kakak-kakak dan guru! Tenang dulu ya semua, jadi lebih jelasnya, kalian nanti harus ngedatengin 5 orang kakak OSIS dan 5 orang guru. Nah nanti, kalian harus mintain tanda tangan, sama info-info penting kayak nama, tanggal lahir, alamat, kelas, hobi juga boleh, ukuran sepatu juga boleh, pokoknya asal ada infonya deh, ya. Minimal 3."

"Ntar kalo ditanya terus jawabnya malah, ngerti privasi gak sih? Gitu gimana?" Celetuk Hansel.

"Si paling privasiii." Sahut Lian.

"Semua kakak OSIS dan guru-guru udah kami ajak kerja sama. Kunci kalian berhasil menyelesaikan misi, yaitu dengan meminta yang sopan. Pakai bahasa yang baik, dan ingat 3 magic words ya, apa aja hayo ada yang tau?"

"Tolong, Maaf, Terima kasih!" Jawab salah seorang siswa.

"Betuuul, jadi gitu ya temen-temen. Harus wajib kudu pakai kata-kata itu. Inget yaa, SMA 27 itu terkenal dengan siswanya yang penuh sopan santun, jadi ini juga melatih adik-adik sekalian agar terus mewarisi adat kesopanan SMA 27. Nah kalo kalian sopan, yakin deh nanti bakal gampang nyelesaiin misinya. Oke semua, paham ya?"

"Paham kakkk!"

"Yaudah, misi boleh dimulai dari sekarang. Nggak ada batas waktu yaa, kalau udah selesai boleh langsung ke sini, ke lapangan utama dulu. Inget! 5 kakak OSIS, 5 guru! Jangan gaduh, dan harus sopan!"

Ketika instruksi dimulai, para siswa berhamburan mencari sasaran. Lian, Ariq dan Hansel terlihat sedikit santai, lantaran malas berdesakan.

"Eh, mending ke perpus kagak sih? Kan penjaga perpus juga guru?"

"Oiya bener juga lu, Riq."

"Wah tumben encer otak lu, keknya belum ada yang kepikiran dah. Yok lah kita kesana,"

Ketiganya lantas menuju perpustakaan yang masih diingatnya. Dan beruntungnya, para penjaga perpustakaan mau dimintai info oleh mereka.

Jumlah petugas perpustakaan pun ada banyak, lebih dari 5, sehingga mereka dengan mudah menyelesaikan misi menghadap guru. Berterima kasihlah pada Ariq dan otaknya yang tumben tidak mampet.

Begitu keluar dari perpustakaan, mereka berpapasan dengan murid-murid lain yang sedang kebingungan.

"Eh eh? Kok lo udah penuh itu kertasnya? Dapet dari mana anjir???"

"Eh iya! Kan perpustakaan ada gurunya anjeeer kagak kepikiran!" Sahut yang lainnya membuat gerombolan tersebut berlomba-lomba ke ruang perpustakaan.

Ketiga sekawan itu pun tertawa bangga karenanya, "Kece bet kita." Hansel berujar bangga.

"Gua yang kece, ini kan ide gua."

"Iye iye, dah. Kalo gitu sekarang kita tinggal nyari OSIS yang sepi. Dimana ye? Pasti pada dikerubungin,"

"Gua pengen minta ke Kak Narasi dah," ujar Lian.

"Coba lu mikir baik-baik, doi ketuanya anjirrr ya sibuk lah."

"Dih, tapi katanya semua OSIS udah diajak kerja sama, tuh? Udahlah jangan berisik, ayok cari ayang gua."

"DIHHHH NAJIS AYANG AYANG KEK DIA KENAL LU AJA."

Lian tak mempedulikan komentar teman-temannya dan berlalu memimpin jalan.

Sementara itu di lab kimia yang diubah sementara sebagai base camp para panitia OSIS, hanya ada Narasi, Lia, Renja, Rhea dan Himka di sana. Kelima panitia inti itu memilih berdiam di lab, menghidupkan AC dengan maksimal di hari yang terik ini.

"Eh ya, tapi gue masih ngakak deh. Tadi pas gue sama Narasi mandu anak IPS 1 kan, ada satu cowok yang keliatan bangeeet caper sama Narasi. Sumpah nahan ketawa banget gue liatnya," cerita Lia.

"Serius? Emang gimana?" Renja penasaran.

"Pokoknya yang kentara banget gitu, dia jalan paling depan ngintilin Narasi, nanya nanya mulu ke Narasi. Tadi iseng gue yang jawab pertanyaan dia, eh dia nanyaaa lagi sampe dijawab Narasi. Sumpah caper banget, pengen ketawaaa."

"Suka kali dia ama lu, Nar." Celetuk Himka.

Yang diledek hanya mencebir, ia kemudian bangkit dari duduknya.

"Haus gue, mau ke kantin dulu beli minum. Siapa yang mau ikut?"

"Jiakhhh mengalihkan topik dia, guys."

"Aaaah males keluar gue, Nar. Apalagi ntar dimintain tanda tangan lagi, males gue." Tolak Rhea.

"Yeee yaudah gue sendiri aja. Kalo nitip chat ya, gue suka lupa."

Akhirnya Narasi keluar dari lab. Area lab memang berada di ujung lorong, makanya jarang dilewati apalagi oleh para murid baru, walau tidak ada larangan resmi untuk ke area sini.

Baru hendak menjauh dari lab, ia memelankan langkah ketika di ujung lorong dirinya menangkap 3 pemuda yang berjalan bersama.

"Ituuu aja Li, ya Allah nyari kerjaan aja lu segala kudu Kak Narasi yang tanda tangan,"

"Au dahh itu tadi mumpung ada OSIS-nya 5 anjir, ngepas."

"Ngantre banget anjirr rame, sesek."

"Ya dari pada kagak dapet, kan."

Narasi mengingat salah satu dari mereka, sosoknya yang baru saja dibicarakan Lia bersama teman-temannya tadi.

"Coba kita belok kanan— EH ASTAGHFIRULLAH MAK GUE COPOT."

Narasi hampir tertawa melihat sosok itu dengan mata melebar terkaget karenanya.

"Eh, Kak Narasi.... Hehehe...."

Lian bergerak menyikut kedua teman di kanan kirinya, yang mana keduanya sama-sama melongo.

"Halo, masih nyari OSIS ya?" Narasi pun berjalan mendekat, membuat Lian segera memulihkan kesadaran dan berdiri tegap.

"Iya, kak. Hehe, pada rame kalo sama kakak yang lain. Boleh minta tolong buat kasih tanda tangan dan infonya nggak, kak? Maaf yaa sebelumnya menyita waktu kakak, hehe."

"Boleeeh, mau nanya apa aja?"

Ketiganya pun bergegas menyiapkan alat tulis, Ariq menyempatkan diri menyikut Lian, "Ajib juga lu." Bisiknya.

Lian hanya tersenyum miring, kemudian kembali menaruh perhatian pada Narasi.

"Kakak, anak ke berapa bersaudara?"

"Eh? Hahaha, aku bungu dari dua bersaudara."

"Ulang tahunnya kapan, kak?"

"13 Agustus."

"Tinggi badan?"

"175 cm."

"Warna favorit?"

"Emmm, biru langit."

"Tipe cowoknya, kak?"

"Eh?"

"Hehe. Itu termasuk informasi penting, loh." Lian nyengir sedangkan kedua temannya mencibir dalam diam. Dasar tukang modus.

"Haha, oke dehh. Emm, nggak punya tipe khusus sih, asal cocok dan nyambung sama aku, oke kok."

"Noted. Kayak saya berarti bisa kan, kak?"

Pertanyaan itu yang mengajukan Lian, namun yang ketar-ketir dibuatnya justru Hansel dan Ariq. Takut-takut Narasi ini tipe yang dikit-dikit nyidak adik kelas.

"Diiiih, haha. Ada-ada aja kamu,"

Takut Lian akan semakin menjadi, Ariq pun segera memotong bicaranya.

"Ehehehhe. Udah, itu aja kak. Terima kasih banyak atas waktunya ya, kak."

"Okeee sama-sama. Oh iya, kalo kalian mau cari OSIS lagi, bisa ke lab itu tuh—" Narasi menunjuk lab kimia di belakangnya, "di sana ada beberapa anak OSIS. Kalo kalian mau nyamper, ngetuk yang sopan dulu yaa."

"Wetsss, oke kak, siap! Makasih kak!"

Narasi kemudian tersenyum dan berlalu menjauh dari ketiganya. Baru beberapa langkah, ia dibuat berbalik lagi ketika sebuah suara memanggilnya.

"Kak Narasi!"

Itu Lian, yang sedikit berlari menyusul dirinya.

"Ya? Kenapa?"

"Hehe. Kakak cantik, boleh saya deketin nggak? Saya ganteng loh," ujarnya sambil memamerkan gigi rapinya.




Continue Reading

You'll Also Like

19.7K 3.2K 3
[ABINAYA ONESHOOT] "𝙃𝙖𝙞... 𝘼𝙥𝙖 𝙠𝙖𝙗𝙖𝙧?" 𝘿𝙖𝙧𝙞 𝙢𝙞𝙡𝙮𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙠𝙖𝙩𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙞 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙝𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙢𝙖𝙩 𝙞𝙩𝙪...
792K 81.9K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
17.9K 1.2K 24
jaemin dan jeno memiliki perbedaan yg sangat jauh jika dilihat dari posisinya, jeno seorang pangeran mahkota dan jaemin seorang pelayan kerajaan. Sa...
1.9M 203K 43
( Sequel My Controlling Girl ) Raja Mahavir Alister Seorang mahasiswa tampan yang dikenal sangat pendiam, bicara pun sangat jarang Cowok misterius y...