my idiot boys

By RheaSadewa

112K 10.5K 441

kenant cacat otak sejak lahir,makanya dia disebut idiot tapi bryan lelaki sempurna yang tidak menyadari bah... More

prolog
one
two
three
four
five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fiveteen
Six teen
Seventeen
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
married with idiot boy sudah ada di google play book

Bab 27

896 144 5
By RheaSadewa

Waktu Audi lebih banyak dihabiskan di kantor. Ia bekerja keras demi memajukan perusahaan dan untuk melupakan kesedihan karena gagal menjadi seorang ibu. Audi seperti terombang-ambing, tidak menemukan lagi tujuannya diberi perpanjangan usia oleh Tuhan. Masa depan memang ada tapi harus diisi dengan apa.

Inggrita semakin menekannya, Audi diberitahu untuk lebih memperhatikan Kenant. Kenant seperti sebelum-sebelumnya, sering mengajaknya main atau memintanya membawa pria itu  ke luar jalan-jalan.

"Audi, Kenant dapat ikan!" Teriak suaminya senang ketika kailnya menyambar ikan dalam kolam. Hari ini Audi memilih di rumah, mengajak Kenant bermain di hutan buatan serta kolam ikan rumah utama.

"Kenant hebat."

"Tapi ikannya di kembaliin aja ya? Kenant gak tega goreng." Untuk hal ini Audi hampir tertawa. Mana mungkin ikan hias dapat disantap. Kenant adalah hiburan kecil untuknya. Paling tidak Audi masih memiliki teman. Bisa dikatakan teman padahal pemikiran mereka tidak berada di tingkat yang sama. Audi jadi merindukan Raya. Setelah pesta pertunangan temannya itu, mereka jarang berhubungan lagi. Walau kemarin Raya mengirimi pesan dan memberinya semangat setelah bayinya tidak ada.

"Ken, aku mau ke tempat bayi kita. Dia meninggal tapi dia belum dikasih nama. Dia perempuan kan Ken. Kamu punya usul nama yang bagus?"

Audi sudah mencari banyak sekali nama anak perempuan tapi tidak ada yang menurutnya pas.

"Candy, namanya Candy aja. Persis kayak tokoh kartun yang Ken tonton atau Momo juga cantik. Tapi bayi itu wajahnya kayak apa ya. Aku belum sempat lihat." Celoteh Kenant seperti seorang anak kecil. Tak ada yang salah dengan kedua nama itu. Bahkan Audi sendiri cuma melihat wajah anaknya melalui foto.

"Candy aja. Kita bisa memanggilnya candy. Kamu mau ke tempat Candy?"

"Di mana Rumah Candy? Rumahnya apa Bagus?"

"Candy istirahat di pemakaman, karena tempatnya di sana. Aku mau ke sana setelah ini. Kamu mau ikut kan atau di rumah ?"

"Aku mau di rumah .. mau di rumah.." Kenant menjawabnya dengan menggeleng keras. "Di kuburan banyak hantu Audi. Audi juga harus di rumah. Aku gak mau Audi dimakan hantu." Kenant mulai tantrum dan itu membuat Audi kebingungan. Ia meraih kedua tangan suaminya, berusaha menenangkannya.

"Oke... oke aku gak akan pergi."

"Tapi kamu janji gak bakalan ke tempat Candy kan?"

Audi hembuskan nafas sabar, ia memejamkan matanya erat. Tak apa berbohong pada orang seperti Kenant. "Aku gak akan ke sana."

Kenant langsung tersenyum senang. Ia meraih tangan Audi untuk meletakkannya di pipi. " Kita ke toko kue coklat ya beli kue di sana sekarang."

Audi mengangguk lalu tersenyum tulus padahal dalam hati ia ingin sekali menangis. Ia akan menghubungi Raya nanti malam, menceritakan apa yang tersimpan di hatinya agar membuatnya lega dan dapat menjalani hidup lagi.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Hidup harus terus berjalan tapi hari ini adalah hari istimewa. Tepat 100 hari yang lalu anaknya meninggal. Tidak ada yang mengingat atau memperingatinya. Audi membeli sebuket bunga melati dan mawar putih untuk dipersembahkan pada nisan tanpa nama yang ada di pemakaman umum. Putrinya harusnya di tempatkan di jajaran pemakaman keluarga Brawijaya tapi Candy ditempatkan di sebuah pemakaman umun dengan nisan tak bernama. Audi berjanji setelah hari ini, ia akan mengganti papan nisan anaknya lalu membubuhkan nama Candy.

"Hai sayang, apa kabar kamu Nak?"

Angin berdesir sepoi-sepoi, menandakan jika mungkin anaknya datang. "Mamah kangen sama kamu. Hari ini tepat 100 hari kamu pergi. Maaf ya mamah jarang ke sini. Habis papah kamu takut datang," ucap Audi diiringi senyum pahit.

"Maafin mamah ya yang gak mampu mempertahankan kamu. Maafin mamah yang gak becus jaga kamu. Kamu pasti kesakitan banget sebelum meninggal. Kepala kamu pasti sakit ya Nak?" Tangis Audi tak mampu terbendung. Bahunya terguncang karena menahan isakan.

"Harusnya mamah lebih hati-hati. Kamu sekarang udah gak sakit kan? Udah bisa bobok nyenyak di dalam sana. Mamah belum sempat meluk kamu. Belum sempat gendong kamu. Maafin mamah.... maafin mamah."

Sebanyak apa pun tangis Audi yang jatuh ke tanah tak mungkin membuat anaknya bangun dari kubur. Audi cuma dapat berlutut lalu mengecupi papan nisan sederhana itu. Audi pamit setelah melantunkan beberapa doa. Ia meminta kepada Tuhan agar anaknya dijaga di alam sana dan diberi tempat yang terbaik di sisinya.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Bryan pulang dengan muka tak enak dilihat. Ia melihat tagihan kartu kredit Monika yang kelewatan. Wanita itu membeli dua set perhiasan yang terbuat dari berlian. Monika sudah memiliki perhiasan yang tak terhitung jumlahnya. Belum lagi koleksi tas buatan Prancis yang harganya mencapai ratusan juta. Perempuan itu tidak pernah puas dan selalu ingin pamer pada teman sosialitanya. Bagi Bryan tak apa jika Monika bisa mendatangkan keuntungan sepadan minimal membalas semua pemberiannya tapi sang istri sering meminta tanpa memberikan imbal baliknya.

Ponsel Bryan berbunyi, pesan dari Monika masuk. Sang istri pulang telat karena menghadiri pembukaan klub milik temannya. Inilah yang Bryan ragukan ketika ingin ke luar rumah dan tinggal di apartemen berdua saja. Bagaimana Monika dapat menjadi istri yang baik kalau sering pulang telat. Bryan terbiasa di layani bukan menunggu di rumah sendirian.

Kalau kesal seperti ini ia akan ke mini bar dan mengambil anggur koleksi ayahnya tapi ia keduluan seseorang.

"Audi kamu minum? " Ini adalah pemandangan langka

"Mau bergabung?" Dan ini pertama kalinya Audi tidak bersikap ketus. Wanita ini minum sebanyak apa.

"Boleh." Bryan mengambil tempat duduk setelah mengambil gelas. "Tak biasanya kau minum malah tidak pernah."

"Yah aku melanggar teritorial kan. Ini mini bar tempat kau biasa minum. Aku pergi." Tapi Bryan menahan lengannya agar tidak beranjak.

"Duduk, kita minum sama-sama. Aku tidak akan mengusirmu, kau boleh menggunakan tempat ini juga."

"Terima kasih," jawabnya datar lalu menuangkan minuman lagi.

"Aku berterima kasih karena hanya dirimu yang menemaniku hari ini," lanjut Audi disertai tatapan minta dikasihani. Bryan tahu Audi banyak menderita di rumah ini tapi ketika tangannya terangkat ingin membelai surau Audi. Bryan menahannya dengan mengepalkan tangan.

"Memangnya kenapa dengan hari ini? Kau juga meminta ijin pulang lebih awal?"

"Hari ini tepat 100 hari putriku meninggal. Tidak ada kan orang yang mengingatnya." Audi menarik nafas. Ia setengah kehilangan kesadaran hingga tak tanggap siapa yang ia ajak berbicara. "Dia di tempatkan di pemakaman umum, dengan nisan sederhana. Tapi tenang aku akan merenovasinya. Dia anggota keluargamu kan? Kenapa ia tidak di tempatkan di samping makam kakeknya, di pemakaman keluarga Brawijaya? "

Bryan tak mampu menjawab. Mamanya menganggap anak Audi hanya bagian percobaan yang gagal tanpa peduli bagaimana terlukanya Audi kehilangan anak itu.

"Kau mau dia di tempatkan di pemakaman keluarga? Aku dapat memindahkannya." Tawaran yang sangat murah hati dan Audi menggeleng sambil tersenyum masam.

"Anakku cuma punyaku. Lebih baik dia di tempat semula. Aku takut suatu hari aku akan dibuang keluargamu dan  malah tak bisa mengunjungi makamnya."

Bryan mengeraskan rahang tatkala ingat perkataan mamanya ketika di rumah sakit. Audi hanya sebuah alat bagi keluarga ini dan memang akan di singkirkan apabila tidak berguna. Brawijaya yang dulu maupun sekarang hanya mendatangkan kemalangan untuk wanita ini.

"Apa kau juga sesedih ini ketika keguguran dulu?"

Audi mengumbar senyum meremehkan, ia menempelkan gelasnya yang dingin pada dahi. "Aku lebih terluka. Aku kehilangannya karena kau dorong. Kau membunuhnya. Kau membunuhnya!" Perkataan itu jelas melukai Bryan sampai membuatnya menundukkan wajah.

"Aku minta maaf...." ada jeda lama. "Aku tidak pernah diajarkan minta maaf atau menundukkan kepala. Kau wanita pertama yang menerima ucapan itu. "

"Yah kau diajarkan jadi penguasa dan sombong tapi apa kau juga diajarkan menghancurkan hidup orang lain? Walau terlambat, aku menerima maafmu. Tapi aku berharap kau dihukum seberat-beratnya," jawab Audi enteng lalu minum. Sayang kali ini isi gelasnya habis.

Audi tak tahu saja kalau selama ini Bryan sudah dihukum. Ia tersiksa setiap hari melihat Audi tanpa bisa menyentuh bahkan memilikinya. Menerima Audi sebagai saudara. Hatinya bertahun-tahun sakit tapi ia selalu menutupinya dengan memasang wajah datar seolah tidak pernah terluka.

"Aku kehilangan anakku yang pertama karena ayahnya melukainya. Tidak menginginkannya. Untunglah anak itu sudah tidak ada tapi Candy lain. Dia anak yang ku nantikan. Setiap bulan ku periksakan ke dokter, aku punya suami, punya keluarga. Aku kehilangannya padahal sebentar lagi ia lahir. Candy meninggal seolah hilang dan tidak ada yang pernah mengingatnya, sama dengan anakku yang pertama."

Audi semakin meracau, setiap gelas alkohol yang masuk ke mulutnya maka makin hilang kendalinya atas mulutnya sendiri.

"Aku mengingatnya. Dia anakku yang pertama, " ucap Bryan tiba-tiba. "Aku yang membawamu ke rumah sakit waktu itu, menunggumu sebelum ibumu datang. Aku merasa kehilangannya walau tidak sedalam dirimu. Aku dulu bodoh, tidak bertanggung jawab, menuruti gengsi dan emosi sampai berbohong pada perasaanku sendiri. Aku benar-benar menginginkanmu menjadi kekasihku terlepas taruhan itu. "

Bryan mengungkapkan hal yang disimpannya lama. Ia meratapi rasa bersalahnya seumur hidup tanpa seorang pun tahu.

"Benarkah begitu?" Audi kemudian tersenyum masam. Ia menahan emosi sekaligus air matanya yang sudah berdesakan mau turun. "Kau jangan menghiburku dengan kata-kata manis. Walau menginginkanku, harusnya aku sadar bahwa Bryan sulit tergapai. Dia bagai bintang yang tak akan mau jatuh ke tanah. Itu salahku... semua salahku... aku yang terluka, aku yang dihukum." Audi meneguk ludah, ia tarik nafas sedalam-dalamnya. Selama ini ia yang menderita, menderita dalam kekurangan dan kemiskinan lalu dimanfaatkan orang.

"Jangan menangis Audi." Bryan menghapus air mata wanita ini dengan ibu jarinya. Ia membuat mata Audi hanya terpaku padanya.

"Dua kali aku kehilangan anakku. Sepertinya aku masuk ke dalam hamba Tuhan yang dilaknat hingga tak diberi kesempatan menimang salah satu anakku."

Bryan tahu Audi sangat terluka saat mengatakan ini. Wanita itu tersenyum lebar sembari menangis seolah pertanda bila sukanya tak terbendung lagi. Ia meraih kedua bahu Audi, mendekatkan tubuh keduanya lalu meletakkan kepala Audi dekat dengan jantungnya.

Bryan memeluknya dengan sangat erat. Memberikan tempat bagi wanita ini bersandar dan menumpahkan tangis. Tindakan yang harusnya dari dulu Bryan lakukan tapi baru terlaksana sekarang.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Kalau mau cepat ke KBM ya

Continue Reading

You'll Also Like

85.2K 5.8K 26
menceritakan tentang remaja yang di usir oleh warga desa karena di fitnah mencuri oleh keluarga kandungnya sendiri. mampukah ia melewati masa sulitny...
175K 12.5K 27
"kita akan berkeliling wisata nanti saat hesa sudah besar dan papa yang akan menjadi bos di perusahaan agar bisa meliburkan diri mengajak hesa dan ma...
1.1M 114K 54
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
185K 15.3K 19
🐇🐇🐇