๐…๐ข๐ซ๐ฌ๐ญ ๐‹๐จ๐ฏ๐ž (๐๐ข๐ง๐ ...

By Shenshen_88

11.1K 1.4K 551

Ada satu kepercayaan dalam keluarga Zhang yang selalu dianggap takhayul oleh Zhang Qiling. Dikatakan bahwa di... More

Chapter 01
Chapter 02
Chapter 03
Chapter 04
Chapter 05
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22 (End)
Extra Chapter
Extra Chapter

Chapter 10

343 57 21
By Shenshen_88

Apa yang harus dilakukan dalam situasi ini?

Aku harus menghentikan diriku. Kupejamkan mata sejenak mencoba fokus pada sesuatu. Apa pun itu. Aku telah menunggu untuk momen ini, tapi aku tidak menemukan apa pun. Berapa banyak tahun dalam hidupku. Tiba-tiba menghilang.

💜💜💜

Zhang Qiling duduk kembali di kursi penumpang taksi dengan wajah muram.

"Wajahmu seperti prajurit yang kalah perang," komentar Liu Sang.

"Aku tak menduga pria sekeren dirimu bisa lesu begini."

Aku harus mengikuti Wu Xie dari jauh. Bertingkah sok akrab di depan orang lain dan mengacaukan momen mereka hanya demi emosi pribadi sama sekali bukan gayaku. Itu norak, murahan, dan mengerikan...

Zhang Qiling menatap lurus dan hampa pada sosok-sosok yang ingin ditemuinya. Mereka beriringan masuk ke dalam mobil BMW biru yang sama.

Sikap acuh tak acuh Zhang Qiling semakin menarik perhatian Liu Sang. Pasti ada sesuatu yang mengusik hatinya. Sesuatu yang buruk.

"Aku tahu ini lancang. Tetapi melihat situasi galau semacam ini, secangkir kopi bersama akan--"

"Pak, ikuti lagi mobil biru itu!" Zhang Qiling mengintrupsi ucapan Liu Sang.

"???"

Supir taksi hanya mengangguk. "Oke!"

"Tunggu! Apa kau seorang penguntit?" Ia ikutan mengawasi mobil biru, sangat penasaran dengan apa atau siapa yang ada di dalamnya.

"Tuan Zhang, ini melanggar pri--"

"Jangan sampai kehilangan jejak. Aku hanya ingin tahu alamat mereka," nada suara Zhang Qiling mendesak dan mendekati cemas.

"--vasi.." Liu Sang rasanya ingin menggigit lidahnya sendiri.

Supir melirik dua penumpangnya yang saling bertentangan itu secara bergantian kemudian menyeringai samar. Tidak peduli urusan mereka, baginya yang penting adalah kejar setoran.

Jalur lalu lintas di kawasan bandara masih bisa diatasi dengan kepadatan yang wajar. Menuju ke selatan, mobil biru itu memutar di satu bundaran dengan lima cabang. Jalan raya di kawasan ini tidak terlalu padat, berbatasan dengan taman-taman yang dirawat oleh Dinas perkotaan, merupakan kawasan hijau, sejuk dan menjadi tujuan sebagian warga untuk sekedar bersantai di waktu luang.

Di situlah supir taksi tiba-tiba kehilangan jejak mobil biru itu. Entah sejak kapan ia kehilangan fokus, sepertinya ia melihat pada mobil lain yang persis sama dengan target yang diikuti. Di kursi belakang, Zhang Qiling memucat saat melihat benang merahnya memudar dan sirna.

"Apa yang terjadi?! Kenapa mereka bisa lenyap secepat ini?" Ia menekan suaranya serendah mungkin, kalau tidak, itu akan berakhir dengan teriakan marah.

Supir kebingungan, "Maaf tuan, sepertinya aku mengawasi satu kendaraan yang sama."

Jemari Zhang Qiling terkepal hingga bergemeretak samar, Liu Sang terkejut melihatnya.

"Mengapa kau seserius itu? Apa kau mengejar penjahat?"

Pertanyaan itu terdengar tolol meski masuk akal. Zhang Qiling tidak menggubrisnya, sebaliknya dia bicara pada supir.

"Berhenti di depan."

"Baik, Tuan."

Taksi itu menepi di area taman umum dipenuhi tanaman sakura berbunga putih dan merah muda.

Zhang Qiling bergegas melangkah turun, bahkan sebelum sepenuhnya keluar dari taksi, pandangan matanya mencari ke sekitar kawasan itu. Banyak kendaraan berlalu-lalang, dan untuk beberapa detik, itu terlihat membingungkan.

Astaga, aku kehilangan Wu Xie lagi...

Dia berjalan gontai ke dalam taman, bersandar lesu pada sebatang pohon di satu sisi taman itu. Pada sudut yang cukup hening, di mana tak ada orang lain berada di dekatnya dalam radius dua puluh meter. Kepalanya tertunduk beberapa saat, mengamati bagaimana jarinya saling mengepal, menatap pergelangan tangan tanpa berkedip, menantikan benang merah itu menyala kembali. Mungkin ya, mungkin tidak.

Sebenarnya, momen ini pun tak terduga. Dan walaupun tiba-tiba, setidaknya ini akan memberi tahu dirinya banyak hal. Ibarat buku yang selama ini tertutup, ia harus membukanya untuk tahu apa yang akan tertulis di sana.  tetapi ia tidak ingin membukanya. Dia ingin sendiri di sini sebentar dengan hati yang kosong. Ia takut untuk menemukan kenyataan bahwa jejak Wu Xie kembali menghilang.

Liu Sang ikut turun dari taksi, berjalan mendekati Zhang Qiling. Setelah diacuhkan beberapa kali, sebenarnya dia cukup tidak tahu malu untuk memulai lagi. Tetapi setidaknya harus ada topik yang bisa dibicarakan. Saat itu sudut matanya menangkap satu stand mesin penjual kopi di seberang. Tersenyum, ia menawarkan.

"Tuan Zhang, kopi?"

Ucapannya cukup tulus. Tidak buruk, pikir Zhang Qiling, meskipun dia tahu untuk saat ini kopi mau pun bir akan sulit menyingkirkan pikiran tentang Wu Xie dari benaknya.

Akhirnya dia mengangguk setuju.

Apa yang kulakukan di sini? Bukannya menemukan Wu Xie, malah bersantai minum kopi bersama seorang pemuda aneh.

Bugh!!

Dia meninju batang pohon dengan tinjunya, sebelum bergerak beberapa langkah ke depan dan menghirup nafas dalam-dalam, menatap langit biru cemerlang tempat orang-orang menerbangkan mimpi.

Apa mimpinya sekarang? Rasanya masih sama. Beberapa tercapai, beberapa tidak, ataukah belum?

"Mengapa kau selalu menjatuhkan jam tanganmu di sembarang tempat?"

Suara itu selembut semilir angin, mengayun bagai irama lagu yang mendayu. Awalnya Zhang Qiling pikir itu suara dari jauh yang ditujukan bukan untuk dirinya.

"Apakah bagimu barang bagus sama seperti istri simpanan yang bisa diganti kapan pun kau mau?"

Satu tangan halus berkulit pucat bergerak turun memungut sebuah jam tangan berwarna keperakan di rerumputan dekat batang pohon.

Sebuah sentakan menggetarkan melewati Zhang Qiling, hampir gema, sayup dan lembut. Namun itu seakan  tidak dapat dipercaya. Kata-kata itu pernah ia dengar sebelumnya, dan juga siapa yang mengatakannya, tak akan pernah ia lupakan.

Siapa???

Dia ingin percaya bahwa itu keajaiban. Tapi tentu saja dia tak ingin menaikkan harapan terlalu cepat. Kemudian langkah kaki mendekat, diiringi hembusan aroma gardenia dengan sensasi dingin aroma mint mengalir ke wajahnya bersama angin.

Dengan gugup, Zhang Qiling memutar tubuh, menoleh pada seseorang itu. Dia memberikan senyuman yang paling cemerlang, tangan pucatnya terulur memberikan sesuatu.

"Jangan membuangnya sembarangan, Xiao ge. Karena ini Chopard."

Satu kedipan mata menggodanya bersama senyuman.

"Limited edition."

Sentakan ketakutan berubah dalam sekejap mata menjadi kegembiraan. Entah dari mana datangnya, yang pasti masa lalunya kini telah kembali.

"Wu Xie...." ia berbisik takjub.

💜💜💜

//Beberapa waktu sebelumnya//

Xiao ge...

Wu Xie membatin, merasakan sentuhan tak kasat mata dari satu sosok yang berjalan gontai dan menjauh.

Dia telah menghabiskan tiga tahun di negeri asing, berbaur dengan kehidupan mereka yang bebas dan liar. Meski begitu, dia tidak pernah merasakan hal yang sama terhadap siapa pun seperti yang pernah dia rasakan terhadap Zhang Qiling. Pria itu jauh lebih tua darinya, namun kemurniannya memberinya sensasi menyenangkan sewaktu ia coba menggoda pria itu pada perjumpaan pertama. Pria yang cukup pendiam, tetapi menimbulkan ketertarikan untuk disentuh, dicium, dan hal-hal nakal untuk dibisikkan. Zhang Qiling adalah pria yang unik, dan ia merasakan keterikatan kimiawi yang sulit dijelaskan.

"Ayo kita pergi sekarang!"

Ucapan Pangzhi menyentakkannya, ia menolehkan wajahnya yang melamun ke arah pria gendut yang menyeringai.

"Apa kau tidak merindukan rumahmu, naif?"

Wu Xie mengangguk, "Ayo!"

Dia tidak menolak sewaktu Ann Yuexi menggandeng lengannya seperti layaknya pasangan kekasih. Wu Xie tidak merasa perlu meronta dalam pegangan seorang gadis. Bersikap murni dan seakan-akan dia adalah pemuda yang tidak senang menjadi pusat perhatian para gadis sama sekali bukan gayanya. Dirinya tampan, muda, keren, dan kaya raya, bukan?

Menjelang menit terakhir di bandara, Wu Xie melayangkan pandangan sekali lagi pada sosok Zhang Qiling. Dia masih tinggi tegap, ramping, seksi dan menarik, seperti malam ciuman pertama mereka. Pria itu terlihat memasuki sebuah taksi.

Dalam senyuman samarnya, banyak kata terucap dalam hati Wu Xie, yang sulit ia ungkapkan, yang mungkin tak pernah ia ungkapkan, karena saat ia mengatakan sesuatu yang serius, semuanya selalu terdengar seperti lelucon.

Xiao ge, apakah masih sempat untuk meminta maaf karena aku tidak datang padamu malam itu?

Aku berharap aku bisa memberikan apa yang kau cari. Tetapi aku tidak tahu apa itu. Sebenarnya, apakah alasanmu berada di sini adalah karena aku? Rasanya terlalu berlebihan jika aku berharap seseorang masih mengingat seorang teman sepintas lalu, setelah tahun perpisahan yang panjang.

Aku merasa ada sesuatu yang kau tutupi selama ini, dari semua orang. Termasuk aku. Menatap wajahmu, sepertinya kau menunggu seseorang untuk membawamu keluar dari duniamu yang sepi.

Ketika Pangzhi membukakan pintu untuknya, Wu Xie masuk dan duduk dengan tenang, sikapnya wajar, namun kepalanya memikirkan banyak trik. Setiap kali Pangzhi bicara sesuatu padanya, dia hanya akan menanggapi dengan senyuman singkat dan tolol. Tatapannya tertuju pada hal lain di luar sana.

"Pak," ia bicara pada sopir.

"Ikuti taksi itu."

Telunjuknya mengarah pada taksi yang ditumpangi Zhang Qiling.

"Apa-apaan kau, naif?" protes Pangzhi.

"Berlagak jadi detektif? Astaga, kau terlalu banyak menonton serial kriminal Amerika."

"Lakukan saja," Wu Xie menggigit tepi lidahnya, menampilkan ekspresi bosan.

Supir melirik ke spion, kebingungan untuk sesaat. "Tapi Tuan, sepertinya taksi itu yang justru mengikuti kita."

"Oya?" Wu Xie menyeringai. "Sudah kuduga."

"Jadi siapa mengejar siapa?" Pangzhi selalu berpartisipasi dalam setiap percakapan, mengumbar emosi bahkan hingga yang terkecil.

"Kalau begitu, biarkan dia mengejar kita," ujar Wu Xie.

"Di bundaran lima jalur, kita akan mengakhiri aksi saling menguntit ini, dengan satu atau lain cara."

"Mereka tidak akan sulit mengikuti kita. Mobil ini hanya ada dua unit di seluruh kota," celoteh Pangzhi, tersenyum miring.

"Kita akan membuat mereka bingung. Setidaknya ada mobil biru lain bukan?" Wu Xie mencibir pada Pangzhi. "Walaupun tidak sekeren milikku."

"Heh!?" Pangzhi balas mencibir.

"Tapi Tuan," supir menyela, semakin bingung. Beberapa kali dia mengamati situasi di luar.

"Banyak taksi yang sama. Sekarang malah aku yang dibuat bingung."

Wu Xie menyentuh dahi dengan jemarinya.

"Astaga.."

"Eh, itu dia! Sepertinya yang itu. Benar! Taksinya berhenti di sisi taman," supir berkata, ikut-ikutan bersemangat tanpa alasan jelas.

Mereka semua menatap dari balik kaca pada seorang pria tampan bertubuh tinggi yang keluar dari dalam taksi.

"AHA!" pekik Pangzhi, menyentakkan semuanya.

"Aku tahu sekarang apa alasan tingkah konyolmu, naif! Kau masih belum berubah!"

Si gendut tertawa terbahak-bahak.

"Tapi siapa dia?" gumam Ann Yuexi, paling tidak paham dengan situasi sekarang.

Pangzhi dan Wu Xie menjawab bersamaan.

"Xiao ge."

💜💜💜

Selama musim-musim yang berlalu dengan warna berbeda, Zhang Qiling tidak pernah melihat warna cerah seindah ini. Benang merah takdirnya.

Dia tidak langsung bereaksi secara berlebihan, bahkan sulit mengatakan sesuatu. Dia tidak bisa.

"Ini milikmu."

Jam tangan keperakan itu diterima Zhang Qiling, saat itu dia menyadari tangannya gemetar. Saat itulah semua dimulai.

"Wu Xie?" Ia mengulangi, seolah memastikan bahwa ini bukan hanya mimpi.

Pemuda itu menampilkan senyuman malaikatnya.

Xiao ge--

Jika suatu hari kita bertemu lagi, aku ingin bertanya padamu, apakah kau sudah memiliki kekasih?

Dia mengambil nafas dalam dan berpikir, sekarang atau tidak sama sekali.

"Xiao ge, bagaimana kabarmu?" tanya Wu Xie.

"Tidak baik," Zhang Qiling menjawab sekenanya dan terkejut tidak lama sesudah mengatakan itu. Kenapa ia sangat kacau?

"Ah, sayang sekali.." Wu Xie tertawa canggung.

Dia bisa merasakan satu tatapan lain tertuju ke arahnya, seseorang datang mendekat. Meski pun dia tidak pernah ke taman ini selama hidupnya, tapi Wu Xie tahu bahwa ini tujuan banyak orang untuk bersantai. Tetapi seseorang itu benar-benar menuju ke arah mereka.

Wu Xie menoleh hanya untuk melihat seorang pemuda kurus berkacamata membawa dua papercup berjalan menghampiri Zhang Qiling.

Di sisi lain, Liu Sang menatap pada Wu Xie terheran-heran. Seperti memikirkan hal yang sama, dua orang itu saling berpandangan dengan tatapan aneh dan nyaris gusar. Kemudian serentak menoleh pada Zhang Qiling dengan ekspresi seperti disambar petir bersamaan.

Kedua pemuda itu membuka mulut nyaris berbarengan, mengajukan satu pertanyaan yang sama pada Zhang Qiling.

"Siapa dia??!"

🙈🙈🙈

To be continued lagi

Please vote 💜

Continue Reading

You'll Also Like

4.7K 561 30
"I can explain this." - Yeonjun "What have gotten into you?!!" - Julia "Semua ini salah paham." - Yeji "Apa kau sudah gila?!" - Soobin Apa yang akan...
5K 710 21
zhiguang tidak bisa menahan senyum ketika akhirnya mendapatkan userID kakak tingkat yang sudah diincarnya sejak awal mula memasuki perkuliahan, dan t...
46.2K 2.1K 7
[FOLLOW SEBELUM BACA ] -DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT FOR FEEDBACK GUYS -DON'T COPY PASTE - CERITA AKAN JAUH BERBEDA DENGAN SEBELUMNYA KARENA AKAN...
1.4M 81.4K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž Homophobic? Nagajusey...