Asa Bumantara✓

By _whitesth

4.6K 499 52

kala sang bumantara menjadi bagian dari kisah mereka, dua insan pejuang takdir semesta. ⚠️ bxb content ⚠️ • h... More

; first met
01 ; tujuan dan alasan
02 ; abang
03 ; rumah
04 ; doa restu
05 ; apa kabar
07 ; Adnan
08 ; tinggal dan pergi
09 ; tak lagi utuh
10 ; dialog malam
11 ; monolog
12 ; bertahan
13 ; jangan
14 ; dingin
15 ; pelan-pelan
16 ; sabar milik bunda
17 ; perkara makan
18 ; sebentar lagi
19 ; never feel alone
20 ; tolong
21 ; rapi dan wangi
22 ; bohong
23 ; ketemu
24 ; sedikit
25 ; bisa?

06 ; chaos

147 21 0
By _whitesth

⚠️ sensitive content, traumatic, violence, harshwords, mentioning of blood
Yang tidak nyaman silahkan keluar. ⚠️

.
.
.

Disudut kasur ia semakin menenggelamkan diri dalam balutan selimut abu-abunya, mendengarkan tawa menjijikan disertai percakapan dengan nada kelewat manja diluar kamar sana membuat ia muak, didengarnya lagu dengan volume keras melalui earphone meski rasanya percuma, yang ada justru telinganya pengang serta kepalanya pusing.

Delvin yang entah pergi kemana, membuat ia hanya tersisa berdua dengan tamu yang datang tanpa diundang itu, Keval bahkan tidak peduli, namun apakah wajar bertelfon ria ditengah malam begini dengan kalimat-kalimat yang menurut Keval sendiri menggelikan, apalagi dilakukan oleh wanita berumur, oke, tidak masalah kalau hal tersebut dilakukan dirumah sendiri, tapi tidak jika dirumah orang lain, seperti tidak tau sopan santun bertamu saja!

Semakin lama dibiarkan semakin juga Keval dibuat frustasi dengan apa yang ia dengar, maka dengan begitu ia beranjak dengan sedikit emosi lantas menendang pintu kamar hingga suara wanita diluar kamarnya menjadi hening seketika,

"DIEM ANJING, BERISIK! Tamu gatau diri, kalo mau godain om-om ke jalanan sana, jangan dirumah orang, tolol!"

Nafasnya memburu dengan degup jantung yang semakin meningkat, matanya berair menggambarkan semarah apa ia, Keval kepalkan tangan mendengar langkah cepat yang tak lama kemudian berhenti tepat didepan pintu kamarnya yang mana selanjutnya beberapa kali gebrakan terdengar keras memenuhi telinganya.

"Kalo bicara yang sopan! Kamu tau tata krama ga sih, bocah ingusan aja belagu! Keluar kamu sini!!"

Entah keberanian dari mana, Keval membuka pintu cepat mendengar kalimat terakhir sosok diluar pintu, setelah pintu ia buka, dihadapannya berdiri sosok wanita seumuran bunda yang hanya sebatas telinganya -- mendongak dengan wajah merah penuh amarah menatapnya bengis.

"Ngomong apa kamu tadi, huh?! Kamu pikir saya takut sama kamu? Saya masih punya video itu, kamu mau Vandra tau video it-"

Brak!

"Arghh, lep--asin!"

Secepat itu pergerakan yang dilakukan oleh Keval, dimana sekarang wanita tersebut terpojok pada tembok dengan kepala menengadah, kerah bajunya Keval remat dan sedikit ia angkat, tak peduli bagaimana sosoknya yang berusaha melepaskan diri dari cekikan Keval.

"Jangan sekali-kali lo berani ngancem gue pake video sialan itu ya, pelacur murahan! Emang dasarnya ga punya harga diri, pantes lah dibuang suami lo! Dulu ya dulu, otak licik lo ini yang bikin orang muak sama lo, termasuk Om Danu!"

"Bocah si--alan! Betulan saya kirim ke Vand-- arghh lep-as!!"

Semakin wanita itu berontak semakin Keval kencangkan pula cekikan hingga urat ditangan dan lehernya nampak, wajah wanita tersebut kini sudah memerah dengan nafas yang sama sekali tak beraturan,

1 menit

2 menit

Bugh!

"Lo apa-apaan, Kev?!"

Badannya tersingkir kasar kesamping menerima tinjuan tiba-tiba, Delvin.

Bugh!

"SOPAN TOLOL, ITU TANTE ADIN, YANG DULU SERING NGASUH LO KALO LO LUPA!"

"PEDULI SETAN!" Balasnya tak kalah keras,

BUGH!

Satu lagi tinjuan Keval terima, kali ini sampai ia benar-benar tersungkur, entah saking kuatnya pukulan sang kakak atau karena kakinya yang sudah lemas.

"Tunggu gue lo!" Begitu ancam sang kakak yang nampaknya tak main-main.

Getaran dibibirnya pecah bersamaan dengan tatapan kosongnya yang beradu dengan sepasang manik kelam milik sosok didepan pintu -- yang sepertinya datang dengan suasana kacau.

Delvin yang sudah membantu wanita tadi -- Tante Adin -- bangkit ikut menolehkan pandangan kearah pintu, menatap lelaki yang posturnya tak jauh beda dari sang adik mendekat cemas, dan entah bagaimana amarahnya kembali tersulut ketika menyaksikan bagaimana lelaki tersebut merengkuh tubuh gemetar milik Keval sembari membisikkan kata-kata menenangkan yang tentunya hal tersebut tidaklah wajar dalam pandangannya.

Menjijikan, pikirnya.

Itukah 'kekasih' adiknya?

Banyak pertanyaan yang muncul dibenaknya, namun ia segera menyadari harus segera membantu Tante Adin kembali ke kamarnya.

Lain halnya dengan Keval yang tetap pada posisi tadi, masih berusaha menahan ketakutannya bersama dengan Maviel.

Iya, Maviel lelakinya, yang entah bagaimana bisa berada disini, dihadapannya, mendekapnya penuh rasa nyaman.

Dibantu Maviel pula ia bangkit, kembali memasuki kamar dan duduk dikasur, kali ini tangannya yang melingkar sempurna pada pinggang Maviel -- yang posisinya duduk ditepian kasur, sedang tangan yang memiliki kesan sedikit kasar itu menyeka rambut depan hingga pelipisnya.

Hangat, dan nyaman tentu saja.

"Sshhh... I got you, just cry if you want to, it's okay Kevie, i'm here..."

Meski Maviel mempersilahkan untuk menangis, Keval sama sekali tidak mengeluarkan air matanya, hanya menumpuk dipelupuk, lalu sirna dalam kedipan mata.

"Gue harus apa, Mav?"

"Gue ga takut, tapi kenapa liat dia rasanya pengen kabur terus?"

"Gue cekek dia, kenapa juga bisa?"

"Gue jahat juga, ga jauh beda kaya dia ya?"

Maviel dengarkan ocehan-ocehan Keval dengan seksama tanpa ada keinginan untuk menanggapinya, ia biarkan Keval mengeluarkan apa yang ia pikirkan tanpa harus merasa terintimidasi.

"Ayo pergi?"

"Mav ayo pergi!"

"Gue ga sudi satu atap sama bajingan itu, Mav!"

Belum ada kata-kata yang tepat untuk Maviel keluarkan, belum sempat menemukan jawaban yang sekiranya bisa membantu Keval lebih tenang, kini terbuyarkan oleh langkah yang terkesan kasar mendekat bahkan sudah berhenti tepat dibelakangnya, Maviel paham betul, maka dengan begitu, kala tubuhnya ditarik kasar hingga hampir terjungkal kebelakang, ia tak lagi heran itu ulah siapa.

"Mau lo apa, Kev?"

Kalimat pertama yang ia dengar setelah sebelumnya hanya hening yang ada.

"Gue tanya mau lo apa, Kev? Budeg lo?"

"Bang--"

"Lo diem, gue nanya sama adek gue, kalo bisa sekalian lo pergi aja sana!" Usir Delvin pada Maviel yang berusaha mengalihkan perhatiannya, kembali ia fokuskan tatapan pada Keval yang hanya duduk mengedarkan pandang ke sekitar dengan gusar.

"Kenapa lo cekek Tante Adin, huh? Punya otak ga sih lo, Kev? Mikir goblok, mikir!"

Ia menunjuk-nunjuk dahi Keval hingga beberapa kali terdorong kebelakang, meski kepalan tangan dibawah sana sudah siap terpasang hendak meninju sang kakak, tapi tak bisa ia lakukan, toh buat apa ia mengambil pembelaan kalau ujungnya Delvin tetap tak peduli.

"Apa kata kalo bunda tau, jangan bikin malu, Tante Adin disini ga sebentar, bahkan ini baru hari pertama tapi lo udah cari gara-gara sama dia, ga habis pikir gue sama tingkah lo yang makin liar itu."

"Ga ada yang nyuruh lo buat mikirin gue!"

Itu adalah kalimat yang Keval lontarkan dengan lantang sebagai jawaban cepat, secara refleks pula Delvin melayangkan tamparan pada pipi kiri Keval, ia kelewat kesal.

Plak!

"Jangan dipotong selagi gue ngomong!"

"Jangan main tangan dong, bang! Lo bahkan ga tau apa alesannya Kev bisa cekek perempuan tadi."

Maviel akhirnya memilih untuk ikut mengambil tindakan setelah sebelumnya hanya diam menyaksikan, menarik Delvin untuk mundur, takut-takut kembali bermain fisik pada Keval yang sudah nampak tak ada harapan.

"Lo kan, lo yang bawa pengaruh buruk ke adek gue!" Tuduhnya cepat menunjuk wajah Maviel, sedikit kasar dan terkesan tak sopan untuk ukuran orang asing yang sebelumnya tak saling kenal.

"Nak Delvin, udah, jangan dimarahin adiknya, tante gapapa."

Yang punya nama menoleh kearah pintu kamar begitupula dengan Maviel usai mendengar kalimat tersebut terucap dari bibir Tante Adin, Maviel mendecih pelan lantas menatapnya dari atas sampai bawah, ketika Adin mengambil langkah masuk sontak ia mendekat pada Keval yang masih terdiam ditempatnya, belum sempat ia berdiri disebelah Keval, Delvin lebih dulu bertindak.

Sret

"Minta maaf sekarang, Kev!"

"Akuin kesalahan lo, janji buat ga ngulangin hal itu lagi, cepet!"

Delvin menarik kasar Keval untuk bangkit dan mendorongnya untuk berhadapan dengan Tante Adin, dimana justru akibat dorongan tersebut Keval tersungkur sebab tak siap menyangga tubuh lemasnya.

Maviel mengambil langkah cepat guna menarik Keval ketika Tante Adin berjongkok entah untuk membantu Keval berdiri atau apapun itu ia tak peduli, ia adukan tatapan datarnya dengan tatapan mata Delvin, rahangnya mengeras merasakan ujung hoodie nya Keval remat kuat-kuat.

"Gue ga lagi bisa diem, bang, persetan sama tata krama, gue bakal jadi orang pertama yang nonjok lo kalo sekiranya ada apa-apa sama Keval."

Tepat setelah Maviel menyelesaikan ucapannya, klakson terdengar diluar sana, ia tepuk pelan bahu Keval lantas ia tuntun untuk keluar, Jordan menunggu didalam mobil hitamnya, Maviel dudukkan Keval dikursi belakang ia susul kemudian, mobil melaju pelan dalam keheningan, hampir pukul 2 dini hari.

"Kev?"

"Stop mandang gue pake tatapan kaya gitu, gue ga perlu dikasihani."

"Jelek, nangis sinii, ga ada yang marah," ucap Maviel dengan tatapan teduhnya, sedang Jordan fokus dengan kemudi, masa bodoh dengan interaksi Maviel dan Keval dikursi belakang, tugasnya hanya memastikan Keval jauh dari rumah untuk saat ini.

"Mav..."

"Apa sayang?"

Maviel memandangi wajah Keval yang sedikit berkeringat dari samping, sedang Keval sendiri berfokus pada center mirror, meski begitu, tatapannya yang benar-benar kosong membuat Maviel bingung sendiri meski tak sampai tahapan panik.

"Mav..."

"Kenapa sih gemes?"

Ia masih berusaha menanggapinya setenang mungkin meski ini sudah kedua kalinya Keval memanggilnya tanpa ada keterangan pasti, hingga dimana Maviel dibuat diam ketika mendengar seruan Keval tiba-tiba bersamaan dengan badannya yang tersentak mundur menabrak punggung kursi.

"Mavie, banyak darah!"

Kacau!

»»--๑ˊᵕˋ๑--««

Continue Reading

You'll Also Like

22.8K 2.9K 3
[Tamat] [PDF] Renz benci dengan sikap manja anak tetangga sebelah, apa-apa panggil Mama, apa-apa panggil Bibi. Anak laki-laki itu tidak boleh manja...
295K 22.8K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
51.3K 4.4K 16
Aku bisa bertahan berkat Haechan. -Mark Lee Aku harus bertahan bagaimana lagi? Jika sumber kekuatanku saja telah pergi. ❌️ BUKAN BxB! ❌️ °°° Start :...
207K 8.7K 46
Cerita ini menceritakan tentang kisah cinta antara boruto dan Sarada yang ada di desa konohagakure.boruto dan sarada juga termasuk anggota tim 7 bers...