Mas Reyhan

By Dimel_10

67.2K 5.2K 172

Namanya Reyhan Adiutama Perkasa. Mas Reyhan. Perkasa. Sangat cocok dengan orangnya yang memang perkasa. Dia s... More

1. Pertemuan kedua
2. Mas seram
3. Bertamu
4. Kesal
5. Mak! Aku baper!
6. Ha?
7. Kok, gitu?
8. Ngomong apa sih?
9. Keyra centil? No!
10. Banting teruuussss!!!
11. Yakin?
12. Tanggung jawab, kok
13. Mas Reyhan kenapa?
14. Pindah?
16. Mas Reyhan udah punya pacar?
17. Kawin aja, yuk!
18. Ini lamaran?
19. Keluarga Besar
20. Masalah Maira
21. Sah, kan?

15. Saksikanlah, hahahaha!!

2.1K 194 7
By Dimel_10

Sesuai sama janji aku kemarin, aku udah Update ya. Untuk Bab selanjutnya paling lambat aku Update seminggu lagi. Doain aja lebih cepat.

Happy Reading!!!

🏠🏠🏠🏠🏠

Aku mematut penampilanku di cermin toilet kantorku. Sekarang sudah jam makan siang dan aku akan berangkat ke Restoran Mas Reyhan untuk mengantar kan makan siangnya ; nasi Padang di depan kantorku. Masih ingat kan tentang perjanjian kami? Aku akan memanfaatkan perjanjian itu untuk bertemu dengannya.

Terserah dia berfikir apa tentangku, mau dia berfikir aku agresif atau apapun, itu urusan belakangan. Karena yang terpenting sekarang aku harus memperjuangkan cintaku yang belum sempat bersemi karena kebodohanku yang baru sadar tentang perasaanku sendiri. Dan tentunya juga karena kelambatan Mas Reyhan yang tidak mau bergerak cepat.

Aku mematut kembali penampilanku, setelah merasa semuanya Perfect aku keluar dari toilet dan berjalan ke depan kantor yang sudah ada Taksi menunggu ku di depan. Untuk misi pertama ini aku mau penampilanku tetap paripurna saat sampai di sana. Tidak apa-apa kalau aku harus mengeluarkan biaya lebih untuk membayar Taksi.

Sesampainya aku di Restoran Mas Reyhan, dengan penuh percaya diri aku berjalan masuk kedalam, melemparkan senyum kepada Mbak Kasir biasanya dan langsung menuju ke atas, ke kantornya Mas Reyhan. Aku mengetuk pintunya tiga kali, setelah mendengar kata, "Masuk." dari Mas Reyhan aku melangkah masuk kedalam.

Mas Reyhan sepertinya terlihat sangat sibuk. Dia tidak mengangkat kepala nya sama sekali saat aku masuk. Aku menggigit bibirku gugup, jantungku tiba-tiba berdetak sangat kencang. Tanganku pun sudah berkeringat. Padahal tadi sebelum aku masuk aku masih merasa biasa saja, tidak ada perasaan gugup sama sekali. Kenapa setelah masuk ke aku jadi gugup begini?

"Ehem!"

Aku berdeham, menyadarkan Mas Reyhan tentang keberadaan ku di depannya. Dan benar saja, Mas Reyhan langsung mengangkat kepalanya sedetik setelah aku bersuara. Dia tampak terkejut, namun masih bisa menyembunyikannya di balik wajah datarnya itu. Oho...anda sudah ketahuan, Mas.

Aku meremas jariku yang menenteng bungkusan nasi Padang. Melangkahkan kaki dengan pelan mendekatinya. "Ini...aku bawakan Nasi Padang." Tanganku terulur, meletakkan nasi Padang ke atas meja nya.

Mas Reyhan melirik nasi Padang itu, dan mengambilnya dalam diam. Ia menggumamkan kata terima kasih. Setelah itu tidak ada yang berbicara di antara kami.

Respon seadanya yang di berikan Mas Reyhan malah membuatku bertambah gugup. Seperti nya menjalankan apa yang di katakan Rasi tidak semudah bayangannya. Ini saja aku sudah mati kutu saat Mas Reyhan hanya diam seperti sekarang. Padahal kemarin aku sudah membayangkan kalau Mas Reyhan akan menyambutku dengan baik. Senang melihatku datang tanpa harus di suruh atau di ancam olehnya.

Aku berdeham sekali lagi, membuat Mas Reyhan yang sedang menatap Nasi Padang itu menatapku sekali lagi. Aku menyelipkan rambut di telingaku dan mendongak menatapnya yang sudah berdiri dari duduknya. "Kenapa Mas Reyhan nggak pernah hubungin aku lagi?" Tanyaku lambat.

"Emang kenapa aku harus hubungin kamu?"

Jawaban dari Mas Reyhan membuat kaget. Ini serius Mas Reyhan nanya kayak gitu?

"Ya...beberapa hari ini kan Mas selalu kirim pesan sama aku, tapi udah dua hari Mas nggak kasih kabar sama sekali."

"Kita nggak punya hubungan apa-apa untuk saling bertukar kabar kan?" Ujarnya dingin.

Bener juga. Aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak terasa gatal sekalipun untuk menghilangkan malu karena sudah geer.

"Mending kamu pulang."

"Apa?"

Mas Reyhan memutari meja kerjanya dan berdiri di depanku dengan kedua tangan di masukkan ke saku celananya. "Pulang! Urusan kamu udah selesai kan."

"Ha?"

"Kamu budek, ya? Aku bilang Pu-aduh!!"

"Jahat!"

Aku menghentakkan kaki, berbalik keluar dari ruangan Mas Reyhan yang mengesalkan ini. Ku abaikan suara rintihan Mas Reyhan karena baru saja ku pukul perutnya dengan sekuat tenaga. Nggak tahan tangan aku untuk nggak nutup mulut jahatnya itu.

Aku mengusap sudut mataku yang berair dan saat mobil driver yang ku pesan sampai. Dengan wajah yang masih cemberut, aku masuk ke dalam dan menutup pintu mobil dengan sedikit keras. Sopir mobil driver tampak tersentak, menatap ngeri pintu mobilnya. Mungkin dia takut pintunya copot. Tapi Bapak sopir itu tidak mengatakan apa-apa dan langsung tancap saat aku mengatakan tempat tujuanku.

Mumpung pekerjaan ku sudah selesai, aku memutuskan untuk izin pulang cepat. Aku ingin menenangkan diri dari kejadian mengesalkan tadi. Saat sampai di kontrakan, aku berdiri di depan kontrakan Mas Reyhan dulu, lalu memelototi nya galak, sampai-sampai aku merasa kan kalau mataku akan keluar saking besarnya polotot-anku. Ini menggambarkan seberapa marah aku dengan kelakuan Mas Reyhan tadi.

Aku mendengus sambil berjalan bolak-balik menatap kontrakan bekas Mas Reyhan dulu seakan-akan itu adalah Mas Reyhan. Aku berhenti di teras kontrakan itu dan menghentak-hentakan kakiku di sana. Berharap Mas Reyhan juga ikut merasakan sakit. Percuma memang, bukannya Mas Reyhan yang merasakan sakit, malah kakiku yang sakit.

Aku bisa merasakan mataku yang memanas, dan air mataku yang mengalir pelan membasahi pipi mulusku sekarang. No! Ini bukan karena aku sedih, tapi aku kesal. Jika terlalu kesal air mataku memang suka mengalir dengan sendirinya. Di tambah lagi,  aku juga menyesal karena hanya memukulnya satu kali. Harusnya tadi aku juga menendang tulang keringnya lalu mendorongnya hingga dia terjungkal ke belakang. Pasti rasa kesal ku akan berkurang.

"Kamu ngapain melototin benda mati kayak gitu? Kurang kerjaan?"

Aku tersentak mendengar suara laki-laki menyebalkan itu. Tanpa menoleh balik, aku melengos dengan tangan melipat ke dada. Laki-laki itu, maksudku Mas Reyhan sedang berada di belakang ku yang ku perkirakan jaraknya tidak terlalu jauh.

"He! Aku lagi ngomong sama kamu loh."

Terus, gue harus peduli gitu?

"Masa kamu ngambek sih gara-gara aku ngomong kayak gitu?" Suara Mas Reyhan terdengar frustasi, "Aku cuma bercanda padahal."

Bercanda? Enak banget dia ngomong.

"Aku tadi tuh di suruh Rasi loh. Dia bilang kamu suka sama cowok dingin."

Sejak kapan aku suka cowok yang dingin. AKU TUH SUKANYA KAMU!!!

"Kamu beneran nggak mau ngomong sama aku nih?"

Ya iyalah!

"Serius? Aku pulang loh ini...,"

Pulang sana! Kalau perlu nggak usah ke sini-sini lagi. Tempat ini nggak menerima cowok dingin kayak situ. Rumah ini cuma terbuka sama yang galak-galak. Pulang sono lu, pulang!

"Ya udah deh aku pulang dulu." Tidak lama dari itu terdengar suara langkah kaki menjauh dan suara pintu mobil yang di buka lalu di tutup.

Aku membalik badanku dengan wajah cengo. Mas Reyhan masih di sana, melambaikan tangannya, "Bye!" Dan dia pergi dengan hanya mengatakan bye?

DIA PERGI GITU AJA DAN NGGAK ADA BILANG MAAF!!!?

Bagus ya dia, bagus. Kebiasaan nggak pernah minta maaf kalau salah. Awas aja dia, aku buat dia berlutut di depanku sambil ngemis-ngemis minta maaf. Lihat aja. Tunggu tanggal mainnya.

🏠🏠🏠🏠

Aku meminum jus dingin untuk menghilangkan dahaga ku setelah selesai bercerita, lalu mendengus melihat Mbak Siti dan Rasi yang masih asik tertawa setelah mendengar ceritaku. Bahkan saat aku memelototi mereka untuk berhenti tertawa, mereka tidak mengindahkan nya sama sekali.

Aku mendengus sekali lagi, melemparkan mereka dengan kacang, "Ups, dapat," yang mereka tangkap tanpa kesulitan.

Aku makin mencebikkan bibirku melihat mereka yang semakin tertawa. Dari mana lucunya coba?

Rasi menghentikan tawanya dan memakan kacang yang di tangkap nya tadi, "Keren banget Mas Reyhan, salut gue lihat dia."

"Iya, betul." Kata Mbak Siti yang juga sudah menghentikan tawanya. Tangannya terulur ingin mengambil minuman. Tapi dengan cepat tangan ku lebih dulu menggapai minuman dingin dan menjauhkannya darinya. Seret-seret, dah tuh tenggorokan.

"Ih, Keyra," rengek Mbak Siti, "Tenggorokan gue udah seret banget ini, elah."

"Minta maaf dulu!" Kataku galak.

"Tenggorokan gue udah kering banget ini rasanya. Bagi minum dong,"

Aku menggeleng, "Nggak mau, sebelum Lo minta maaf."

"Ih," Mbak Siti menghentakan tangannya ke atas sofa, "Rasi kan juga ngetawain Lo, masa cuma gue doang yang harus minta maaf sih." Sungutnya.

Mbak Siti tampak mendelik ke arah Rasi yang tertawa puas melihatnya di aniaya olehku. Lalu Mbak Siti kembali menoleh ke arahku dengan tatapan tidak terima karena sudah di pilih kasihkan. Ya mau gimana lagi kan, bukan maksud ku untuk pilih kasih, Rasi kan lagi hamil, kalau aku juga mengambil minumnya saat dia sedang seret bisa-bisa aku di pecat oleh Pak Arash karena sudah membahayakan Istri dan janinya. Auto pengangguran aku.

"Iya-iya, gue minta maaf."

"Nah gitu dong." Aku mengembalikan minumannya yang langsung di minum oleh Mbak Siti dengan buru-buru. Kayaknya dia beneran seret sih tenggorokan nya.

"Kayaknya jiwa kalian ke tuker deh, kayak yang di novel-novel fantasi gitu,"

"Iya," Mbak Siti me-lap mulutnya, "Yang sekarang sama kita Mas Reyhan, kalau yang Lo temuin tadi siang Keyra." Rasi mengangguk setuju.

Aku hanya memutar bola mata mendengar celetukan asal dari mereka. Kalau emang bisa nukar jiwa mah, mending aku bertukar jiwa sama yang lain dari pada sama Mas Reyhan. Capek tau dari tadi marah-marah mulu.

"Udah lah, dari pada kalian ngerecokin gue di sini mending kalian pulang aja."

"Wah parah," Mbak Siti menggeleng-nggeleng, "Abis dia curhat, kita langsung di usir."

"Padahal kita udah dengerin curhatannya dia."

"Dengerin curhat apaan, dari tadi kalian tuh ketawa doang."

"Tapi kan kita ketawa karena dengerin ya, kan." Mbak Siti mengangguo mendengar kata-kata Rasi.

Aku mendengus, mereka ahlinya kalau bikin kesal orang. Aku bersedekap dada dan menyenderkan kepalaku malas.

"Iya deh, kita pulang," Rasi berdiri dari duduknya, aku tersenyum pongah menatapnya yang pasrah. Tapi sedetik kemudian ia memajukan wajahnya sampai melewati meja, "Tapi Lo yakin nggak mau saran dari gue buat balas Mas Reyhan?"

Bener juga.

🏠🏠🏠🏠

Dengan bantuan saran dari Rasi dan Mbak Siti, sekarang aku sedang duduk di meja depan dekat Kasir Restoran Mas Reyhan, dan tentunya di depanku ada laki-laki yang menemaniku untuk makan di sini. Aku ingin tau apa respon Mas Reyhan kalau melihatku bersama laki-laki lain yang bukan dirinya. Seperti yang kalian tau, aku ini mantan Playgirl, dan setahuku Mas Reyhan tidak tau pasal itu. Makanya aku sengaja mengajak teman kantorku untuk menemaniku makan di sini. Syukurnya, Mas Aji, nama teman kantorku, mau menemaniku. Kalian jangan khawatir bakal ada acara baper-baperan di sini. Karena Mas Aji ini udah punya Istri. Aku juga udah minta izin kok sama Istrinya. Jadi nggak akan ada drama aku di labrak sama Istrinya. Itu cuman ada di drama-drama alay.

Aku tersenyum singkat kepada pelayan yang mengantarkan makanan kami. Pelayan itu menatapku dengan kening sedikit berkerut, "Maaf, Mbak ini bukannya pacarnya Mas Reyhan ya?"

Aku mengibaskan sedikit rambutku, "Enggak tuh."

"Ooh." Pelayan itu mengangguk dan pergi dari hadapanku dan Mas Aji.

Bagus. Aku yakin pelayan itu bakal aduin kalau aku ada di sini. Terus, Mas Reyhan bakal turun sambi bilang, 'Kamu ngapain jalan sama cowok lain? Kan aku udah bilang buat jangan deket-deket sama cowok lain selain aku!', terus nanti aku bakal ngomong, 'Suka-suka aku dong mau jalan sama siapa. Emangnya Mas Reyhan siapa aku sampai aku nggak boleh jalan sama cowok lain?', mantap nggak tuh.

Hahahaha! Sebentar lagi balas dendam akan di mulai. Saksikan lah, hahahaha!

🏠🏠🏠🏠🏠

Aku tunggu vote dan coment dari kalian ya.

See you👋👋👋

Continue Reading

You'll Also Like

6.6M 339K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
17M 756K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
26.2K 2.1K 17
Ternyata menikah bukan hanya perkara zinah yang halal dan hidup bahagia karena memiliki anak yang lucu. Masalah pasti akan datang kepada mereka yang...
307K 28.4K 27
"Dokter anak tapi tak kunjung punya anak, apalagi usia yang sudah menginjak angka tiga puluhan, mungkin takdirmu hanya sebagai penyelamat bukan sebag...