[Completed] The Beauty In The...

By DianitaDiansyah

16.7K 1.8K 427

(20+) [Harap follow dulu sebelum membaca ya] โš ๏ธ: Mature contain. Obsessive. Posesive story plot. With Dark ma... More

๐Ÿ’”Pembuka๐Ÿ’”.
๐Ÿ’”The Beauty in the Dark : Part One๐Ÿ’”.
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Two ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Three ๐Ÿ’”.
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Four ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Five ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Six ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Seven ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Eight ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” Announcement ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Nine ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark :Part Ten ๐Ÿ’”
๐Ÿ’”The Beauty in the Dark : Part Eleven ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twelve ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Thirteen ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Fourteen (A) ๐Ÿ’”
The Cast and Visual.
๐Ÿ’”The Beauty in the Dark : Part Fourteen (B) ๐Ÿ’”.
Another Cast (02).
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Fifteen (A)๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Fifteen (B) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark: Part Sixteen ๐Ÿ’”
Cast (Part 3).
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Seventeen ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Eighteen ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Nineteen ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty ๐Ÿ’”
๐Ÿ’”The Beauty in the Dark : Part Twenty One (B)๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty One (A) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty One(Part C) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Two ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Three ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Four (Part A)๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Four (Part B) ๐Ÿ’”
ANOTHER CAST -Cameo
๐Ÿ’žSPECIAL PART ๐Ÿ’ž
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Four (Part C) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Four (Part D) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Five (Part A) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : the Broken (One) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : The Broken (Two) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : The Broken (Three) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Twenty Five (Part B.01) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Twenty Five (Part B.02) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : The Darkness (One) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : The Darkness (Two) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : The Darkness (Three).
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : The Darkness (Four) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Twenty Five (Part C) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Seven ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Eight (A) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Eight (B) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Eight (C).
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Nine ๐Ÿ’”.
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Thirty (A)๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Thirty (B) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Thirty (C) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Thirty One ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Thirty Two (A)๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Thirty Two (B) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Two (Part C) ๐Ÿ’”
๐Ÿ’” Last Chapter ๐Ÿ’”
Announcement.
๐Ÿ’” Epilog ๐Ÿ’”

๐Ÿ’” The Beauty in the Dark : Part Twenty Six ๐Ÿ’”

117 20 8
By DianitaDiansyah

Elang menyelinap turun dari atas kasur Raninda tepat sebelum ayam berkokok dan para pelayan mulai terbangun. Ia mengecup pelan dahi gadis itu seraya menaikkan selimut hingga mencapai bahunya lantas beranjak pergi. Hal pertama yang ia lakukan setibanya di ruangannya adalah masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan kran lalu berdiri dibawah shower masih dalam posisi berpakaian lengkap. Menekan tombol penghangat hingga ke batas maksimal tengah.

Elang menengadah saat air hangat hampir panas mengguyur hebat dari puncak kepala, terus turun, membasahi tubuh sampai kaki. Kedua tangan terkepal erat di samping badan, kabut di dalam benak mulai kembali berkerumun.

Sejujurnya dia sangat berang, amarahnya sampai kini menggelora di dalam dada dan sewaktu-waktu siap meledak bagaikan lahar gunung berapi. Setiap serat di tubuhnya, juga tetesan darah dalam nadi kini ingin meneriakkan nama Garuda kemudian...

Bruakh!!.

Tiga kali Elang melayangkan hantaman tangan ke atas tembok didepannya. Mengindahkan rambatan rasa perih di sela-sela buku jemari yang mana sejak awal memang sudah terluka, menjadi terbuka semakin lebar serta mengeluarkan darah lebih banyak dari sebelumnya.

"Argh!!!!" Dia memekik kencang sementara satu tangan mengencangkan volume air hingga hampir mencapai batas maksimal. Membiarkan air panas mengguyur kepalanya supaya bisa meredam sedikit ketegangan pada dirinya.

Kemudian Elang memukul tembok lebih keras lagi...

Dan lagi...

Lalu lagi....

Sambil membayangkan wajah Garuda serta memakinya sampai puas.

Isi kepalanya berkelana, mencoba memvisualisasikan insiden yang harus adik tirinya alami 6 tahun silam. Ia membayangkan bagaimana ngerinya situasi saat itu, betapa takutnya Raninda.

Gadis itu hancur....

....begitu juga dirinya.

Andai saja dia tidak mengurus masalah kantor sialan yang sebetulnya bisa diatasi keesokan pagi.

Jikalau Elang pulang lebih awal alih-alih memilih lembur.

Kalau dia bisa memutar waktu, akankah ada yang berubah.

Membayangkan tangisan Raninda saat dia berteriak meminta tolong namun tak ada yang mendengar begitu menyakitinya. Elang sekarang merasa begitu berdosa...

Dan dari semua orang bagaimana bisa justru Garuda yang melakukan hal bejat itu kepada adiknya.

...dari sekian banyak manusia di atas bumi ini justru seseorang yang sudah dia anggap bagai separuh jiwanya sendiri justru mengkhianatinya.

Padahal Elang juga tahu kalau adiknya memiliki rasa terhadap Raninda. Dia selalu tahu. Elang mampu melihat ke dalam mata sewarna samudra milik Garuda acap kali lelaki itu memandangi adik perempuan mereka.

Kerinduan. Rasa sendu. Cinta dan bahkan gairah. Semua bercampur di sana. Elang tahu persis sebab dirinya juga sama seperti Garuda. Namun dia tak akan pernah menyangka bahkan dalam mimpinya sekalipun, Garuda akan berbuat setega itu kepada Raninda.

Elang sejak dulu selalu merasa bersalah, sebab ketika keduanya masih kecil hingga beranjak remaja, dia cuma memilih melihat penderitaan adiknya dari tepian tanpa bermaksud benar-benar menolongnya. Sebab sejujurnya di momen Elang tahu mengenai jati diri Garuda dia merasakan amarah meledak. Kesakitan yang ditahannya diam-diam selama bertahun-tahun akibat fakta perselingkuhan ayah kandungnya. Elang mencoba menutupi semua itu, berpura-pura. Dan sebagai gantinya dia memerankan karakter anak sempurna kesayangan semua orang serta membiarkan Garuda melakukan apa saja serta menerima konsekuensinya.

Meski pola pikirnya perlahan berubah setelah ia menjadi bagian dari keluarga Saksajaya. Raninda telah banyak mengubahnya, kebesaran hati anak itu menjadikannya lebih bisa menerima Garuda di masa lalu.

Dia tahu dirinya mengambil andil atas pembentukan sifat Garuda yang sekarang, itu sebabnya Elang berusaha menebus kesalahannya dengan membela pemuda itu di kala tak ada lagi siapapun mau mengulurkan tangan. Namun nyatanya dia salah!.

Garuda sudah tidak lagi tertolong!.

'Monster.... coba lihat Erlangga apa yang sudah kamu ciptakan?'.

Dewa batin Elang berbisik sinis.

Satu hantaman dia layangkan ke tembok sementara tangan lain menahan bobot tubuhnya dibarengi teriakan frustasi. Mendongakkan leher, Elang membiarkan tangisnya meledak
Kebencian Elang pada Garuda kini sudah mencapai puncak. Dia tak tahan lagi.

Elang melucuti pakaiannya secara kasar lantas membasuh cepat-cepat seluruh tubuhnya yang telanjang mendadak dia merasa kotor juga jijik. Bukan kepada Raninda melainkan dirinya sendiri. Lalu ia teringat bagaimana perjuangan gadis itu selama 6 tahun terakhir. Apakah ini alasan Raninda suka menangis setiap malam? Seperti yang Tante Nirina, mama kandung Raninda ungkapkan ketika Elang mencoba berkomunikasi bersama wanita itu?.

Apakah keluarganya di Amerika Serikat sudah tahu mengenai ini?.

Tidak. Jika Tante Nirina sampai tahu soal ini, maka wanita itu tak akan membiarkan putrinya kembali pulang, mau sebebas apapun pola pikirnya jika sudah menyangkut masalah besar seperti pelecehan yang dialami anaknya. Perempuan itu sudah pasti akan menuntut Garuda serta menghancurkannya.

Karena itulah yang bakal dilakukan seorang ibu. Membinasakan mereka yang berani menyakiti anak-anaknya.

Mematikan kran, Elang bergegas keluar dari shower, mengeringkan badan dengan cepat lalu keluar dari kamar mandi. Dia baru selesai berpakaian ketika ponsel yang ia letakkan di atas ranjang bergetar. Dahinya mengernyit membaca nama di layar tapi segera mengangkatnya. Dirinya menunggu sampai si penelepon selesai berbicara, selama mendengarkan air muka Elang berubah-ubah. Mulai dari tenang, sedikit kaget hingga diakhiri ketegangan.

"Apa kamu serius soal ini? Sudah memastikan secara seksama?" tanya Elang. Berat suara bass meningkat.

Mendesah panjang dibarengi sorot gusar, Elang berkata lagi. "Jangan sampai Presdir tahu soal ini, biar ku urus sekarang. Oh dan terus buntuti mereka, jangan sampai terlihat. Terima kasih, Ed" lalu mematikan panggilan secara kasar.

Leher Elang menoleh ke arah kanan, menatap pantulan dirinya, satu tangan meraup kasar satu sisi wajah. Giginya bergemeretak, dadanya kembang kempis, kejengkelannya memuncak, meletup-letup hebat.

Padahal awalnya alasan dia menempatkan orang untuk mengikuti Garuda supaya dirinya bisa tahu jika pria itu membuat masalah lagi, sehingga Elang bisa bergerak mengatasinya. Namun ini....

"Tuan Garuda bersama dengan Gervalt Roswell semalaman. Kemudian Tuan Gervalt sudah mengatur pertemuan bersama beberapa petinggi juga investor lama perusahaan".

Ucapan orang suruhan Elang kembali bergaung di otaknya. Ia berpikir keras. Mendekati cermin lantas sambil menatap pantulannya sendiri berkata.

"Akhirnya kamu memilih jalan ini ya? Menghunuskan pedang mu kepada keluarga sendiri. Baiklah Garuda, kita lihat sampai mana kamu akan bisa menyerang" ucapnya dibarengi gertakkan keras pada gigi geraham.

Ia lantas mulai bersiap-siap, hanya butuh beberapa menit sampai sepenuhnya siap. Saat keluar kamar Elang sempat melirik sejenak ke kamar utama tempat ayahnya berada, terdengar dengkuran halus jelas masih tidur. Belakangan ayahnya bekerja terlalu keras serta selalu menenggak obat tidur. Elang berpesan pada pelayan yang sedang membersihkan lorong agar mereka jangan membangunkan tuan besar lalu menuju kamar Raninda. Perempuan itu rupanya sudah selesai mandi, terlihat luar biasa menggoda dalam jubah mandi berwarna merah menyala serta rambut panjang setengah basah.

Elang memaki dirinya sendiri, berkata kalau ini bukan saatnya berpikir macam-macam!.

"Kak El...." Raninda sedikit kaget melihat kemunculannya.

Tanpa banyak bicara Elang mengunci pintu kamar. Mendekati wanita itu, meraih lembut dagunya sambil membungkukkan badan direngkuhnya bibir Raninda memakai bibirnya. Sebuah ciuman hangat yang manis sangat ia butuhkan saat ini.

Raninda awalnya tegang, sebelum akhirnya menjadi rileks serta balas menciumnya sambil meletakkan kedua tangan di atas dada pria tersebut. Saat lidah mereka mulai menari, Elang justru jadi orang pertama yang menarik diri. Raninda terlihat kecewa.

"Maaf, kalau diteruskan sesuatu yang lebih dari ini bisa terjadi" tukas Elang sambil meringis penuh arti.

Raninda tergelak, tapi pipinya merona. Sungguh sangat menggemaskan di mata Elang.

"Ran..." Elang menangkup kedua sisi wajah Raninda memakai tangannya.

Raninda mendongak, tampak begitu mungil. Sewaktu sepasang mata besar amber nya membulat sempurna, Elang merasakan pukulan lagi pada dadanya. Bagaimana bisa gadis sekecil dan tampak rapuh seperti Raninda mampu melalui semua hal buruk itu seorang diri. Atau setidaknya inilah isi pikiran Elang. Kemudian dia merasa salut sekali atas keberanian gadisnya.

Elang paham kalau perjuangan Raninda sama sekali tidak mudah hingga mencapai titik sekarang. Bisa pulang lagi ke rumah yang penuh akan memori mengerikan serta traumatis baginya. Melawan ketakutannya demi menghadiri upacara penghormatan terakhir mendiang ibu kandungnya, bahkan kini memutuskan tetap tinggal di Indonesia karena perkara wasiat. 

"Iya, Kak El mau ngomong apa?". Raninda tampak menunggu.

"Hari ini aku bakal sibuk banget, jadi maaf nggak bisa antar jemput kamu dulu. Tapi ada sopir kok, nanti kamu sama Pak Rahmat saja ya. Terus pulangnya, mungkin aku minta tolong ke Adjie atau Vanda buat...".

"Kak stop, ngapain sampai ngerepotin orang lain?" Raninda menjauhkan tangannya dari tubuh Elang sekarang.

"Aku cuma cemas Ran. Selama ini karena nggak tahu apapun aku biarkan saja si bajingan sialan itu dekat-dekat sama kamu. Aku khawatir kalau nanti dia mendatangi kamu lagi dan entah keributan apa yang bakal dibuatnya".

"Kak El, 'bajingan sialan' itu adik kakak loh. Jangan gitu ah" Raninda mengingatkan. Terdengar dan terlihat tak suka. "Aku memang benci sekali sama orang itu" Raninda bahkan menolak menyebut namanya.

"Tapi aku juga nggak suka kakak jadi membenci seseorang karena masalahku. Terima kasih atas kepedulian mu, sungguh. Namun jangan jadikan dia sebagai alasan untuk membuatmu sama seperti dirinya" Raninda kembali mendekat, meletakkan tangan kanannya ke atas dada Elang. "Kakak berbeda dari dia oleh sebab itu, jangan pernah mau terjerumus masuk ke dalam lingkaran setan yang ia ciptakan" pinta Raninda dibarengi nada penuh permohonan.

Elang terkesiap kaget. "Kamu memang terlalu baik untuk kami Ran..."tukasnya. Tenggorokannya seakan tercekat. "Terima kasih atas segalanya" menahan luapan emosinya.

Raninda menggeleng. Memindahkan tangannya, menangkup wajah Elang sambil sedikit berjinjit dia menyahut. "Ran justru terima kasih, karena selalu ada seperti rumah yang hangat, tempat untuk berpulang".

Tak bisa menahan diri lebih lama, Elang membungkuk, satu tangannya berpindah melingkari pinggang gadis itu lantas menariknya hingga menempel ke arah tubuhnya. Satu lagi ciuman yang kini terasa lebih lama dan panas dari sebelumnya. Mencecap rasa manis campuran mint dan strawberry dari lidah Raninda, mencium aroma harus shampoo jeruk yang terkuar dari setiap helaian surai wanita itu. Elang bersyukur sebab dirinya memiliki kontrol diri tinggi sehingga tak menerjang Raninda pagi ini.

Setelah puas berciuman, mereka saling melepaskan diri sambil terengah. Tatapan keduanya bertemu lalu tertawa bersama-sama.

Raninda lalu mengantarkan Elang sampai di ujung kamar, dia berjanji akan terus memberikan kabar terbarunya pada pria tersebut. Saat mereka berpisah perasaan Elang menjadi jauh lebih riang. Langkahnya begitu ringan.

Setibanya di bawah Elang memberitahu Pak Rahmat agar mengantarkan serta menemani Raninda hari ini yang dijawab anggukan patuh oleh pria tersebut. Berikutnya ia melesak masuk ke dalam kendaraan kali ini memilih menyetir sendiri.

Elang sudah akan melajukan mobil tatkala ponselnya kembali bergetar, melihat nama serta nomor penelpon membuatnya seketika berhenti menekan pedal gas dan memilih meraih telpon lebih dulu.

"Tuan Erlangga saya dan tim investigasi kasus khusus dari kepolisian telah mendapatkan sesuatu yang harus anda lihat. Kami menemukan buku tersembunyi dan kemungkinan besar ini milik mendiang Nyonya Alena".

Jantung Elang seketika jumpalitan.

"Saya akan ke kantor anda setelah menyelesaikan urusan mendesak. Terima kasih banyak Kapten Alex. Tapi tolong bisa jangan hubungi siapapun di keluarga saya selain saya, akan saya jelaskan alasannya saat kita bertemu".

"Kebetulan saya juga hendak menyampaikan hal serupa sebab.......".

Lanjutan kalimat dari Alex Christian di ujung telpon berikutnya menyebabkan Elang barang sesaat lupa caranya menghirup oksigen. Dia tersentak di tempatnya duduk.

"Apa anda yakin" suaranya bergetar hebat. Tangannya yang di atas kemudi serta memegang ponsel gemetar.

"Anda tahu kami siapa bukan? Mana mungkin kami hanya menyampaikan asumsi semata".

"Baiklah saya paham. Terima kasih banyak atas informasinya, Kapten".

Panggilan berakhir.

Elang melemparkan ponselnya secara kasar di kursi samping. Kemudian ia memukul setir kemudi memakai kedua tangan berkali-kali sambil berteriak kencang. Tak mempedulikan kalau menjadi pusat perhatian dari beberapa pekerja taman yang kini berhenti sejenak karena kaget melihat tingkah ta dari luar mobil.

Setelah puas menumpahkan amarahnya, Elang menelpon seseorang dan segera diangkat pada dering pertama.

"Djie, saat kamu bilang bakal membalas budiku apapun itu. Kamu serius kan?" Tanya Elang. Memandang fokus ke depan dibarengi sorot mata tajam.

Terdengar jawaban sungguh-sungguh dari ujung.

"Bagus, kalau begitu kumpulkan semua anak buah mu. Aku mau mengatur pertemuan". Mematikan sambungan.

Mengeram, netra Elang perlahan berubah menjadi kemerahan akibat menahan marah. Ia mencengkram setir kemudi kelewat kuat hingga tangannya yang terluka dan telah diobati kembali sedikit membuka.

"Kalian menginginkan perang baiklah. Kita mulai" berbisik geram. Sambil menekan pedal gas serta berkemudi secara urakan hingga membuat satpam yang membukakan pintu gerbang terkejut dan hampir terjungkal.

Setiap orang memiliki sisi gelap, dan sejak dulu Elang sudah mempunyai nya. Berbeda jauh dari Garuda yang tak pernah bisa mengontrol, Elang justru mampu menahan serta menguasai monster dalam dirinya.

Sosok itu hanya selalu diam. Menunggu. Dan akan keluar jika waktunya tiba.

Bagi Erlangga Saksajaya sekarang adalah momen tersebut.

Sosok lain pada dirinya tak bisa lagi tinggal diam dan menurut ketika melihat bahaya mengancam di depan mata.

Cukup dia kehilangan ibunya, Elang tak akan membiarkan siapapun itu merenggut apa yang dia miliki. Elang bakal menjaga dengan segenap kekuatannya.

Miliknya.

Dunianya.

Raninda.










Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 27.6K 44
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
920K 44.7K 95
seorang santriwati bandel dan susah diatur sama ustadz dan ustadzah. langganan hukum bikin semua ustadz-ustadzah geleng-geleng dengan kelakuan nya si...
1.6M 77.9K 53
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
18.6K 2.1K 67
[NOVEL TERJEMAHAN] Judul : ็‚ฎ็ฐๅ’Œๅๆดพๆ˜ฏ็œŸ็ˆฑ (Cannon Fodder and Villain are True Love) Author : ๅขจๆฐด่Šฏ Tags : face slapping system, sweet text, fast travel, mode...