Prince Nathaniel

By virgogerls

445K 32.5K 1.1K

Prince Nathaniel Xavier. Semua orang mengenal Prince. Sosok laki-laki yang diidam-idamkan kaum hawa karena pa... More

Prolog
1. Prince, Vivian, Elizabeth
2. Mimpi Aneh
3. Peringatan
4. Pertengkaran Hebat
5. Fakta dan Luka
6. Waktu untuk Kembali
7. Kesempatan Kedua
8. Keanehan Prince
9. Benar-benar Berubah
10. Salah Paham
11. Janji
12. Percaya Kehidupan Kedua?
13. Perselisihan
14. Sakit
15. Sebuah Foto
16. Murka dan Kecewa
17. Selesai
18. Berita Buruk
19. Peristiwa di Gudang
21. Albara Hades
22. Berita Panas
23. Cemburu?
24. Hukuman
25. Insiden
26. Kecewa
27. Ego
28. Teror dan Pelakunya
29. Alergi
30. Rumit
31. Terancam dan Penculikan
32. Korban
33. Kisah Kita Selesai [END]
X-tra Part
X-tra Part 2
Cerita Baru

20. Memperbaiki

9.8K 804 68
By virgogerls

400 vote + 200 komen ya💞💞

Prince membawa Elizabeth ke UKS. Dan beruntung UKS sudah buka. Ia mendudukkan Elizabeth salah satu brankar yang masih kosong.

Tatapannya tak pernah lepas dari sosok Elizabeth yang seakan menghindarinya.

"Masih pusing?" tanya Prince.

Elizabeth menggeleng. Ia menarik senyum tipisnya.

"Maaf," ucap Elizabeth lirih.

"Maaf untuk apa?"

"Untuk kejadian tadi." Elizabeth menghela nafas panjang. Ia mendongak untuk menatap Prince yang lebih tinggi darinya. "Mungkin kamu akan marah karena aku udah lukai Vivian."

Prince berdecak. Bahkan jika Vivian terbunuh pun ia tak peduli. Malah ia sangat berterima kasih karena sudah memusnahkan salah satu manusia beban di dunia ini.

"Gue gak peduli! Stop berprasangka bahwa gue masih peduli sama Vivian, karena nyatanya gue udah gak peduli sama dia. Sekarang waktunya bicara tentang kita berdua."

Tubuh Elizabeth menegang. Tatapannya kembali menunduk, tak berani menatap Prince.

"Kasih gue alasan kenapa Lo membatalkan pertunangan itu, bahkan tanpa persetujuan dari gue."

Elizabeth terdiam memikirkan kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan Prince.

"El, gue udah benar-benar berubah. Apa Lo gak bisa lihat perubahan gue sedikit pun?"

Tatapan Prince melemah. Ia merasa takut jika seandainya Elizabeth tetap pada pendiriannya. Ia sudah meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia menyayangi Elizabeth. Ia tak ingin kehilangan gadis itu.

"Aku takut, Prince. Aku takut jika semua perubahan kamu itu cuma tipuan semata. Dan saat aku semakin mencintaimu, justru kamu hanya bermain-main."

"Tipuan?"

Prince tertawa sumbang. Tak menyangka jika ternyata Elizabeth masih berprasangka buruk padanya. Ia akui, pasti terdengar mustahil jika seorang yang begitu membencimu tiba-tiba berubah sangat baik.

"Maaf," ucap Elizabeth sekali lagi. Hatinya terasa sakit setelah mengucapkan kalimat tadi.

Prince mengangguk. "It's ok kalau Lo belum percaya. Gue akan buktikan kalau gue gak main-main sama Lo. Bahkan gue gak berniat untuk melepaskan Lo sedikitpun."

"Kasih aku waktu, Prince."

"Gue akan kasih waktu Lo sampai kapanpun. Dan gue berharap nantinya jawaban Lo gak akan mengecewakan gue."

Elizabeth semakin merasa tak enak terhadap Prince. Keraguan di hatinya masih mendominasi. Hingga ia belum percaya sepenuhnya pada Prince.

"Ayo gue antar ke kelas."

"Aku bisa sendiri."

"Sayangnya gue gak menerima penolakan."

[Prince Nathaniel]

Selepas mengantar Elizabeth ke kelasnya, Prince tak kembali ke kelas, melainkan putar arah menuju rooftop sekolah. Ia butuh menenangkan pikirannya. Apalagi saat di kelas nanti ia akan bertemu Azka. Sungguh ia benar-benar tak habis pikir dengan perlakuan Azka tadi.

Prince merebahkan tubuhnya di sofa usang yang ada di rooftop. Tatapannya menerawang ke atas. Matanya terpejam rapat.

Ting

Bunyi dari handphone yang berada di saku seragam membuat Prince kembali membuka matanya. Ia merogoh saku untuk mengeluarkan handphone dari sana.

Cakra

|Lo dimana? Guru udah masuk.

Gue di rooftop.|

|Lo bolos?

Menurut Lo?|

|Selesaikan masalah baik-baik. Jangan lari dari masalah.

Hmm. Udah kan? Jangan ganggu gue.|

|Sialan lo!

Prince tak membalas pesan dari Cakra. Ia kembali menyibukkan diri untuk menjelajah media sosial yang ada di handphonenya. Pikirannya sedang tak baik-baik saja saat ini.

+62853.....

Kirim video yang gue minta semalam.|

|Baik.
|[Send a video]

Good. Bayarannya udah gue transfer.|

|Terima kasih, bos.

Sudut bibir Prince tertarik ke atas melihat beberapa video yang dikirimkan oleh seseorang yang ia suruh tadi malam. Tangannya menggenggam handphone dengan erat. Senyum kemenangan tak pernah lepas dari bibirnya.

"Selamat menikmati awal kehancuran."

[Prince Nathaniel]

Mata pelajaran ke 3 dan 4 kelas Elizabeth adalah olahraga. Waktu yang membuat sebagian murid perempuan mengeluh karena di jam-jam tersebut matahari bersinar cukup terik.

Elizabeth menunggu Alice yang sedang mengganti seragamnya dengan pakaian olahraga. Ia sudah mengganti seragamnya dengan pakaian olahraga lebih dulu dibandingkan Alice.

Tak lama, Alice keluar dengan pakaian olahraga yang sudah menempel di tubuhnya. Wajah gadis itu tertekuk entah karena apa.

"Muka Lo kenapa gitu?"

"Gue masih kesal sama kejadian tadi. Apalagi si Azkanjing itu."

"Udah lupain aja."

"Gak bisa! Terlalu sulit untuk dilupakan, harusnya kita balas dendam."

Elizabeth terkekeh. Ia merangkul pundak Alice dengan begitu eratnya. Beruntung memiliki sahabat seperti Alice. Karena bagi Elizabeth, Alice menjadi salah satu support systemnya.

"Dengan cara menghancurkan?" tanya Elizabeth dengan senyum sinis.

"Itu hukumnya wajib. Hancur sampai akar-akarnya."

"Oke itu bisa dibicarakan baik-baik."

Tatapan Alice terpusat pada kening Elizabeth yang lecet. "Kening Lo, gak apa-apa?"

Elizabeth refleks meraba keningnya. Ia meringis pelan merasakan perih saat tangannya bersentuhan dengan luka di keningnya.

"Gak apa-apa, cuma perih sedikit."

"Puji Tuhan kalau gak apa-apa. Gue jadi merasa bersalah banget sama Lo, gara-gara gue ngajak Lo bantai Vivian, justru Lo yang kena getahnya."

"It's ok, Alice. Luka kayak gini bukan masalah buat gue, yang penting gue bisa lihat wajah menderita milik Vivian."

Elizabeth dan Alice tertawa. Tanpa menyadari jika percakapan keduanya didengar oleh seseorang yang kini mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

"Sebentar lagi kehancuran akan menghampiri kalian," ucap orang tersebut. Kemudian tanpa ingin mendengar percakapan antara Elizabeth dan Alice, orang itu langsung pergi begitu saja. Membawa dendam yang harus dibalas kan pada kedua perempuan tersebut.

Elizabeth dan Alice sampai di lapangan. Keduanya langsung ikut berbaris bersama teman sekelas yang lain.

Tak lama guru olahraga yang mengajar kelas mereka datang membawa dua buah bola voli.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Pagi pak!"

"Untuk hari ini kita akan melakukan penilaian passing bawah. Tapi sebelum itu lakukan pemanasan terlebih dahulu."

Mendengar ucapan guru olahraga tersebut, Alice berdecak. Ia merapatkan dirinya pada Elizabeth untuk berbisik.

"Lo bisa voli?" tanyanya pelan.

Elizabeth menoleh. Kepalanya menggeleng lesu. Ia menjadi tidak semangat mengikuti pelajaran olahraga kali ini karena akan diadakan penilaian passing bawah bola voli.

"Sama! Lebih baik tadi kita bolos."

"Betul."

"Bolos sekarang gimana?"

Elizabeth mendelik. "Lo gila apa? Yang ada kita malah dihukum sama guru."

"Ya siapa tahu gurunya gak sadar."

"Lo lihat itu! Matanya pak guru gak lepas dari murid-muridnya."

"Iya juga sih."

"Udahlah pasrah aja."

Alice mengangguk sebagai balasan. Kelas mereka mulai melakukan pemanasan sebelum melakukan penilaian.

Setelah selesai. Satu per satu murid dipanggil sesuai absen. Dan kebetulan Alice mendapat giliran penilaian lebih dulu daripada Elizabeth.

"AYO ALICE SEMANGAT!" teriak Elizabeth saat Alice mengambil bola.

Alice tersenyum tipis ke arah Elizabeth. Ia mulai melakukan passing bawah sesuai kemampuannya. Meskipun sedikit kesusahan.

Elizabeth terus memberi semangat kepada Alice, tanpa sadar jika di sampingnya kini sudah ada seseorang yang ikut duduk bersama Elizabeth.

"El."

Elizabeth tersentak kaget dan langsung menolehkan kepalanya ke samping. Ia membulatkan matanya terkejut melihat keberadaan Prince di sampingnya.

"Eh Prince? Kok di sini?"

Alis Prince terangkat sebelah. "Gak boleh?"

"Bukan gitu, memang kelas kamu gak pelajaran?"

"Gue bolos sejak tadi."

"Kenapa? Bukannya kamu jarang bolos?"

Prince menghela nafas panjang. Ia memusatkan perhatian pada wajah Elizabeth yang terkena sinar matahari. Elizabeth yang ditatap sangat intens oleh Prince menjadi gugup.

"Gue malas ketemu orang yang buat Lo terluka."

"Tapi Azka teman kamu, Prince. Jangan sampai pertemanan kalian hancur."

"Gue gak peduli."

[Prince Nathaniel]

Mau konflik ringan, sedang, atau berat?

Siap melihat Prince dalam mode sad boy?🤣

Apa yang ingin disampaikan untuk :

1. Prince

2. Elizabeth

3. Azka

4. Cakra

5. Alice

6. Vivian

Semangat yang lagi ujian. Semoga hasilnya memuaskan :)

Gantengnya siapa sih ini?😩😩

Elizabeth-nya Prince. Setuju gak?😆😆

Continue Reading

You'll Also Like

71.7K 5.9K 28
"gini nih gue jelasin sini,khusus buat yang diselingkuhin" ucap nana sambil maju menuju papan tulis "ibaratnya gue 80% dan si selingkuhan 20%. Cowok...
160K 14.9K 24
peringatan: fanfiction ini bukan saya yang menulisnya tetapi LittleLuxray,dialah yang menulis fanfiction in another life ini,saya hanya menerjemahkan...
2.5M 147K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
936K 34.2K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...