Aku Adik dari Anak Kesayangan...

By Sisi_Shalla

865K 100K 1.7K

[Sebelum masuk ke ceritanya, tolong baca dlu deskripsi sampai akhir] Tari tiba-tiba terbangun setelah mengala... More

BAGIAN 1 | Aku lahir?
BAGIAN 2 | Kenangan Pertama dan Terakhir
BAGIAN 3 | Cerita Favorit (1)
BAGIAN 4 | Cerita Favorit (2)
BAGIAN 5 | Rencana
BAGIAN 6 | Kunjungan 'Kakak-Kakak'
BAGIAN 7 | Masih Dengan Kakak yang Menyebalkan
BAGIAN 8 | Kecurigaan
BAGIAN 9 | Papa
BAGIAN 10 | Lily, Tolong Aku!
BAGIAN 11 | Aku Bersalah
BAGIAN 12 | Cepat Sembuh, Zinnia
PENGUMUMAN
BAGIAN 13 | Ada Apa Denganku?
BAGIAN 14 | Minum Teh
BAGIAN 15 | (Masih) Ingin Pulang
BAGIAN 16 | Pembuat Onar
BAGIAN 17 | Pintu
BAGIAN 18 | Pengakuan Eric
BAGIAN 19 | Es Batu
BAGIAN 20 | Kenapa?
BAGIAN 21 | Penitipan Anak
BAGIAN 22 | Kucing Besar
BAGIAN 23 | Runyam Sudah!
BAGIAN 24 | Mengerti
BAGIAN 25 | Aneh
BAGIAN 26 | Pesta Ulang
BAGIAN 27 | Momen
BAGIAN 28 | Hadiah
PENGUMUMAN
BAGIAN 29 | Mengintip
BAGIAN 30 | Menyenangkan!
BAGIAN 31 | Bros Bunga Api
BAGIAN 32 | Taman Bunga
BAGIAN 34 | Aku Tidak Bisa
BAGIAN 35 | Ketahuan
BAGIAN 36 | Prajurit dan Kue
BAGIAN 37 | Langit Cerah
BAGIAN 38 | Gaun Putih
BAGIAN 39 | Pertandingan
BAGIAN 40 | Berduaan
BAGIAN 41 | Spesial
BAGIAN 42 | Upacara Pengikat Kekuatan
BAGIAN 43 | Pertanyaan
BAGIAN 44 | Sungai Hutan Putih

BAGIAN 33 | Aku Siap?

8.3K 1.2K 6
By Sisi_Shalla

"Aku menemukanmu. Kak Eric. Sekarang kau yang jaga," ucapku.

"Kau siapa?" tanyanya.

"Haha. Syukurlah karena aku sudah bersiap dengan situasi seperti ini," ucapku sambil tersenyum. Mataku berair.

.

Aku selalu siap diabaikan.

Karena aku sudah berencana tidak muncul ke permukaan bersama para tokoh sejak awal.

Jadi, sebenarnya Eric melupakanku adalah hal yang tidak terlalu menyakitkan.

Hanya.. sedikit sedih. Mengingat momen-momen bersama.

"..."

Tidak.

Sejujurnya aku tidak menyangka akan sesakit ini.

Satu-satunya orang yang tahu mengenai masa laluku. Yang selalu menemaniku mengobrol.

Mengapa sakit?

Aku memegang dadaku yang agak sesak.

Aku memejamkan mata. Menarik nafas.

"Hai Kak Eric. Kau adalah asisten pribadiku. Apa kau tidak ingat?" ucapku sambil melipat tangan di depan.

"Aku tidak ingat tentangmu," ucap Eric.

"Apa kau bercanda?"

Beri tahu aku jika kau bercanda. Aku hanya mengujimu!

"Kalau begitu mulai sekarang ingatlah bahwa kau adalah asisten pribadiku. Kau harus menurutiku," ucapku sambil menunjuk ke arahnya.

Eric hanya tersenyum. Itu malah membuatku bingung.

Eric yang biasa seharusnya marah jika ada orang asing berbicara tidak sopan padanya. Karena aslinya dia cukup dingin.

Jadi sebenarnya dia mengingatku atau tidak?

"Apa kau tidak ingat tentang Es Batu?" tanyaku.

Eric terlihat bingung.

Eric, kau pasti bisa membaca pikiranku bukan?

"Kau tahu aku bisa membaca pikiran?" tanyanya dengan mata membulat.

Apa kau jadi dungu setelah diserang oleh bapak menyebalkan tadi?!

"Aku memang tahu banyak hal, kau tahu itu," ucapku.

Eric menatapku dengan mata hitamnya itu. Seperti sedang menunggu penjelasan dariku.

"Eric. Jika kau bercanda aku akan sangat marah padamu," ucapku.

Tidak ada jawaban apapun.

"Hah.. Baiklah, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan," ucapku sambil memegang kepala.

Kenapa rasanya aku ingin menangis? Ini terlalu tiba-tiba.

Aku pun pergi dari sana. Hanya ingin merenung.

"Bukankah kau sudah mempersiapkan ketika hal seperti ini terjadi?" ucapku pada diri sendiri.

Seharusnya dari awal aku menghindari semua orang jika tahu akan sesakit ini.

Sejak pertama kali aku datang ke dunia ini, aku selalu berpikir aku bukan bagian dari tempat ini. Aku akan kembali.

Tetapi waktu yang kunanti-nantikan sangat lama dan tidak pernah terjadi. Aku mulai merasa tertekan.

Jika tidak ada Eric yang bisa aku ajak bicara, aku tidak tahu akan bagaimana jadinya beberapa tahun belakangan ini.

"Dasar Eric bodoh! Jika begini lebih baik kau tidak menganggapku ada sejak awal!" gerutuku sambil menendang kerikil.

Aku melihat ke langit.

"Coba saja aku bisa terbang di langit,"

".. seperti paman Robin waktu itu,"

Aku jadi ingat apa yang dilakukan paman Robin.

"Aku ingin terbang. Aku ingin segera pulang," ucapku.

Pulang. Ya, tempat itu mau tidak mau sudah jadi rumahku.

Aku mendengar suata langkah kaki. Eric ternyata mengikutiku dari belakanh. Aku tidak menyadarinya.

"!! Kau, mengapa mengikutiku?" tanyaku.

"Mengapa dari tadi kau berbicara hal aneh? Kau kenal paman robin?" tanyanya.

Aku menatap tajam kepada Eric.

"Karena aku adikmu,"

Tidak kusangka aku mengatakan ini dengan lantang. Dulu aku tidak pernah ingin memikirkan ini karena aku merasa lebih tua darinya.

"Tadi kau bilang aku asistenmu," dia tertawa.

"Hah... kenapa kau mengikutiku ke sini? Aku tau kau tidak menganggap serius ucapanku," tanyaku.

Dia terlihat kebingungan. Setelah beberapa detik tidak berkata apapun dia kemudian menjawab.

"Ini aneh. Entah kenapa kau mengingatkanku pada adikku saat ia masih kecil,"

Lipatan di dahinya muncul lebih banyak.

"Kau mau kemana? Apa kau baik-baik saja? Aku tidak menyangka kau tidak menangis setelah mengalami kejadian seperti tadi," ucapnya.

Sekarang aku yang hanya menatap Eric.

"Mengapa kau bisa ada di sini? Dimana orang tuamu?  Kenapa kau bisa bertemu dengan orang-orang jahat itu?"

Kenapa dia jadi banyak berbicara seperti ini?

"Aku ke sini bersama kakakku dan kakak-kakak yang tadi pingsan," ucapku.

"Benarkah? Aku juga datang bersama mereka. Tapi aku tidak ingat kau datang bersama kami," ucapnya bingung.

"Berbicara soal itu, kau daritadi selalu menganggapku kakakmu. Apa aku mirip dengan kakakmu? Dimana dia?"

Aku hanya menganga.

"Iya, kau sangat mirip dengan kakakku bagai pinang dibelah dua. Sekarang ia sudah melupakanku," ucapku.

"Benarkah? Kakakmu orang yang kurang baik rupanya, bisa meninggalkanmu sendiri di perkebunan seperti ini,"

Eric benar-benar. Kau menghardik dirimu sendiri sekarang.

"Bisakah kau ikut ke istana sebentar saja untuk memberitahuku tentang kejadian tadi sebelum aku datang?" tanya Eric yang berlutut di hadapanku.

"Ah, mungkin sebaiknya kau pulang terlebih dahulu. Aku yakin kau lelah," gumamnya.

"Hah.. Iya aku lelah," ucapku sambil tersenyum lemah.

Dengan semua percakapan kami saat ini. Aku yakin Eric memang tidak mengingatku.

Aku kemudian memeluknya dan menyandarkan kepalaku di lengannya.

Eric terkejut.

"Ada apa? Kau terluka?" tanyanya.

Air mataku mengalir. Ini terlalu menyakitkan.

.

Akhirnya kami pulang ke istana dengan menyewa kereta kuda baru.

Di sepanjang jalan Eric hanya diam. Kembali ke sifat aslinya yang terlihat dingin. Tapi di depanku tadi dia banyak berbicara.

Apa sebenarnya Eric memang banyak berbicara di depan anak kecil dan lebih dingin dihadapan orang dewasa ya?

"Kau tahu? Kau benar-benar seperti Es Batu," ucapku yang duduk di depannya.

Eric terlihat lelah. Karena dia tidak menjawab, aku menjadi khawatir.

"Hei, apa kau terluka? Maaf aku belum mengucapkan terima kasih untuk yang tadi. Terima kasih sudah menyelamatkanku," ucapku.

Eric hanya mengangguk.

"Sudah kewajiban dan tugasku untuk menangkap pemilik perkebunan yang tidak tahu malu itu dan antek-anteknya," ucapnya.

"Apa?"

Eric tidak menjelaskan lebih jauh.

"Bisakah aku bertanya tentang pemilik perkebunan itu?" tanyaku berhati-hati karena mungkin Eric menganggapku ikut campur sebagai 'orang luar'.

"Anak kecil sepertimu tidak perlu memikirkan hal seperti itu," ucapnya sambil mengacak sedikit rambutku.

"Aku bukan anak kecil!" ucapku.

"Pfft, hahaha,"

"Apa yang harus ku lakukan pada seseorang yang meninggalkan anak kecil di tengah perkebunan dan ikut masuk pada pencarian Bros Bunga Api?" tanyanya.

"Apa kau ingin aku menghukum kakakmu itu?" tanyanya.

"Iya. Aku ingin dia memakan cabai yang banyak sebagai bentuk permintaan maaf," ucapku.

Eric pun tertawa kembali.

.

Saat kami sampai, semuanya menyambut kami. Eric melaporkan kejadian yang baru saja terjadi kepada Kaisar. Tentu saja tidak termasuk cerita hilang ingatan, ia bahkan tidak sadar akan hal itu.

"Aku akhirnya membawanya ke istana karena dia tidak mau memberi tahuku rumahnya. Dia selalu bilang ingin ke istana," ucap Eric.

"Apa yang kau bicarakan, Eric?" tanya Juan dengan ekspresi heran.

"Aku tidak percaya terjadi hal seperti itu tadi. Syukurlah kalian selamat," ucap Syina sambil memeluk kami berdua.

"Putriku, apa kau tidak apa-apa?" tanya Kaisar Edgar sambil menggendongku.

Aku mengangguk.

"Aku tidak apa-apa, Papa," ucapku.

"Syukurlah kau baik-baik saja ulat gendut," ucap Juan sambil mengusap kepalaku.

Juan tetap menyebalkan. Tapi aku tahu dia tidak terlalu berbahaya. Aku tersenyum padanya dan mengangguk. Aku memang sangat bersyukur aku selamat.

"Kalian semua mengenalnya? Ayah, mengapa kau memanggilnya 'putriku'?" tanya Eric.

Semua menatap ke arah Eric dengan heran.

"Kak Eric. Kenapa kau dari tadi mengatakan hal yang aneh?" tanya Syina dengan ekspresi khawatir.

"Apa kau sedang bertengkar dengan Eric?" tanya Juan dengan berbisik padaku.

Akan lebih baik jika begitu.

"Papa.. sebenarnya Kak Eric..," ucapku ragu-ragu.

"Ada apa dengannya?" tanya Juan.

"Dia hilang ingatan," ucapku.

"Apa??" tanya semua orang.

________________________________

Jika kamu suka ceritanya, jangan lupa klik ⭐ ya ^^

Hai readers, maaf ngecewain banyak orang, 2 minggu ilang 🙏 :'

Minggu ini update 3 bab ya buat pengganti 2 minggu kemarin.

Makasih buat votenya ❤

[Diupload oleh Sisi Shalla 08-06-2022]

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 126K 70
Seorang dokter yang mencintai tenang dan senyap, juga tidak banyak bersuara, berbanding terbalik dengan apa yang harus dihadapinya. Flora Ivyolin yan...
612K 27.7K 38
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
539K 34.9K 62
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...
328K 22.3K 23
Bagaimana jika kamu sedang tidur dengan nyaman, tiba tiba terbangun menjadi kembaran tidak identik antagonis?? Ngerinya adalah para tokoh malah tero...