TOXIC RELATIONSHIT [END]

By shennalight

10.3K 3.8K 910

WARNING!! PART LENGKAP DAN SIAP-SIAP PATAH HATI! 𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓷𝓽𝓾𝓷𝓰𝓴𝓪𝓷 𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹 𝓹𝓪𝓭�... More

PROLOG
BAB 1 KONSER PENYANYI IDOLA
BAB 2 BANGKITKAN SEMANGAT
BAB 3 SULIT DITAKLUKKAN
BAB 4 CEMBURU
BAB 5 MENGHENTIKAN GHEA
BAB 6 RAHASIA DAFFA
BAB 7 SEMUA PUNYA LUKA
BAB 8 SECRET
BAB 9 PERMINTAAN PERTAMA
BAB 10 YELLOW
BAB 11 KECEWA
BAB 12 LELAH
BAB 13 MENGAKHIRI
BAB 14 LOST
BAB 15 FALL APART
BAB 16 HAPPY LIE
BAB 17 ENCOURAGEMENT PEN🖋️
BAB 18 NOT ABOUT YOU
BAB 19 MATA PANDA
BAB 20 GETIR
BAB 21 TOXIC PARENTS
BAB 22 PERJUANGAN DAN PENGHARGAAN
BAB 23 PETAKA LIBURAN
BAB 24 SISI LAIN DILLA
BAB 25 SALAH LUKA
BAB 26 PUTUS
BAB 27 MENGHILANG
BAB 28 RASA, RESAH, PASRAH
BAB 29 FLASHBACK
BAB 30 FILOSOFI TEMBOK
BAB 31 HAMPIR CELAKA
BAB 32 I STILL LOVE YOU
BAB 33 BERTAHAN TERLUKA
BAB 34 SELALU SALAH
BAB 35 AKUMULASI KECEWA
BAB 36 TERLENA WAKTU
BAB 37 ABU-ABU
BAB 38 BE YOURSELF?
BAB 39 UJIAN
BAB 40 RAPUH
BAB 41 SEMPURNA ITU LUKA
BAB 42 ISYARAT SEPI
BAB 43 PENYESALAN
BAB 44 PERISTIRAHATAN TERAKHIR
BAB 46 LUKA DAN KECEWA
BAB 47 BELIEVE YOURSELF
BAB 48 HANYA ALIBI
BAB 49 DI BALIK SEBUAH PAKSAAN
BAB 50 SEBUAH MIMPI
BAB 51 TANGGA KETIGA
BAB 52 JARAK
BAB 53 RELA
BAB 54 TENANGLAH BERSAMA SEMESTA
BAB 55 HILANG CAHAYA
BAB 56 CATATAN UNTUK GHEA
BAB 57 HIRUK PIKUK LARA
BAB 58 DUA TANGKAI MAWAR PUTIH
BAB 59 RASA TAKUT
BAB 60 DIAM BUKAN EMAS
BAB 61 TIRAI CAHAYA
BAB 62 SAMA-SAMA PATAH
BAB 63 USAI
EPILOG

BAB 45 KEHILANGAN

154 27 7
By shennalight

Dua jam sebelum kejadian.

"BERHENTI! APA YANG KAMU LAKUKAN PADA ANAK SAYA!" teriak Mira dari pintu yang ia biarkan terbuka.

Tatapannya tajam seraya mengepalkan tangan kuat sampai buku jarinya memutih kemudian ia berjalan mendekat pada Dito melayangkan satu tamparan keras pada wajah lelaki itu.

"Kamu mau membunuh anak saya?!" bentaknya kalap.

Dito yang semula dipenuhi amarah pada Trisha kini menatap Mira dengan tatapan sayu, wanita yang sampai saat ini bersarang di hatinya bahkan tak bergeser sedikitpun meski sudah banyak rasa sakit yang diberikan. Masih dengan perempuan yang sama, wanita dengan rambut sebahu itu adalah wanita yang membuatnya jatuh cinta dan patah hati secara bersamaan.

"Saya hanya mendidiknya, jika cara saya salah mari kita didik bersama."

Kata-kata yang Dito ucap semakin membuat Mira marah.

"Bukankah sejak awal kamu mengatakan akan menerima Trisha seperti anakmu sendiri? Lalu apa ini!"

Mata Trisha membulat sempurna mendengar ucapan yang terlontar dari mulut ibunya, sejenak ia terdiam berusaha mencerna setiap susunan aksara tersebut namun otak cerdasnya tak mampu mendapatkan jawaban.

"Maksud Mama?" tanya Trisha lirih berusaha berdiri.

Mira berjalan mendekat kemudian menyumputkan rambut Trisha pada daun telinga membiarkan wajah pucat itu tanpa tertutupi sehelai rambut pun.

"Sekarang kamu beresi barang-barangmu, kamu ikut Mama."

Mendengar hal itu Trisha langsung menepis tangan ibunya lalu berkata, "Atas dasar apa mama merasa berhak buat ngajak aku ikut Mama? Nggak! Trisha lebih baik disiksa papa daripada ikut mama yang tukang selingku—"

Plak!

Wajah Trisha tertoleh ke arah samping, tamparan itu memang tak begitu keras namun mampu membuat Trisha sadar cinta itu tak ada di dunia. Bahkan dari ayah ataupun ibunya sama saja keduanya tak memberikan cinta padanya, seharusnya Trisha sadar sejak awal bahwa dunia ini hanyalah kumpulan pahit tak berujung.

Trisha terkekeh kemudian membuang ludahnya yang bercampur darah.

"Mama marah karena papa mukul Trisha terus apa bedanya dengan Mama?" tanya Trisha dengan nada ejekan.

"Mama sudah mengajukan gugatan cerai, kamu harus ikut Mama dia bukan ayahmu!"

Sepersekian detik Trisha terdiam, hatinya nyeri tak karuan tanpa ia sadari matanya mengeluarkan cairan bening membuat wajahnya yang pucat basah seketika.

"Apa maksud Mama? Ap ... Apa ini ma?" tanya Trisha dengan suara bergetar.

"Kamu dengerin mama ya, kemasi barang-barangmu dan ikut mama," bujuknya tak memberikan penjelasan apapun.

Trisha menatap Dito kemudian berlari memeluk tubuh lelaki yang selalu memberinya tambahan luka setiap hari, Trisha sadar Dito marah selalu atas dasar kesalahannya. Trisha sadar ketika ia pulang terlambat kesalahan berasal darinya, ketika Trisha tak memasak sarapan atau makan malam kesalahan juga berasal darinya, Trisha mungkin kesal dengan perlakuan Dito yang sangat keras padanya tapi Trisha tahu betul setelah memukuli Trisha maka akan selalu ada luka di tubuh kekar itu sebagai balasannya yang ia dapat dari dirinya sendiri. Meski Dito menyayanginya dengan luka-luka Trisha sangat sadar Dito peduli padanya.

"Bilang semua itu bohong, Pa? Trisha anak papa kan, pa? Trisha tahu Trisha sering melanggar aturan papa, Trisha tahu Trisha banyak salah tapi Trisha nggak mau ikut sama Mama, pa. Dia udah nyakitin kita, Trish—"

"Semua yang ibumu katakan itu benar," potong Dito memejamkan mata hingga berair.

Kalian tahu bagaimana rasanya dihancurkan oleh keadaan, dilukai oleh semesta dan dihajar oleh kenyataan? Seperti itulah perasaan Trisha saat ini. Ketika ia memaklumi rasa sakit yang ia terima ternyata ia ditampar oleh fakta bahwa pemakluman yang ia berikan tak berarti apa-apa.

Selama ini Trisha telah dibodohi oleh dusta, mengira bahwa ayahnya kasar karena ibunya berselingkuh tapi ternyata faktanya bagaimana mungkin Dito menyayangi seorang anak yang bukan anaknya sendiri? Haruskah ia rawat anak yang entah siapa bapaknya ini? Trisha terisak, tubuhnya lunglai sampai kembali terduduk dengan rapuh.

"Mama kenapa lakuin ini sama Trisha? Kenapa mama tega! Menjadi anak yang tak dipedulikan itu sangat menyakitkan lalu sekarang apalagi, Ma? Apalagi yang mama sembunyikan? Trisha jijik sama diri Trisha sendiri, Trisha muak sama mama! Kenapa, Ma? Kenapa baru kasitau sekarang? Kenapa, mama malu punya anak haram seperti Trisha?!" bentaknya kalap.

Mira memeluk Trisha meski anaknya memberontak keras.

"Nggak, bukan seperti itu. Kamu harus dengerin Mama—"

"Kenapa Trisha harus dengerin Mama? Kenapa? Mama aja nggak pernah dengerin Trisha kan?"

Dengan sekuat tenanga ia mendorong Mira sampai melepas pelukannya.

"TRISHA!"

Trisha berlari membiarkan kakinya yang tak beralas itu menginjak beberapa beling yang berserak di lantai. Hatinya terlanjur perih, ia kecewa dengan keadaan. Semua terlalu rusak untuk diperbaiki.

Sampai di depan pintu Trisha tak sengaja menabrak tubuh besar yang sangat ia kenal, wajah yang sama. Trisha sangat ingat bagaimana Barra menatapnya dengan sorot jijik, menghinanya bahkan mengatakan kata-kata yang tak pantas ia dengar. Semua itu karena lelaki di hadapannya sekarang, Handi.

Trisha menggeleng, bibirnya tertarik sinis dengan sorot tajam.

"Trisha?" panggil Handi dengan suara berat.

"Mas Handi?" lirih Mira ketika berhasil mengejar putrinya.

"Mira, apakah dia putriku?" tanya Handi pelan.

Untuk sejenak, Trisha merasa pasokan oksigen terhenti masuk ke dalam paru-parunya. Ia sesak. Trisha menggeleng kuat mengusir berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi namun harapannya kembali patah ketika Mira mengangguk pada lelaki itu.

Sekali lagi fakta muncul dan samasekali tak mampu ia tepis, Trisha menggeleng kuat bahkan ia berjalan mundur dengan tatapan tak percaya. Sangat meyakinkan, mengapa semua orang bekerjasama membuatnya terlihat sangat menyedihkan? Banyak pertanyaan muncul di kepalanya namun di sisi lain Trisha juga takut akan jawabannya, ia takut jawaban hanya akan membuatnya semakin terlihat menyedihkan.

"NGGAK! NGGAK MUNGKIN!" tolak Trisha berteriak tak terima.

"Mama bisa jelasin semuanya, Sha—"

"Nggak ada yang perlu dijelasin, papa Trisha cuma papa Dito nggak ada yang lain!"

Dito yang keluar dari rumah mendengar perkataan Trisha, seketika muncul penyesalan di dalam dada. Anak yang ia sakiti kini menyebutnya seorang ayah. Dito malu, ia malu karena memperlakukan Trisha begitu buruk.

"Kamu nggak bisa menolak takdir, di dalam darahmu mengalir darahnya. Sekarang kamu ikutin kata-kata mama, kemasi barangmu dan kita mulai kehidupan baru yang lebih baik—"

Trisha tertawa terbahak-bahak di tengah tangisnya, ia menertawakan kehidupan yang begitu lucu mempermainkannya seolah hidupnya adalah sebuah panggung pertunjukan dengan begitu banyak plot twist di dalamnya.

"Kalau di dalam darah ini mengalir darahnya, Trisha bersumpah akan menghentikan alirannya segera!" teriak Trisha seperti orang kesetanan.

"Trisha, Trisha denger Mama. Semua nggak seperti yang kamu kira, mama akan jelaskan semuanya—"

"Kalian berdua sama-sama tak pantas menjadi orang tua," lirih Trisha berusaha menahan isak.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Trisha berlari sekuat tenaga ia tak peduli di belakang sana Mira mengejarnya. Kekuatan Trisha jauh lebih besar dibanding mereka yang tengah berlari di belakangnya, terpaut usia yang jauh membuat Mira lemas tak mampu mengejar Trisha kini yang ia bisa lakukan hanya menangis tersedu-sedu sembari terduduk di aspal jalan.

Semua yang terlihat salah bukan berarti adalah salah, kita hanya kalah pada situasi bukan dalam hati. Mira terduduk lemas melihat punggung putrinya yang semakin menjauh, ada banyak luka yang ia peluk sendiri ada banyak sedih yang tak mampu ia tangisi dan ada banyak rindu yang membelenggu membuatnya selalu menunggu temu. Sayang, ketika bertemu pun tak mampu menghentikan rindu.

Mira tahu mungkin dalam hidup Trisha ia berhasil menjadi tokoh antagonis yang selalu membuat Trisha bersedih dan kecewa. Ia sadar di mata Trisha sudah tak ada sisi baik yang bertahan dari sosoknya dan ia juga sangat paham kebencian yang ia siram pada diri anaknya kini sudah bertumbuh semakin besar bahkan mampu menghancurkannya.

"Anak kita, Mas." Suara serak itu membuat Handi larut dalam pilu, lelaki yang menjadi sosok penghancur keluarga di mata Trisha ini adalah orang yang paling paham apa itu makna luka.

Cinta mereka terlalu sulit untuk mencapai kata bahagia, sejak awal benih itu tumbuh sudah ada hilal bahwa tak akan mencapai garis akhir yang baik. Handi yang keras kepala tanpa sadar telah menghancurkan banyak hati termasuk hatinya sendiri.

"Maaf, ini semua salah saya."

Satu jam berlalu, dua jam berlalu sampai pada ketiga jam Mira menunggu Trisha pulang Handi mendapat kabar bahwa di perusahaannya telah terjadi tragedi bunuh diri yang membuat mereka memutuskan untuk pergi ke sana.

Mira tak pernah menyangka bahwa yang akan ia temui adalah jasad putrinya yang sudah bermandikan noda merah. Seketika Mira merasa dunianya runtuh, hidupnya hancur, napasnya tertahan sampai ia benar-benar merasa sesak hingga detik berikutnya ia tersadar bahwa yang tertangkap oleh netra tidaklah fana. Perempuan yang terbaring tak berdaya itu adalah darah dagingnya, Trisha.

"TRISHA!" teriaknya histeris lalu detik berikutnya Mira merasa dunianya gelap membuatnya tak mampu melihat maupun mendengar apapun.

***

Dunia begitu cepat melangkah maju, waktu yang berjalan tak pernah bisa ditarik ke belakang sampai sesak di dalam dada benar-benar terasa menyiksa menghasilkan nelangsa.

Mira duduk ditemani Handi, setelah resmi bercerai dengan Dito ia menunggu hasil persidangan berkaitan dengan kekerasan pada anak yang dialami putrinya.

Ia menuntut keadilan meski ia sadar semasa Trisha hidup, Mira tak pernah memberikan keadilan padanya. Egois yang menjadikan kasih sayang terkubur dalam-dalam sampai di titik akhir Mira tenggelam dalam penyesalan.

Kini Dito meringkuk dalam penjara sembari terus mengenang-ngenang seberapa kejam perlakuannya pada Trisha yang telah sepenuh hati merawatnya dengan tulus. Dito ingat bagaimana Trisha merawatnya ketika sakit, membuatkan sarapan dan makan malam. Bahkan semua bayangan masih begitu segar di ingatannya yang tentu saja membuat Dito semakin menyesal.

Kini hanya ruang kosong yang memberi kenangan yang tak tertangkap di memorinya. Ia kehilangan sebagian besar kenangan yang seharusnya mampu memenuhi kepala, Mira adalah seorang ibu yang tak memiliki kenangan bersama anaknya sendiri. Sangat miris namun begitulah faktanya.

Mira memasuki kamar Trisha, tak ada satupun benda yang ia biarkan berpindah dari sana. Ia ingin mengenang Trisha, membayangkan bagaimana anaknya melakukan aktivitas di dalam kamar ini sampai ia menemukan banyak kepingan poto yang berada di tong sampah. Hatinya semakin perih ketika ia lihat bahwa poto tersebut ternyata adalah poto dirinya. Bahkan di dalam tong sampah ada yang membuat Mira semakin semakin merasa hancur, banyak ditemukan tissue yang sudah hilang putihnya berganti warna merah. Seketika itu juga tangisnya berubah menjadi isak.

"Maafkan Mama, Trisha."

_________ HAPPY KIYOWO_________

Terlihat jahat dalam kukungan luka, terkadang semesta setidak adil itu pada diri kita.

Di kesunyian malam dengan riuh di kepala pada hari ke sepuluh di bulan Juni 2022 Bumi Rafflesia menghempas duka melalui tangisan semesta.

Continue Reading

You'll Also Like

109 72 15
1 tahun Ratu Canada Rantara sudah menjadi siswi di SMA Karya Bakti namun dia belum pernah bertemu dengan Raja Nendra Ananta. Kejadian itu mempertemu...
3.7M 276K 42
[[Follow sebelum membaca]] -- Kinan, gadis ceria penyimpan banyak rahasia. Di balik senyum indahnya, Kinan menyimpan beribu luka terpendam. Kinan cum...
37.4K 7.2K 55
[COMPLETE] Apa jadinya jika 4 orang berbeda karakter menjadi sahabat? Senja, si Pendiam yang dijuluki poker face. Helen sang it girl! yang diidamka...
202 194 6
Cerita tentang sebuah gadis yang selalu menunggu dan merindukan kehadiran pelangi di kala hujan reda. Gadis dengan sejuta cerita dan harapannya. Ga...