OUR MARIPOSA

By Luluk_HF

295K 26.2K 2K

Untuk kamu yang selalu suka Mariposa ❤️ Untuk kamu yang selalu mendukung Mariposa ❤️ Dan.... Untuk kamu yang... More

WELCOME (WAJIB DIBACA)
1 - TOGETHER
2 - MEMORIES
3 - SEPERTI ES KRIM
4 - GERBANG SEKOLAH
6 - RESTORAN BURGER
7 - COMPLETION
8 - CAMPING
9 - THE NIGHT
10 - SIAPA CEPAT
11 - THE THINGS
12 - LITTLE GIFT
13 - PROVE
14 - WAITING YOU
15 - MY DEAR
16 - ALWAYS WITH YOU
17 - PERSUADE
18 - EMOTION
19 - RENCANA
20 - SYARAT
21 - SALAH PAHAM
22 - JANGAN MARAH
23 - BOLEH?
24 - SECOND KISS

5 - WAFER

15.1K 1.9K 247
By Luluk_HF


MASA KINI

Acha membeli sarapan pagi di kantin kampus. Ia tak sempat sarapan di rumah. Mamanya juga sudah berangkat lebih pagi ke butik.

Acha memakan roti cokelat bersama teh hangat.

"Sapi!"

Acha menoleh ke belakang, kaget melihat sosok Glen sedang melambaikan tangannya. Acha pun melambaikan balik tangannya, meminta Glen udah menghampirinya. Sudah lama Acha tidak bertemu Glen.

"Glen ngapain ke kampus?" tanya Acha.

"Kangen sama lo," jawab Glen asal.

"Yang bener jawabnya!" decak Acha.

"Nyari wangsit."

"Glen!!!"

Glen terkekeh melihat wajah kesal Acha.

"Cari referensi jurnal di perpustakaan," jawab Glen kali ini serius.

Acha mengangguk-angguk.

"Wah, akhirnya Glen kerjain skripsinya juga."

"Lo muji gue, kan, barusan?"

"Tergantung Glen nangkapnya gimana," balas Acha acuh tak acuh.

Glen melengos, ia merebut setengah roti cokelat yang masih ada di tangan Acha.

"Gue laper," ucap Glen seenaknya dan langsung memakan roti cokelat tersebut. Acha melotot tak santai melihat apa yang dilakukan oleh Glen.

"Acha juga laper Glen!"

"Beli aja lagi."

"Kenapa nggak Glen aja yang beli lagi?"

"Nolong orang ganteng di pagi hari pahalanya lebih besar, Cha."

"Siapa yang ganteng?"

Glen dengan santai menunjuk dirinya sendiri.

"Siapa lagi kalau bukan anak tunggal, kaya raya dan anaknya Bunda Anggara. Glen Anggara!"

Acha menghela napas berat, padahal sudah lama tidak bertemu tetap saja cowok ini selalu bertingkah menyebalkan. Bagaimana bisa Acha dulu bisa menyukai cowok ini? Mungkin Acha memang sudah gila!

"Gimana perkembangan skripsi, Glen? Sudah mau selesai?"

Glen menggeleng pelan.

"Seperti kata tukang kaca mata," jawab Glen asal.

Acha mengerutkan kening.

"Maksudnya?"

Kini giliran Glen yang menghela napas berat. Ia menatap Acha dengan tatapan pedih.

"Maaf, sepertinya.... Buram..."

Seketika Acha langsung tertawa karena jawaban ngaco Glen. Selain menyebalkan, Glen juga paling pintar mencairkan suasana dan membuat tertawa orang. Ya, bisa jadi sifat ini yang membuat Acha pernah menaruh hati pada cowok ini.

"Dikerjain sampai selesai, nggak boleh malas-malas-an lagi," pesan Acha sungguh-sungguh.

"Iya, Presiden Sapi."

Acha meneguk teh hangatnya sampai habis, sebelum direbut juga oleh Glen. Sedangkan Glen mulai sibuk mengedarkan pandangnya.

"Mana pawang lo?" tanya Glen.

"Pawang?" bingung Acha.

"Pacar lo," perjelas Glen.

Acha sedikit merasa canggung saat Glen menanyakannya. Padahal, Glen sendiri menyebutnya dengan tanpa beban. Sejenak, Acha berusaha untuk tetap bersikap biasa.

"Iqbal berangkat siangan. Dia nganterin Kak Ify dulu ke bandara," jawab Acha.

"Kenapa cari gue?"

Baik Acha dan Glen langsung menoleh, terkejut mendengar sosok Iqbal tiba-tiba datang di belakang mereka.

"Pujuk di cinta, Iqbal pun tiba," celetuk Glen ngaco.

"Geser lo," usir Iqbal.

Iqbal langsung mengambil duduk di tengah, antara Glen dan Acha. Memisahkan jarak keduanya.

"Yaelah, takut amat Bal gue rebut," cibir Glen bercanda.

Acha langsung memberikan pelototan ke Glen, meminta agar cowok ini tidak bercanda aneh-aneh. Glen yang menangkap kode Acha langsung mengangkat jempol kanannya.

"Takut itu sama Tuhan, bukan sama lo," tajam Iqbal.

"Subhanallah, bijak sekali sahabat hamba ini," balas Glen.

Iqbal terkekeh pelan sembari geleng-geleng.

"Gimana perkembangan skripsi lo?" tanya Iqbal.

Mendengar pertanyaan itu untuk kedua kalinya membuat Glen kesal sendiri.

"Kenapa sih semua orang itu selalu suka tanya tentang perkembangan skripsi orang lain? Nggak tau apa mereka, kalau pertanyaan itu sangat sensitif buat mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir seperti gue ini!" protes Glen meluapkan perasaan terdalamnya.

"Sepertinya perkembangannya tidak baik," ucap Iqbal dapat menyimpulkan dari jawaban Glen.

Glen menghela napas panjang.

"Yaps, seperti kata dokter-dokter di sinetron tipi," seru Glen dramatis.

"Hah?" bingung Iqbal. Acha pun juga sama tak mengertinya.

Glen tersenyum paksa dengan kedua tangan menangkup.

"Mohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin."

Baik Acha dan Iqbal dibuat tertawa karena jawaban ngaco Glen yang tidak ada habisnya. Acha merasa bersyukur hubungan Iqbal dan Glen masih sama seperti dulu, mereka tetap dekat.

Acha tak henti memperhatikan Iqbal dan Glen yang terus ngobrol, mulai dari membahas kuliah sampai brand kamera terbaru yang keluar tahun ini.

Acha melirik jam tangannya, sepuluh menit lagi kelas mereka dimulai. Acha pun segera berdiri.

"Iqbal, ayo masuk kelas," ajak Acha menghentikan obrolan Iqbal dan Glen.

Iqbal menatap jam tangannya, memastikan. Kemudian mengangguk dan ikut berdiri.

"Kita masuk dulu," pamit Iqbal ke Glen.

Glen mengangguk sembari mengangkat satu tangannya.

"Semangat kuliahnya," seru Glen.

Acha melambaikan tangan ke Glen dengan senyum tipis.

"Semangat juga skripsinya, Abangnya Meng!"

****

Setelah kelas terakhir selesai, Acha dan Iqbal segera keluar dari kelas. Malam ini mereka berencana untuk makan malam bersama di Apartmen Iqbal. Beberapa hari ini keduanya sama-sama sibuk dan jarang pulang bareng.

"Sini tasnya," ucap Iqbal meminta tas tentang yang dibawa Acha untuk buku-buku tebalnya.

Acha tersenyum kecil, selalu suka sikap manis Iqbal seperti sekarang. Ia segera menyerahkan tas tentengnya.

"Mau makan apa?" tanya Iqbal membuka pembicaraan. Mereka berdua kini tengah berjalan menuju ke parkiran kampus.

Acha berdeham pelan, berpikir.

"Iqbal sendiri maunya apa?"

"Apapun yang lo suka, gue juga suka."

Acha berdesis kecil, pacarnya sekarang sangat suka ngardus.

"Nasi padang gimana?"

"Lagi?"

Acha mencibir, padahal baru dua hari yang lalu ia makan sushi.

"Katanya apapun yang Acha suka, Iqbal juga suka," protes Acha.

"Iya, tapi lo seminggu ini udah tiga kali makan nasi padang, Cha. Nggak bosan?"

Acha menggeleng cepat.

"Nggak. Acha sangat suka nasi padang."

Iqbal menghela napas panjang, malam ini pun dia harus berjumpa lagi dengan rendang, usus, paru dan kawan-kawannya.

"Oke, kita makan nasi padang. Apa lagi?"

"Pizza atau martabak telor?"

"Pilih satu, nanti nggak habis."

"Kan ada Iqbal yang habisin."

"Cha, kita makan berdua bukan sekampung."

Acha mencibir kedua kalinya.

"Acha pengin Pizza tapi juga pengin martabak telor. Nggak bisa milih."

Iqbal tak tega menolak Acha, apalagi jika sang pacar sudah sangat ingin seperti sekarang.

"Kita beli yang porsi kecil saja kalau gitu," simpul Iqbal.

Acha mengangguk semangat. Sangat senang.

"Iya, Iqbal. Acha setuju."

Iqbal tanpa sadar ikut tersenyum melihat Acha begitu bersemangat sore ini. Namun, langkah Acha tiba-tiba terhenti membuat Iqbal pun ikut berhenti.

"Kenapa, Cha?" tanya Iqbal.

Acha menunjuk ke arah lapangan basket dengan sebuah senyum tipis.

"Udah lama Acha nggak lihat Iqbal main basket."

Iqbal mau tak mau ikut menatap lapangan basket. Memang benar yang dikatakan oleh Acha. Mungkin lebih dari tiga bulan Iqbal tidak lagi menginjakkan kakinya di lapangan basket. Kesibukan kuliahnya membuat waktu bermainnya berkurang.

Biasanya Iqbal masih bisa bermain setidaknya sebulan sekali bersama Rian atau Glen.

"Iya, udah lama banget."

Acha menoleh ke Iqbal, tiba-tiba teringat sesuatu.

"Iqbal ingat, nggak?" tanya Acha.

"Apa?"

"Masa SMA, waktu Acha masih ngejar-ngejar Iqbal dan Acha pura-pura pingsan karena kena lemparan bola basket Dino."

"Lo ingat?" tanya Iqbal kaget, ingatan Acha sepertinya perlahan mulai kembali utuh.

Acha mengangguk cepat.

"Acha ingat. Iqbal bopong Acha ke UKS dan ternyata Iqbal tau kalau Acha cuma pura-pura."

"Hm, kelihatan banget akting buruk lo."

Acha mendecak pelan.

"Kenapa Iqbal waktu itu mau bawa Acha ke UKS padahal Iqbal udah tau Acha cuma pura-pura?" tanya Acha tiba-tiba penasaran.

Iqbal berpikir sejenak.

"Biar lo nggak malu."

"Hanya itu?"

"Iya."

Acha menatap Iqbal dengan tatapan menyelidik.

"Waktu itu, Iqbal udah suka kan sama Acha? Tapi, Iqbal nggak mau ngakuin?" tuding Acha cepat.

Pertanyaan Acha langsung membuat Iqbal terbungkam, sedikit terkejut.

"Gue nggak ingat," elak Iqbal cepat.

"Nggak boleh bohong! Jawab jujur, Iqbal!" paksa Acha.

"Apa, Cha?"

"Iqbal udah suka kan sama Acha waktu di lapangan basket? Nggak mungkin Iqbal mau bopong Acha ke UKS kalau Iqbal belum suka sama Acha," perjelas Acha meminta jawaban jujur dari sang pacar.

Bukannya menjawab, Iqbal malah terkekeh melihat tingkah menggemaskan Acha. Tangan Iqbal terulur mengacak-acak puncak rambut Acha, kemudian meraih jemari Acha dan mengenggamnya erat.

"Ayo pulang," ucap Iqbal masih tak mau menjawab.

Acha pun hanya bisa melengos pasrah, mau tak mau ia ikut kembali melangkah. Acha menatap Iqbal lekat, cowok itu masih terus tersenyum.

"Acha tau jawabannya," simpul Acha.

Iqbal menatap ke Acha.

"Apa?"

Acha membalas senyum Iqbal, sangat cantik.

"Iqbal dari awal juga suka Acha."

****

Acha geleng-geleng melihat piring-piring yang masih belum dicuci di dapur Iqbal. Beberapa barang cowok itu juga berantakan. Padahal baru empat hari Acha tidak datang ke Apartmen ini.

"Bi Ina nggak datang kesini?" tanya Acha mulai membereskan piring-piring.

"Nggak usah, Cha. Bi Ina besok datang," larang Iqbal.

Namun Acha tak mendengarkan, ia tetap mencuci piring-piring tersebut. Iqbal pun segera menghampiri Acha dan membantu sang pacar.

"Gue bantuin," ucap Iqbal, merebut satu piring yang sudah dikasih sabun oleh Acha, membilasnya.

"Iqbal kalau nggak punya waktu bersihin Apartmen, kenapa nggak panggil Acha aja? Kalau gini kan apartmennya jadi kotor," omel Acha.

"Gue pacarin lo bukan untuk cuci piring gue."

Acha menoleh ke Iqbal dengan sorot tajam, membuat nyali Iqbal seketika menciut.

"Kalau nggak mau pacarnya cuciin piring, setelah pulang kuliah cuci piring sebentar dan rapiin sebentar ruang tengah. Mengerti?"

Iqbal mengangguk pasrah.

"Mengerti."

"Kurang tulus jawabnya!"

Iqbal mengembangkan senyumnya, tipis.

"Mengerti sayang."

Acha akhirnya bisa tersenyum, puas dengan jawaban Iqbal. Keduanya pun segera menyelesaikan cuci piring dan bersih-bersih ruang tengah sebelum makanan delivery mereka datang.

****

Acha meraskan perutnya sangat kenyang setelah memakan satu bungkus nasi padang, dua potong Pizza dan tiga potong martabak telor. Meskipun begitu, Acha masih ingin memakan cemilan yang manis.

"Acha kan masih punya wafer," lirih Acha teringat ia menyimpan satu bungkus wafer di tasnya.

Acha pun segera mengambil bungkus wafer tersebut dengan mata berbinar.

"Makan lagi?" kaget Iqbal saat melihat Acha mulai sibuk membuka bungkus wafernya.

Acha menatap Iqbal dengan senyum lebar.

"Acha masih ingin makan manis-manis," jawab Acha dengan polosnya.

Iqbal mengambil duduk di samping Acha, mengambil wafer tersebut.

"Iqbal, jangan diambil," rengek Acha.

"Gue bukain."

Acha mengangguk-angguk tak jadi sedih. Ia menunggu wafernya dengan tidak sabar. Setelah membuka bungkusnya, Iqbal langsung menyuapkan ke mulut Acha.

Acha tidak langsung mengunyah wafernya, ia menatap Iqbal yang juga masih memperhatikannya.

"Iqbal mau juga?" Acha tiba-tiba iseng ingin menggoda Iqbal. Ukuran wafernya memang cukup panjang, dan hanya bisa masuk setengah di mulutnya. Sedangkan, setengah wafer tersebut masih berada di luar mulutnya.

Iqbal tertegun, kaget dengan pertanyaan Acha.

"Mau apa?" tanya Iqbal memastikan.

Acha menahan senyumnya sembari menunjuk ke arah wafer di mulutnya. Sejenak, Iqbal masih diam, tak beraksi apapun. Cowok itu seolah masih memperhatikan Acha.

"Buruan habisin," ucap Iqbal tak ingin tergoda.

Acha menyipitkan kedua matanya tak puas dengan reaksi Iqbal.

"Beneran Iqbal nggak mau?"

"Cha..."

Bukannya takut, Acha malah semakin mendekatkan wafernya yang masih di mulut ke Iqbal.

"Kita makan bareng."

Iqbal menghela napas panjang, kesabarannya sudah habis. Tanpa membalas perkataan Acha lagi, Iqbal pun langsung memajukan tubuhnya dan mengigit separuh wafer yang ada di mulut Acha.

Jangan di tanya bagaimana kagetnya Acha. Tubuhnya langsung membeku karena pergeran cepat Iqbal yang tak memberikan kode apapun. Kedua mata Acha lebih melebar dari semula.

"Enak wafernya," ucap Iqbal dengan tak berdosanya, tubuhnya perlahan menjauh dari Acha.

Acha tak bisa lagi menelan wafernya, dengan cepat Acha mengeluarkan kembali sisa wafernya.

"Iqbaaalll!!!" teriak Acha sangat tak menyangka dengan kelakuan pacarnya.

"Apa?" balas Iqbal dengan enteng.

"Kenapa Iqbal makan wafer Acha?!"

"Kan lo yang nawarin."

"Kan Acha bercanda."

Iqbal mengangkat kedua bahunya, tak mau tau.

"Mana gue tau."

Acha berdesis kecil, perlahan ia memegang bibirnya sendiri.

"Untung aja nggak kena bibir Acha," lirih Acha sangat pelan namun cukup terdengar di telinga Iqbal.

"Mau gue kenain bibir lo?" tanya Iqbal dengan tatapan menggoda.

Dengan cepat Acha memundurkan tubuhnya dan menutup bibirnya, menyelamatkan diri terlebih dahulu.

"Acha... Acha.... mau ke toilet," ucap Acha sangat gugup. Ia segera bangkit.

Iqbal tertawa gemas melihat Acha, ia memandangi Acha yang buru-buru ke kamar mandi.

"Cha," panggil Iqbal mencegah Acha masuk.

Acha membalikan badan.

"Ke... Kenapa Iqbal?" tanya Acha terbata, masih gugup.

Senyum Iqbal mengembang, membuat Acha semakin was-was.

"Ayo beli wafer lagi."

*****

#CuapCuapAuthor

GIMANA PART LIMANYA? SUKA NGGAK? FEEL BAPERNYA KERASA? 

Semoga teman-teman Pasukan Pembaca selalu suka OUR MARIPOSA, selalu support OUR MARIPOSA dan selalu baca OUR MARIPOSA.

OUR MARIPOSA PART ENAM DAN OUR MARIPOSA PART TUJUH SUDAH UPDATE LEBIH DULU DI AKUN KARYAKARSAKU YA. KALAU TEMAN-TEMAN PASUKAN PEMBACA INGIN BACA OUR MARIPOSA PART 6 LEBIH CEPAT BISA BACA DI AKUN KARYAKARSAKU. 

FOLLOW AKUN KARYAKARSAKU SEKARANG JUGA ^^ 


CARANYA :

-Download aplikasi Karyakarsa di Playstore atau Appstore lalu follow akun : lulukhf

atau

- Langsung buka di web browser (safari atau chrome) kalian : www.karyakarsa.com/lulukhf

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA.

MAKASIH BANYAK SEMUANYA DAN SELALU SAYANG KALIAN SEMUA. JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN YA ^^


Salam,


Luluk HF 

Continue Reading

You'll Also Like

1M 31.8K 43
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
782K 22K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
245K 5.1K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
HER LIFE By hulk

Teen Fiction

7.4M 364K 64
Sudah terbit di Glorious Publisher. Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya...