OUR MARIPOSA

By Luluk_HF

281K 25.9K 2K

Untuk kamu yang selalu suka Mariposa ❤️ Untuk kamu yang selalu mendukung Mariposa ❤️ Dan.... Untuk kamu yang... More

WELCOME (WAJIB DIBACA)
2 - MEMORIES
3 - SEPERTI ES KRIM
4 - GERBANG SEKOLAH
5 - WAFER
6 - RESTORAN BURGER
7 - COMPLETION
8 - CAMPING
9 - THE NIGHT
10 - SIAPA CEPAT
11 - THE THINGS
12 - LITTLE GIFT
13 - PROVE
14 - WAITING YOU
15 - MY DEAR
16 - ALWAYS WITH YOU
17 - PERSUADE
18 - EMOTION
19 - RENCANA
20 - SYARAT
21 - SALAH PAHAM
22 - JANGAN MARAH
23 - BOLEH?
24 - SECOND KISS

1 - TOGETHER

34.3K 2.8K 531
By Luluk_HF


MASA KINI

Acha membaca kembali buku catatannya, merapikan beberapa notesyang ada di sana. Ujian Blok sebentar lagi tiba, Acha berusaha keras untuk mengejarnya. Acha terkadang frustasi dengan dirinya sendiri, karena beberapa ingatannya masih samar membuat tingkat kepintarannya tidak semaksimal saat dia masih SMA.

"Masih ada yang nggak paham?"

Acha menoleh ke samping, tersenyum melihat sang kekasih. Siapa lagi jika bukan Iqbal.

Acha senang melihat Iqbal akhirnya keluar dari kamar mandi. Jadi, dia bisa meminta Iqbal untuk mengajarinya.

Acha mempersilahkan Iqbal duduk di sampingnya, cowok itu segera duduk sembari tangan menepuk pelan puncak kepala Acha, memberi semangat.

"Rambut Iqbal keringin dulu," protes Acha.

Iqbal terkekeh pelan. Ia menyerahkan handuk kecilnya ke Acha.

"Bantuin," rajuk Iqbal seperti anak kecil.

Acha berdecak pelan kemudian menerima handuk kecil Iqbal. Setelah banyak rintangan dan masalah mereka lalui setahun terakhir ini, sikap Iqbal ke Acha berubah lebih manja dan protektif. Tapi, Acha tetap menyukainya.

Iqbal membalikkan seluruh tubuhnya menghadap ke Acha kemudian menundukkan sedikit kepalanya agar Acha lebih mudah membantu mengeringkan rambutnya. Acha pun mulai mengusap-ngusapkan handuk kecil di tangannya ke kepala Iqbal.

"Enak ya jadi cowok," ucap Acha tiba-tiba.

"Kenapa?" sahut Iqbal masih dengan kepala setengah tertunduk.

"Samponya nggak cepat habis. Beda sama cewek, sebulan aja bisa habisin satu botol."

"Sebulan?"

"Iya, bahkan kalau keramasnya rutin banget bisa nggak sampai sebulan."

Iqbal mengangkat kepalanya, menatap Acha dengan tatapan tertegun.

"Samponya nggak diminum juga, kan?"

Acha mendesis kesal sembari memukul Iqbal pelan dengan handuk di tangannya. Iqbal masih sempat-sempatnya bercanda.

"Keracunan Iqbal kalau diminum. Bisa mati muda!"

"Boros banget sebulan habis."

"Bukan boros! Rambut cewek lebih banyak lima kali lipat dari pada cewek."

Iqbal manggut-manggut nggak berani memperdebatkan lagi.

"Jadi kamu juga enak," ucap Iqbal kali ini tak mau kalah.

"Jadi Acha? Kenapa?" tanya Acha penasaran.

Iqbal tersenyum kecil, jemarinya menyentuh pipi kanan Acha dan mencubitnya pelan.

"Bisa cantik setiap hari."

****

Iqbal memesankan sushi kesukaan Acha, setelah mengajari Acha selama hampir dua setengah jam akhirnya mereka bisa istirahat dan makan malam. Sejak masuk di Kedokteran dan kelas yang sama, rutinitas keduanya tidak jauh-jauh dari kuliah, belajar dan makan. Ya, waktu bermain pun mereka hanya bisa nyolong-nyolong saat tak ada ujian blok dan ujian pre-test atau di weekend.

"Acha pengin liburan," rengek Acha dengan mulut yang masih dipenuhi sushi.

"Kunyah dulu, Cha," suruh Iqbal.

Acha mengangguk dan segera mengunyah sushi di mulutnya.

"Acha butuh liburan Iqbal!" ulang Acha lebih jelas.

"Minggu depan kita masih ujian," balas Iqbal mengingatkan.

"Makanya itu!! Kapan ujiannya berakhir. Capek."

Iqbal mengambil selembar tisue, mengusapkannya di pinggir bibir Acha yang dipenuhi mayonise.

"Sushinya enak?" tanya Iqbal mencoba mengalihkan sang pacar. Beberapa bulan ini Acha memang sering mengeluh kelelahan dan kesulitan belajar. Iqbal sendiri tidak menyangka efek dari gangguan memori Acha berakibat sangat besar pada daya tangkap kepintaran Acha.

"Jangan alihin pembicaraan! Acha serius."

"Iya, makan dulu," balas Iqbal berusaha sabar.

Acha meletakkan sumpitnya, raut wajahnya langsung berubah sebal dengan mulut yang dimajukan beberapa centi.

"Iqbal nggak mau liburan sama Acha?" lirih Acha.

"Mau."

"Terus kenapa nggak dukung Acha? Acha beneran mau liburan."

Iqbal ikut meletakkan sumpitnya, menatap Acha lebih lekat.

"Fokus ujian dulu, baru kita bahas liburan. Oke?"

Acha menggeleng cepat, tak menurut.

"Nggak mau, Acha capek ujian."

"Terus? Mau nyerah?"

Acha menggeleng lagi, lebih cepat memnbuat rambutnya terkibas tak karuan.

"Nggak mau juga. Acha mau jadi Dokter."

Iqbal terkekeh pelan melihat beberapa helai rambut gadisnya menutupi wajah. Iqbal menyingkirkan satu persatu helai-helaian rambut tersebut dari paras cantik Acha.

"Acha pengin bisa pintar lagi kayak dulu," lirih Acha sedih.

"Siapa yang bilang lo nggak pintar?" tajam Iqbal.

Acha menunjuk dirinya sendiri.

"Acha sendiri yang bilang. Kepintaran Acha nggak kayak dulu. Acha juga nggak bisa belajar cepat kayak dulu. Acha banyak kesulitan."

Iqbal menghela napas pelan, sangat paham dengan masalah dan kekhawatiran Acha. Iqbal menarik Acha, merengkuhnya dalam pelukannya.

"Ada gue, Cha. Gue akan selalu bantu lo. Jadi, jangan takut," bisik Iqbal tulus.

Acha membalas pelukan Iqbal lebih erat.

"Acha tau, tapi tetap saja saat belajar Acha gampang capek."

Iqbal menurunkan pandangannya, ingin melihat wajah gadisnya lebih jelas.

"Ingat nggak pesan gue saat lo mulai ngerasa lelah?"

Acha mengangguk-angguk masih dengan bibir manyunnya.

"Ingat, Iqbal."

"Apa?"

"Kalau Acha lelah, Acha harus ingat sama janji Acha dan Iqbal. Kita sama-sama berusaha buat lulus dan menjadi Dokter. Iqbal jadi Dokter spesialis jantung dan Acha jadi Dokter spesialis kejiwaan."

"Terus?"

"Terus, kalau Acha masih merasa lelah, Acha harus panggil Iqbal dan peluk Iqbal."

Iqbal tersenyum kecil, puas dengan jawaban Acha.

"Pacar pintar," puji Iqbal.

Perlahan, Iqbal memberikan ciuman hangat di puncak kepala Acha, mengirimkan energi positifnya kepada sang gadis.

"Nggak boleh nyerah, Cha. Kita lewatin bareng-bareng."

"Acha nggak nyerah Iqbal, cuma mau ngeluh aja. Boleh, kan?"

"Iya, boleh."

Acha perlahan melepaskan pelukannya, menatap Iqbal serius.

"Jadi, kapan kita liburan?"

Iqbal bergumam pelan, berusaha untuk berpikir cepat.

"Setelah ujian?"

"Beneran setelah ujian kita liburan?" tanya Acha langsung semangat.

"Mau liburan kemana?"

Kini giliran Acha yang berpikir cepat, Ia mencari berbagai destinasi yang sangat diinginkannya.

"Acha pengin banget camping lagi bareng Iqbal, Amanda, Rian dan Glen."

"Oke."

"Oke apa?" tanya Acha meminta lebih jelas.

"Kita camping bareng mereka setelah liburan."

Acha sontak berdiri, wajahnya berubah penuh kebahagiaan mendengar ucapan Iqbal.

"Beneran Iqbal? Janji ya?"

Iqbal tertawa pelan, gemas melihat wajah Acha. Iqbal merai jemari kanan Acha dan mengenggamnya erat.

"Iya, Natasha."

*****

Sepulang dari Apartmen Iqbal dan diantar Iqbal sampai rumah, Acha tak langsung istirahat. Acha kembali mengulang membaca catatan terbaru yang dibuatkan oleh Iqbal tadi siang.

Meskipun terus mengeluh, Acha benar-benar tak ingin menyerah. Acha selalu berusaha semaksimal mungkin demi menggapai cita-citanya.

Toktok

Acha menoleh ke arah pintu, kemudian mendapati Mamanya muncul dibalik pintu tersebut.

"Kenapa Tante Mama?" tanya Acha.

"Ada Iqbal di depan," ucap Kirana.

Acha meengerutkan kening bingung.

"Iqbal? Bukannya udah pulang tadi habis anterin Acha?"

Kirana mengedikkan bahunya.

"Mama juga nggak tau. Samperin sana."

Acha mengangguk dan bergegas keluar rumah untuk menemui sang pujaan hati.

****

Acha membuka pintu rumahnya dan benar saja sosok Iqbal berdiri di teras rumah dengan membawakan satu kresek penuh dengan camilan bahkan ada satu kotak es krim berukuran sedang.

"Nih," ucap Iqbal sembari menyodorkan kresek tersebut.

Acha menerimanya dengan tatapan masih bingung.

"Buat Acha?"

"Iya. Lo pasti masih lanjut belajar, kan?"

Acha mengangguk-angguk.

"Jangan terlalu di forsir. Lo tulis mana saja yang masih nggak paham, besok pagi-pagi sebelum ke kampus gue kesini. Gue ajarin lagi."

Acha merasa tersentuh dengan ucapan Iqbal. Acha benar-benar merasa beruntung memiliki Iqbal di sampingnya.

Acha mengangkat kresek berisikan snack tersebut.

"Acha boleh habisin semua?" tanya Acha bersemangat.

"Boleh."

"Kalau Acha gemuk gimana? Acha nggak cantik lagi gimana?"

"Nggak apa-apa."

"Iqbal masih suka sama Acha?"

"Masih."

"Bohong banget. Kan cowok sukanya sama cewek cantik."

"Kata siapa?"

"Kata Glen. Dia bilang pacarnya pasti selalu cantik," ucap Acha menggebu.

"Kapan Glen bilangnya?"

Seketika Acha langsung terdiam, tangannya perlahan menurun. Pasalnya, ucapan Glen itu terjadi saat Glen berstatus menjadi pacar Acha, enam bulan yang lalu. Acha perlahan mengalihkan pandangannya ke es krim di dalam kresek.

"Wah es krimnya rasa vanilla. Acha suka banget. Iqbal tau aja yang Acha mau," ucap Acha dengan nada yang sangat canggung.

Iqbal terkekeh pelan, gemas dengan raut panik Acha. Iqbal mendekatkan langkahnya, tangannya menepuk-nepuk pelan puncak kepala Acha.

"Acha," panggil Iqbal.

"I... Iya Iqbal," balas Acha, masih tak berani menatap sang pacar.

"Mau lo cantik ataupun nggak cantik. Asalkan itu lo, gue tetap akan suka."

"Walau Acha nggak cantik lagi?"

"Iya."

"Penampilan bisa dibentuk dan diperbaiki kembali dengan mudah, Cha. Tapi nggak dengan kepribadian," ucap Iqbal bijak.

Untuk kedua kalinya Acha dibuat terenyuh dengan kata-kata manis Iqbal. Acha mendongakkan kepalanya, menatap Iqbal yang tengah senyum kepadanya.

"Maaf, Iqbal," lirih Acha merasa bersalah.

"Untuk?"

"A... Acha bukannya mau ingat-ingat tentang hubungan Acha dan Glen. A... Acha nggak sengaja."

Iqbal menggeleng pelan, sangat mengerti.

"Pelan-pelan aja, Cha. Nggak apa-apa."

"Acha beneran minta maaf Iqbal."

Iqbal menghela napas panjang, ucapan maaf Acha malah membuat hatinya terasa berat. Pasalnya Iqbal sangat tau, perasaan Acha untuk Glen belum sepenuhnya hilang. Masih ada ruang untuk Glen di hati Acha, meskipun porsi dirinya lebih besar untuk Acha.

"Masuk sana, belajar lagi," suruh Iqbal.

"Jangan marah," ucap Acha masih khawatir.

"Gue nggak marah, Cha."

"Beneran? Demi apa?"

Tangan Iqbal beralih menyentuh pipi Acha, membelainya sangat hangat.

"Demi kamu, Natasha."

Acha tersenyum senang, sangat puas dengan jawaban Iqbal. Acha mendekati Iqbal dan menghamburkan tubuhnya untuk memeluk Iqbal dengan erat.

"Makasih banyak Iqbal. Acha sayang banget sama Iqbal."

"Gue lebih sayang sama lo, Cha," balas Iqbal.

"Nggak! Sayang Acha yang lebih besar!" seru Acha tak mau kalah.

Iqbal melepaskan pelukannya, memandang paras cantik Acha sangat lekat.

"Coba buktiin," tantang Iqbal.

Acha tersenyum malu-malu, jemari telunjuknya terulur dan mencolek-colek dada bidang Iqbal.

"Iqbal mau dicium di mana?"

****

#CuapCuapAuthor 

Bagaimana part satunya? Suka nggak?

Semoga teman-teman Pasukan Pembaca selalu suka OUR MARIPOSA, selalu support OUR MARIPOSA dan selalu baca OUR MARIPOSA. 

Jadwal update OUR MARIPOSA lebih cepat di akun karyakarsaku. Jadi, teman-teman Pasukan Pembaca yang nggak sabar ingin baca OUR MARIPOSA part selanjutnya bisa follow akun karyakarsaku. 

CARANYA :

-Download aplikasi Karyakarsa di Playstore atau Appstore lalu follow akun : lulukhf

atau

- Langsung buka di web browser (safari atau chrome) kalian : www.karyakarsa.com/lulukhf 

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA. 

MAKASIH BANYAK SEMUANYA DAN SELALU SAYANG KALIAN SEMUA. JANGAN LUPA JAGA KESEHATAN YA ^^


Salam, 


Luluk HF 

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 226K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

926K 51.4K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.3M 125K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
6.2M 266K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...