My Dear Sister ✓

By jenthestiq

43.3K 3.4K 45

Terlahir sebagai seorang perempuan membuat nya di benci oleh keluarganya bahkan dianggap sebagai pembawa sial... More

1 | A Baby
2 | Dead
3 | Feeling Hurts
4 | My Happiness
5 | Where My Mom
6 | Back To Home
7 | Fake Nerd
8 | Secret
9 | Massage
10 | Worried
11 | Take Care Of Her
12 | Sisterhood
13 | Kim's Company
14 | Killer
15 | Her Laugh
16 | Disappointed
17 | I'm Sorry
18 | Angry
19 | Go Home
20 | Welcome back
21 | Promise
22 | Vacation
23 | Crying
24 | Reformatory
25 | Study Hard
26 | Exam
27 | Dangerous
28 | Serious
29 | Hospital
30 | Trauma
31 | Do You Like Her
32 | Double Date
33 | Bullying
34 | Boss Sister
35 | Severe Pain
37 | Broken Promise
38 | Revealed Truth
39 | The Last Request
40 | Let Her Go
new ff
info
info
new

36 | Emergency

657 52 1
By jenthestiq

Jennie sedang berada di ruangan mencuci darah dengan Irene sebagai dokter yang menanganinya sedangkan Ruby duduk cemas menunggu kakaknya di bangku depan ruangan.

Sudah hampir 3 jam lamanya, namun Irene belum keluar dari ruangan itu untuk memberitahu kondisi kakaknya.

Pintu kayu bercat putih itu terbuka menampakkan Irene yang keluar dengan beberapa perawat dibelakangnya.

"Dokter bagaimana apa semuanya lancar?" Irene mengangguk.

"saat ini keadaan Jennie sedang lemas dia mungkin akan mual, muntah dan sakit kepala akibat efek samping dari cuci darah yang ia lakukan dan untuk itu kau harus selalu menemaninya"

"Nde gomawo dokter" Ruby membungkuk lalu masuk ke ruangan Jennie.

Jennie duduk bersandar pada kepala ranjang dengan wajah yang pucat.
Ruby mengambil duduk disamping brankar Jennie.

"Kalau ada apa-apa kasih tau aku ya" ucap Ruby lembut.


.



.


Sudah 2-3 kali dalam seminggu Jennie bolak balik ke rumah sakit melakukan cuci darah. Jisoo, Rosè dan Lisa sudah mengetahuinya dan mereka juga lebih over protective terhadap kesehatan Jennie sekarang.

Bahkan gadis bermata kucing itu sudah kembali melanjutkan aktivitasnya lagi setelah seminggu dia istirahat di rumah.

"Unnie mau ke kantor?" Tanya Ruby yang melihat kakaknya itu sudah rapi dengan pakaian kerjanya.

"Iya, udah semingguan Unnie gak masuk dan ada banyak berkas juga yang harus Unnie tanda tangani" ucapnya sembari memakan sarapannya.

Ruby hanya mengangguk kecil dia tidak ingin memaksa kakaknya itu agar tetap berada di rumah selagi kondisinya baik-baik saja.

"Jangan lupakan makan siang mu Unnie" cerewet Ruby. Jennie menghela napas lalu mengangguk.

"Siap bos!" Hormatnya pada Ruby membuat ia terkekeh.

"Aku udah selesai aku pergi dulu ya" pamitnya pada saudaranya.

"Hmm"


.


.


"Ruby lo gapapa kan?" Tanya Ryujin cemas melihat wajah pucat Ruby.

"Nde" jawabnya lesu. sakit dikepalanya kembali menyerang bahkan dia sudah meminum obat sakit kepala di UKS tapi sakitnya masih belum hilang juga.

"Ryu ke mall nya lain kali aja sekarang kita pulang" ucap Yeji pada Ryujin.

"Iya lebih baik begitu" ujar Ryujin.

Ruby yang bingung menatap kedua sahabatnya itu bergantian karena tiba-tiba mereka berubah pikiran.

"Loh kenapa pulang bukannya lo mau beli kado ya buat Unnie lo Ryu" tanya Ruby menatap Ryujin.

"Besok masih ada waktu buat beli. gue khawatir sama lo by"

"Lebay banget sih lo gue cuman capek doang. ayoklah gue juga udah lama gak jalan jalan ke mall" Ruby menggandeng tangan kedua sahabatnya itu menuju parkiran mobil.

Mereka pasrah ngeliat tangannya yang ditarik-tarik Ruby. Sekitar satu jam-an mereka keliling di mall tapi belum satupun belanjaan yang mereka beli. Ryujin masih bingung mau ngasih kado apa buat kakaknya.

"Udah satu jam kita mutar-mutar disini gak jelas. Lo sebenernya mau beli apa sih Ryu" ujar Ruby lemas membungkuk memegang lututnya.

"Aish gue pun sebenarnya masih bingung. Mau dikasih apa ya dia bagusnya" mereka menghembuskan napas lelah ngeliat tingkah sahabatnya itu.

"Jadi Lo ngajak kita kemari gak punya planning dulu" Ryujin nyengir kuda sambil ngegaruk kepalanya yang gak gatal.

"Lo beliin boneka kek atau tas, sepatu atau apalah gitu" saran Ruby. Ryujin berpikir sejenak.

"Hmm, Gue beliin sepatu aja bagus kayaknya sih"

"Yaudah tunggu apalagi ayo kita beli" Ruby narik tangan mereka lagi.

"Harus ekstra sabar kita ngajak dia keluar Ji" ucap Ryujin dibalas anggukan oleh Yeji. Ruby orangnya mah emang gak sabaran.

Baru beberapa langkah mereka keluar dari mall tiba-tiba Ruby mencengkram lengan Ryujin yang berada disebelahnya dengan kuat membuat sang empu tersentak kesakitan.

Mereka melihat Ruby membungkuk menahan sakit. Wajahnya pucat dan lemas dengan napasnya yang tersenggal-senggal.

"Ruby lo kenapa jangan bikin kita khawatir" ujar Yeji panik memegang lengan Ruby yang kehilangan keseimbangan.

Belum sempat ia menjawab, Ruby sudah pingsan dipelukan Ryujin. Kedua gadis itu membawa tubuh lemas Ruby ke rumah sakit dengan Ryujin yang sudah menangis.

"Cepetan Ji" suruh Ryujin dari bangku belakang.

"Pake macet segala lagi" kesal Yeji memukul stir mobil. Ia menyugar kasar rambutnya dan menengok kebelakang, dimana muka Ruby sudah sangat pucat.

"Gue mohon bertahan by" tangis Ryujin membelai pipi tirus itu.

Tubuh lemah Ruby dibaringkan diatas brankar rumah sakit diiringi beberapa perawat yang mendorong brankar tersebut menuju UGD.

Yeji dan Ryujin yang hendak menelpon Jennie tidak jadi saat melihat pintu putih tersebut terbuka.

"Dengan keluarga pasien" tanya wanita dengan jas putih itu.

Mereka mengangguk "kita temannya dok, teman kita gapapa kan?" Tanya Yeji.

"Kondisi teman kalian jauh dari kata baik. Dia mengidap leukimia akut dan itu sudah masuk stadium akhir" Yeji dan Ryujin menganga dan memundurkan langkahnya.

"Apa dia memiliki peluang untuk sembuh dok" dokter itu menggeleng.

"Kankernya sudah masuk tahap akhir dan tidak ada lagi harapan untuk sembuh. Dia masih bisa tetap hidup dengan menjalani kemoterapi sepanjang hidupnya tapi itu sama saja dengan menyiksanya" kedua gadis itu tak dapat lagi membendung air matanya mendengar penjelasan dari dokter tentang kondisi Ruby yang jauh dari kata baik.

"Boleh kami menjenguknya" izin Ryujin dijawab anggukan oleh dokter tersebut.

Saat memasuki ruangan Ruby pemandangan pertama yang mereka lihat adalah sahabatnya sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. banyak selang yang menempel pada tubuhnya membuat mereka memilih membuang muka ke arah lain.

"Seharusnya kau bilang padaku jika kau sedang sakit" ucap Ryujin memegang tangan kurus Ruby.

"Aku tidak bisa melihatmu terbaring lemah seperti ini by. Aku tak sanggup" Ryujin menunduk. menyembunyikan air matanya.

"Yeji-ah, eottoke? Aku tidak ingin kehilangannya" tanya Ryujin menatap Yeji dengan wajah basahnya. Yeji melamun menatap Ruby.

"Aku juga tidak ingin kehilangannya Ryu" setetes air mata lolos dari matanya namun dengan cepat ia menghapusnya.

"Ruby bangunlah, buka matamu" yang diajak berbicara tak menyahut. Mata indah itu masih setia menutup seolah enggan untuk terjaga dari mimpi indahnya.

Namun beberapa menit kemudian Ryujin merasakan tangan yang ia genggam perlahan bergerak membalas genggamannya.

Ruby membuka matanya perlahan dan melihat kedua sahabatnya menangis dengan wajah sembabnya.

"Gue ada dimana" tanyanya bingung menatap langit-langit rumah sakit.

"di rumah sakit, Ruby" jawab Yeji.

"Ah iya. Gue tadi pingsan di jalan tapi gue gak apa-apa. Sebaiknya kita pulang saja gue takut kakak gue bakal nyariin gue nanti" Ryujin dengan cepat menahan tangan Ruby yang hendak mencabut infus dan selang yang hinggap di dadanya.

"Lo sakit parah by. Leukimia akut Lo memilikinya dan itu sudah masuk stadium akhir" ujar Yeji membuat jantung Ruby berdegup kencang.

"Lo ngomong apa sih Ji gue gak mungkin memiliki penyakit mematikan seperti itu" sangkalnya belum bisa menerima kenyataan.

"Tapi memang itu kenyataanya by. Dokter sendiri yang bilang ke kita" Ryujin menyerahkan sebuah amplop berlogo rumah sakit ke tangan Ruby. Di dalamnya berisi surat tentang kondisinya. Tangan Ruby bergetar memegang surat itu, air matanya menetes mengenai surat itu saat membacanya.

"Lo harus bilangin ini ke kakak kakak Lo by" Ruby menggeleng cepat.

"Gak. Gue gak mau mereka khawatir terlebih Jennie Unnie. Gue gak mau kondisinya drop karena dengar berita ini. Setelah dia sembuh baru gue omongin ini ke mereka" mereka menghela napas kasar. Ruby lebih mementingkan kondisi kakaknya dibandingkan dirinya sendiri yang sedang berada diambang Kematian.

"Tapi kondisi Lo juga jauh dari kata baik by. Kita gak mau kehilangan Lo"

"Kalian tenang saja. Aku akan bertahan sebisa mungkin untuk tetap hidup" yakin Ruby menatap mata mereka satu-satu.





TBC

Continue Reading

You'll Also Like

21.2K 2.8K 10
"Dua hati saling bertaut dalam malam Jatuh cinta Tak pernah bisa saling memandang." - Jack Canfield *Kisah ini dibuat atas ide dari cerita Jack Canfi...
103K 10.5K 17
"si manja lili yang di posesifin momy, aunty, dan eonnie nya" jangan plagiat! Start : 200222🐥 End : 100322😼 Hanya halu, gak usah bawak ke dunia n...
27.6K 3.3K 58
Tak ada yang benar-benar tau jalan takdir hidup kita akan seperti apa,,,??? Jalani dan lakukan yang terbaik di setiap proses dalam hidup itulah yan...
STAY By Just.me05

Fanfiction

76.2K 6.4K 43
Please Just Choose to Stay . . . . Kisah seorang gadis bermarga Lee, rasa kesepian yang selalu menemaninya semasa kecil. Berjuang untuk karir yang ta...