๐—ข๐—›, ๐— ๐—ฌ ๐—ฃ๐—ฅ๐—ข๐—™๐—˜๐—ฆ๐—ฆ๐—ข๐—ฅ...

็”ฑ KIDDOKASE

26K 2.9K 682

โจณ ่ฉฑ ๏ผ› ๐˜—๐˜ˆ๐˜˜๐˜œ๐˜๐˜›๐˜– ๐˜Ÿ ๐˜Š๐˜๐˜–๐˜œ ๐˜—๐˜™๐˜–๐˜‘๐˜Œ๐˜Š๐˜›ใ…ค??! โ› โ”€โ”€โ”€ chou, hanyalah seorang profesor muda yang berkarir... ๆ›ดๅคš

01 : kejadian
02 : perjanjian [L]
03 : terjebak [L]
04 : rahasia [L]
05 : hanya alat [L]
06 : takut
08 : kabur? [L]
09 : Eruditio
10 : flashback [L]
11 : emosi
12 : pemberontakan
13 : mengadili [L]
14 : muak. [L]
15 : Pengadilan
g penting, cmn gambar 18+
# Behind The Scene
# Behind The Scene (2)

07 : Sakit [L]

1.6K 174 52
็”ฑ KIDDOKASE

ya kembali lgi dgn menyiksa Chou -auth
sial -chou

***

"nghhn!! Akhh!"

Chou meremas sprei kasur dengan kuat, ia melirik tajam kearah Paquito. Di sisi lain, Paquito masih sempatnya untuk menyalakan sebatang rokok. Ia memegang erat pinggang Chou, dan kembali bergerak.

'pria ini.. brengsek.' pikir Chou sembari memejamkan matanya erat, "sayang sekali kan, jika hal ini dilewatkan? Berhub anda tidak bisa banyak bergerak juga.." ucap Paquito sembari menatap perban di lengan kiri Chou.

Ia tersenyum miring sekilas, lalu memegang lengan Chou yang di perban. "Akh!! Sakith!" Keluh Chou, Paquito terdiam menatapnya. "Cengeng sekali ya.." ucapnya, Chou menatapnya tajam.

"C-Cengeng..?! Hanya.. orang gila... Yang memaksa seseorang bersetubuh dengannya, padahal.. jelas-jelas saya dalam keadaan terluka.." balas Chou, Paquito menatapnya datar.

"Loh, bukannya itu bagus?" Chou menaikkan satu alisnya, ia masih menatap Paquito dengan tajam. "Justru itu alasan saya menyetubuhi anda, di saat sedang terluka." Lanjutnya menyeringai kecil, Chou berdecih.

'padahal saya sudah berpikir untuk membuka hati, rupanya pria ini tetap brengsek.' pikir Chou.

Tiba-tiba Paquito menjambak rambut Chou, "akhh!!" Chou reflek terkaget lalu meringis kesakitan. "Bangun." Perintah Paquito, Chou perlahan bangun dengan terpaksa.

Chou dipaksa berlutut melainkan Paquito masih berada di belakangnya, "oh lihatlah, penis mu menganggur." Ucap Paquito dan menyekram pipi Chou.

Ia mematikan rokoknya di tempat, lalu mengambil sebuah perban bekas. "A-Apa yang ingin kau lakukan..??" Tanya Chou, Paquito meremas ujung milik Chou. "Aghh!!" Chou reflek memejamkan mata erat, ia menyekram lengan Paquito.

"Bagaimana kalau kita ikat.. disini..?"

"J-janganh- hentikan-"

Mata Chou seketika berkaca-kaca, tepat saat Paquito melilit perban bekas itu di alat kelaminnya. "Akh!" Paquito mengikat kencang, hingga membuat milik Chou berkedut kencang. "Setidaknya itu lebih baik, penis mu tidak nganggur kembali." Ucap Paquito.

Chou mendongak, memejamkan mata erat hingga mengeluarkan air mata. Paquito sibuk menciumi leher dan bahu Chou, hingga meninggalkan tanda cukup parah. 'pria.. gila..' pikir Chou, "AkghhnN! Ahh!" Kakinya kembali tersentak saat Paquito menghentakkan lebih dalam.

Tangan Paquito meraba perut Chou hingga kebawah, "saya bisa merasakan hentakan disini." Ucapnya dan kembali menghentakkan miliknya. "Ukh!" Chou mengigit bibir bawahnya, ia kembali menangis.

"..heh, apakah anda berpikir bahwa saya akan bersikap baik. Setelah anda tertembak?" Bisik Paquito, ia meremas rambut Chou. "U-ukh-" Chou meringis kesakitan, lengannya yang terluka bergetar.

"Sialan sekali ya, anda bisa-bisanya menolong pria bejad sepertinya." Lanjutnya, Paquito memaksa Chou untuk berputar badan lalu kembali menjambak rambutnya. "Akh! H-Hentikan-" mohon Chou, menyipitkan matanya sembari menatap tajam Paquito dihadapannya.

Paquito memberikan ekspresi datar, "oh, atau anda ingin menjadi pahlawan dan ditolong olehnya?" Tanyanya. Chou menggeleng, "T-Tidak- tapi.. apakah salah jika.. menolong seseorang?" Balasnya pelan. Seketika Paquito langsung triggered, ia membaringkan kasar Chou dan menekan lengannya yang terbalut perban.

"Akhh!! Sakith!!" Chou menyekram lengan Paquito untuk berhenti, di sisi lain tatapan Paquito seakan mengancam. Ia berhenti saat perban itu tampak mulai kembali memerah, Chou menangis kesakitan. "..hah.." hela nafas berat Paquito.

"Haruskah saya lakukan kekerasan dulu terhadap anda? Baru anda mau mendengarkan saya?" Tanyanya. Paquito menyentil' milik Chou lalu meremasnya, "akhgnn!!" Chou mendongak sembari memegangi lengannya sendiri.

Paquito memegang satu kaki Chou lalu mengangkatnya, ia kembali bergerak. "B-Berhenti- bergerak- akh! Lu-luka saya-" Chou mencoba mendorong badan Paquito dengan kaki satunya, ia menahan sakit.

"Justru semakin anda tidak bisa bergerak, itu menjadi keuntungan buat saya." Balas Paquito.

Mata Chou berkaca-kaca, ia menatap Paquito dengan pasrah. '..pria gila.. kenapa dia sejahat ini?' Pikir Chou menutup sebagian wajahnya, ia kembali menangis sembari menahan sakit ditubuhnya. Paquito terdiam menatapnya, lalu menghela nafas berat.

"Berhenti menangis." Paquito memberikan ekspresi kesal, lalu menjambak rambut Chou. "Akhh!!" Chou meringis kesakitan dan memegang tangan Paquito, "L-Lepashh-" mohonnya.

"Ini kesalahan anda juga kan, membantunya." Ucap Paquito menatap intimidasi kearah Chou, Chou menggeleng. "S-Saya membantunya.. karena yang anda.. lakukan tidak benar." Balasnya, Paquito menghela nafas kasar.

Ia melepaskan jambakan-nya, lalu berganti menatap lengan Chou. "Meribetkan saja." Gumamnya, Paquito mengambil hpnya lalu menelpon seseorang.

"Halo, dokter estes."

Chou masih menahan sakit dan mengatur nafasnya yang tidak kauran, ia menatap sekilas Paquito yang sibuk berbicara dengan hpnya. "Ahhn!" Chou reflek terkaget saat Paquito kembali bergerak kasar, ia menutup rapat mulutnya.

"Tidak, kali ini bukan saya yang sakit."

Paquito menatap datar ekspresi Chou, dan semakin memperdalam miliknya hingga masuk semua. Kaki Chou tersentak kaget, ia memejamkan matanya erat sampai mengeluarkan air mata.

"Tapi salah satu bawahan saya."

***

"Lukanya kembali terbuka, kondisi badannya juga melemah. Di tambah, setelah saya cek tampaknya ia mengalami demam. Apakah akhir-akhir ini ia melakukan aktifitas terlalu berat?"

Tanya dokter Estes, Paquito terdiam lalu menatap kearah Chou yang tertidur lelap. "Tidak, sama sekali tidak." Ucapnya berbohong, dokter Estes menghela nafas panjang lalu merapikan peralatan dokternya.

"Ia harus istirahat total, dan makan dengan baik. Saya takut jika ia terlalu banyak bergerak terus, kondisinya akan memparah." Saran dokter Estes, ia berdiri lalu tampak ingin kembali pulang. Tapi, tiba-tiba Paquito menahan dirinya.

Dokter Estes menatap kearah Paquito, "saya akan bayar lebih, jika anda mau mengurusnya." Ucap Paquito. "Kenapa saya? Apakah disini tidak ada pembantu??" Tanya dokter Estes, Paquito menggeleng dengan ekspresi datarnya.

"Berapa hari anda akan membayar saya?" Tanya dokter Estes.

"3 hari, setelah itu anda bisa kembali bekerja di rumah sakit." Balas Paquito.

Dokter Estes berganti pandangan kearah Chou yang masih terlelap, ia menghela nafas lalu mengangguk setuju. Paquito langsung ngangguk dan berjalan keluar kamar, "untuk 3 hari kedepan, tetaplah disini." Ucapnya.

Dokter Estes kembali duduk di kursi samping Chou, lalu mengecek suhu badannya kembali. "Dia benar-benar menyiksamu ya? Profesor." Gumamnya pelan, lalu mengusap pelan helaian rambut Chou.

Cklek

Ia reflek menengok kearah pintu kamar, Paquito dengan sebuah amplop. "Apakah ini cukup untuk 3 hari?" Tanyanya memastikan, Estes mengambilnya lalu membuka isi amplop tersebut. "Ini kelebihan." Balasnya.

Paquito mendengus, "ambil saja sisanya, anggap untuk membantu orang lain." Ucapnya. "Anda pria yang baik ya-" . "Jangan karena saya memberikan duit lebih, anda langsung berpikir seperti itu." Bantah Paquito.

"Yang saya inginkan adalah, anda merawatnya hingga sembuh total lalu pergi. Itu saja." Lanjutnya, Estes menatap Paquito lalu memegang erat amplop tersebut. "Pasti." Balasnya, Paquito mengangguk lalu keluar kamar.

Estes menaruh amplopnya kedalam tasnya, lalu kembali memandangi Chou. "Tampaknya aku harus mempersiapkan makanan dan kompres untuknya." Gumamnya, Estes langsung berdiri dan pergi keluar kamar.

***

"Apa yang kau lakukan?"

Paquito menaikkan satu alisnya, menatap curiga kearah Estes yang polosnya mengambil beberapa alat makan. "Ah, tentu saja untuk memberikan pasien anda makan. Apa lagi?" Balasnya, Paquito menghela nafas berat.

"Para koki disini sudah menyiapkannya." Ucap Paquito.

Estes sedikit ragu, "bagaimana kalau makanannya tidak baik untuknya? Biarkan saya saja yang mengurus, anda hanya ingin pasien ini cepat sembuh kan?" Sautnya. Paquito tampak berpikir, ia melipat kedua tangannya lalu berganti pandangan ke sekitar.

"Baiklah, kalau memang itu jalannya." Ucap Paquito.

Estes tersenyum simpul, lalu langsung bergegas menyiapkan bahan-bahan di dapur besar itu. Paquito berjalan keluar dapur, menuju ke kamar Chou yang berada di ujung. Perlahan, ia membuka pintu lalu menatap kearah Chou yang masih terlelap.

Paquito masuk, lalu menutupnya kembali.

Ia berjalan mendekat kearah Chou yang masih tidur, pandangannya berganti kearah meja di samping kasur. Paquito mengambil secarik kertas kecil, lalu memberikan tatapan tajam. Ia meletakkan kembali ke meja, lalu langsung keluar kamar.

Tak lama setelah itu, Estes kembali dengan makanan yang ia buat. Ia meletakkannya di meja, lalu menatap secarik kertas. "Syukurlah masih ada." Gumamnya lega, lalu duduk disamping Chou.

Estes mengambil kompres, lalu meletakkannya dengan pelan di dahi Chou.

Ia memegang tangan lawannya, lalu sekilas menatap leher dan pundak Chou yang terdapat tanda aneh. Seperti gigitan yang sangat menempel, seakan sudah dilakukan berkali-kali.

'aku penasaran, apa yang terjadi pada profesor selama ia diculik..' pikir Estes.

Estes menunggu dengan baik, sembari menjaga Chou terus. Tidak lupa menyiapkan obat dan makanan, ia sesekali mengelus tangan pria itu. Lalu tersenyum simpul..

Beberapa jam kemudian,

Chou mengerutkan keningnya, lalu membuka matanya perlahan. Ia langsung menengok kearah samping, menatap seorang dokter tampan yang sedang tertidur pulas. "..dokter.. estes?" Ucapnya pelan, tiba-tiba Estes terbangun.

"Hm..? Ah, profesor!" Balas Estes yang langsung sadar dari tidurnya.

"Apakah.. pria itu, menculikmu..?" Tanya Chou, Estes menggeleng lalu tersenyum tipis. Ia memegang erat tangan Chou, "aku disini untuk merawatmu." Balasnya. Chou terdiam, lalu membalas genggaman tangannya.

"Pria itu menelpon ku, lalu menyuruhku merawatmu selama 3 hari disini." Lanjutnya, Chou terdiam lalu berpikir. 'ah ya, aku baru ingat pria brengsek itu menelpon seseorang saat melakukan hubungan intim.' pikir Chou, ia perlahan merenggangkan otot.

"Apakah lebih baik?" Tanya Estes, Chou perlahan mengangguk lalu tersenyum tipis. "Terima kasih, kau memang dokter terbaik." Balas Chou pelan, Estes terkekeh lalu menyisir helaian rambutnya. Ia menatap Chou dalam,

"Profesor, aku tau bagaimana kau bisa pergi dari sini." Ucapnya.

Chou terdiam, lalu menatap serius kearahnya.

"Apa?"

______

To be continued

Fun fact ;
Estes adalah dokter langganan Chou semasa ia bekerja di Eruditio. sblm di culik Paquito juga.

็ปง็ปญ้˜…่ฏป

You'll Also Like

Moonlight ; Jaywon โœ” ็”ฑ cikaa

ๅŒไบบๅฐ่ฏด

18.7K 3K 7
- Amorist Project - Prompt by : @ayelysian Prompt : Jay gak pernah tau kalo pemilik akun @moonlight yang sering menampung keluhan dirinya setiap hari...
NASTY! ็”ฑ bie

ๅŒไบบๅฐ่ฏด

31.5K 3.8K 28
"Gimana hasilnya?" "Positif" "Anjing!" 5 Des 21 22 Mei 23
53K 5.4K 35
*-Genre:Bl,slice of life,drama,comedy,18+ *-Cr cover :@yto3o on Twitter ? Fanfic!!! โ€ขsukufushiโ€ข Fushiguro Megumi yang sudah menyukai kakak...
1.3K 232 7
โ 14 hari, 2 minggu lamanya, pria itu datang mengubah segala hal di dalam kehidupanku. Memberikan warna dan kenangan di dalam hidupku yang hanya berw...