Saat ini Renjun sudah boleh pulang ke rumah dan menjalani rawat jalan, sejauh ini kaki putra Jung Jaehyun itu masih dalam masa penyembuhan alhasil anak itu belum bisa bergerak banyak
Jaehyun sering dibuat bingung dalam menghadapi tingkah Renjun yang seperti anak anak,
tak jarang Renjun menangis sakit sampai sesegukan yang membuat Jaehyun harus menggendong Renjun di punggungnya dan membawa anak itu berkeliling rumah agar Renjun tidak hanya terfokus pada rasa sakitnya saja dan tidak rewel lagi
seperti sekarang, Renjun menumpukan pipinya di pundak Jaehyun..
jejak air mata masih terlihat jelas membasahi helaian bulu mata cantik itu
"apa Renjun kesakitan lagi?" Taeyong yang sedang menyiram bunga bunga menatap ke arah Jaehyun dan Renjun
Jaehyun mengangguk "padahal dia sudah minum obat, tapi ku rasa reaksinya bertahan hanya sebentar" jawab Jaehyun
"Renjun mau main air?" tanya Taeyong pada Renjun
dan mendapat gelengan pelan oleh anak semata wayang Jung Jaehyun itu
berbicara tentang kembar NoMin, tadi malam Jaehyun di sidang oleh dua bocah ingusan milik keluarga Tae
"pekerjaan rumah injun belum selesai.." sedih Renjun pada Jaehyun
itu membuat sang Ayah mengernyit
"kau ingin mengerjakan PR mu?" tanya Jaehyun
Renjun mengangguk
yang benar saja, anak aneh mana yang menyukai PR? oh tapi Renjun menyukai nya.. baiklah..
apapun untuk Renjun
Renjun dibawa ke kamar nya dan duduk di meja belajar, untuk anak seumuran nya mungkin sedikit terlambat jika ia masih belajar penjumlahan .
tapi Renjun terlalu istimewa, kita semua tahu itu .
"njun boleh pinjam ponsel daddy?" pinta nya sembari menatap saku celana sang ayah
"tentu" Jaehyun tersenyum
tidak apa jika Renjun butuh kalkulator bukan?
"apa Daddy boleh ke ruang kerja? panggil daddy jika kau butuh sesuatu.." pesan Jaehyun sebelum ia menghilang di balik pintu kamar Renjun
Renjun menatap kepergian ayahnya dengan polos, lalu ia menatap kaki nya yang masih terpasang gips
"njun tidak mau ke pantai lagi.." pelan nya
Renjun berpikir, jika ia ke pantai lagi maka kaki nya akan kembali sakit .
dan sekarang ayo kerjakan PR
"9+5=?"
Renjun mengerjap pelan melihat soal matematika nya, ia melihat ponsel sang ayah
sekarang masalahnya adalah bagaimana cara mengoperasikan kalkulator?
"sulit" Renjun mencebikkan bibirnya
lalu ia kembali menatap ponsel ayahnya, ia ingat tentang sesuatu..
tentang ucapan ibu guru yang mengatakan 'kalau kita memerlukan bantuan yang sangat penting, kita bisa menghubungi 112'
Renjun menatap soal matematika nya lamat lamat, apa ini sangat penting?
"ini sangat penting.." ujar Renjun tersenyum meraih ponsel ayahnya
dan..
menghubungi 112(nomor polisi)
tuuuuuutttttt
tuuuuuuttttt
tersambung
"selamat siang.. ada yang bisa kami bantu?" tanya orang diseberang sana
"Nee.. njun punya sesuatu yang sangat penting, njun tidak bisa melakukan nya" polos Renjun menatap ponsel yang mengeluarkan suara itu
"dimana alamat mu, dan apa hal yang membuatmu kesulitan?"
Renjun berpikir sejenak tentang alamat nya, ia tidak tahu alamat nya dimana
"rumah Daddy!" jawab Renjun apa adanya
"ya? dimana rumah daddy mu?"
"njun tidak tahu.. tapi ini rumah Jung Jaehyun.." Renjun mencoba memberi tahu lebih detail
orang diseberang sana berdehem, mereka tentu mengenal siapa itu Jung Jaehyun dan tentu tahu siapa sosok yang siang terik seperti ini menelfon pada kantor polisi
Jung Renjun..
"baiklah, sekarang katakan apa kesulitan mu Renjun?"
"njun kesulitan menjawab soal matematika" adu Renjun dengan dana yang terdengar serius, seakan ingin memberi tahu para polisi bahwa dia sedang dalam keadaan darurat
"matematika?"
"Ya.." polos Renjun
dan sekarang para polisi diseberang sana terkekeh lucu sekaligus gemas akibat ulah Jung Renjun hari ini
"ayo tanyakan pada kami, soal yang menyulitkan mu.."
"9+5=?"
"hhmm menurutmu berapa jawaban nya? kau memiliki 9 buah strawberry lalu ayahmu membelikan lagi untuk mu
5 buah strawberry.. jadi, kau memiliki berapa buah strawberry sekarang?"
Renjun hening sejenak ia mulai menghitung jari jarinya
"9-10-11-12-13-14... 14 strawberry?" tanya Renjun menatap ponsel yang ia taruh di atas meja
"ya.. kau memiliki 14 strawberry.. jadi jawaban nya adalah 14" jawab sang polisi dengan sabar
Ceklek
pintu kamar Renjun terbuka
"kau menelfon seseorang?" tanya Jaehyun masih santai
"ya.. njun menelfon 112" polos Renjun menunjuk ke arah ponsel
"m-mwo?" Jaehyun membelalak dan segera meraih ponsel nya yang ternyata masih terhubung dengan nomor polisi
"eoh! selamat siang! maafkan anakku yang menelfon polisi tanpa ada yang darurat.. sekali lagi maafkan aku.." ucap Jaehyun meminta maaf
"Nee selamat siang! tidak Tuan.. Renjun tidak merepotkan kami, dan dia tidak salah karna menurut nya ini adalah hal yang sulit" jelas polisi
"dia meminta bantuan apa?" Jaehyun kini menatap ke arah Renjun yang hanya duduk menatap nya polos
"soal matematika.."
mendengar itu Jaehyun menutup matanya tak habis pikir
"ah haha ya.. itu sepertinya sangat sulit baginya, sekali lagi maafkan aku.. dan terimakasih sudah membantunya" sesal Jaehyun tak enak hati
"sama sama.. senang bisa membantu"
setelah itu sambungan terputus, dan kini Jaehyun menghela napas menatap Renjun
ia tak bisa marah pada anak ini
"PR mu sudah selesai?" pelan Jaehyun
"Nee.. njun punya 14 strawberry"
"jadi sekarang saat nya tidur siang.." ajak Jaehyun mengangkat tubuh Renjun dari kursi dan memindahkan anak itu ke kasur
tirai sengaja Jaehyun tutup agar Renjun tidak silau, serta Jaehyun ikut merebahkan diri memeluk Renjun
menepuk pelan pantat yang seharusnya tidak lagi ditimang, tapi Renjun akan kesulitan tidur jika tidak diperlakukan seperti itu
Renjun menyamankan posisi nya di dada Jaehyun, entahlah.. aroma sang ayah memang sangat membuatnya tenang .
Renjun berpikir bahwa ia tidak perlu takut dengan apapun jika aroma ini ada didekatnya .
"cepat sembuh sayang.." Jaehyun mengecup kening Renjun
"anak ayah.." lirih Jaehyun dengan rasa yang tidak bisa diutarakan
Jaehyun harus tetap memperlakukan Renjun layaknya seorang anak.. di saat hatinya begitu mencintai Jung Renjun.
Knok
Knooookkkkkk
"RENJUNIEEEEEE!!! NANA DISINI!!!"
seketika itu juga Renjun yang sudah hampir terlelap akhirnya terbangun kembali
wajah Jaehyun menjadi berubah datar dan tak bersahabat, anak anak itu mulai berani masuk sampai depan kamar Renjun bahkan kini Jaemin sudah membuka pintu kamar Renjun sangat lebar
-_-
"hai samchon! ini kue dari ibuku" ucap Jaemin menunjuk ke arah tangan Jeno yang menenteng box kue
"Renjun ingin tidur?" pelan Jeno yang terlihat lebih peka
"Ya!" jawab Jaehyun singkat
tapi dibelakang sana Renjun menggelengkan kepala nya
"memaksa anak anak tidur siang adalah sebuah kejahatan" sindir Jaemin menerobos masuk kedalam kamar Renjun
"ah haha ini kue nya.. selamat menikmati" Jeno nyengir kuda pada Jaehyun sembari menyerahkan box kue
sedangkan Jaehyun hanya mendengus pasrah
'kapan anak anak ini dewasa sih' batin nya sembari berjalan keluar kamar
ya.. setidaknya anak anak nakal itu membawa kue coklat yang memang Jaehyun menyukai nya .
kembar NoMin duduk di sebelah Renjun menatap kaki pujaan hati mereka yang masih terlihat tidak baik baik saja
Jaemin bahkan mendekatkan matanya pada kaki Renjun
"Jaemin! jangan sentuh kakinya.." tegur Jeno
tapi terlambat, Jaemin tersenyum sambil menyentuh kaki Renjun dengan jari telunjuknya
"aku ingin patah kaki juga" celetuk Jaemin
"kenapa?" tanya Renjun polos
karna bagi Renjun patah kaki itu sangat sakit, kenapa Nana menginginkan nya?
"jangan dengarkan si aneh itu" Jeno menutup kedua telinga Renjun saat Jaemin akan menjawab pertanyaan nya
"apa salah nya patah kaki.." gumam Jaemin duduk di pinggir kasur
Duukkk
"AWWWWWW!!!!!"
Jeno menendang tulang kering Jaemin
"apa yang kau lakukan? dasar batu! ah kaki ku sakit sekali" Jaemin memegangi kaki nya
"itu bahkan belum patah" singkat Jeno
"y..ya.. kalau begitu aku pura pura patah saja supaya tidak sakit"
"apa itu sangat sakit Nana? apa sangat darurat?" Renjun menatap khawatir pada Jaemin
"Ya.. lihatlah!! ini sangat sakit dan darurat.." manja Jaemin pada Renjun
"nana membawa ponsel?" Renjun menatap polos pada Jaemin
"tentu, ini dia" Jaemin menyerahkan ponsel nya pada Renjun
apapun untuk pujaan hati pikirnya
Renjun menekan sesuatu disana, hingga..
"selamat siang! ada yang bisa kami bantu?" tanya orang diseberang sana
"kaki nana sakit dan darurat" adu Renjun
Jeno Jaemin mengernyit, Renjun menelfon siapa?
"kau berbicara dengan siapa?" tanya Jaemin penasaran
"ummm 112.." jawab Renjun
"WHAATTTTT????????"
***
masih ada yang nungguin ga?