Enchanted

By plxntmxrs

985 124 212

ON GOING 15+ Haluan kedua DaraUpan✨ . . . "Saat pertama kali bertemu pandang denganmu, aku sudah terpesona. S... More

P R O L O G U E
O N E
T W O
T H R E E
F O U R
F I V E
S I X
S E V E N
E I G H T
N I N E
T E N
A N O T H E R
E L E V A N
T W E L V E
T H I R T E E N
F O U R T E E N
S I X T E E N
S E V E N T E E N
E I G H T T E E N
N I N E T E E N
T W E N T Y
T W E N T Y O N E
T W E N T Y T W O

F I F T E E N

22 4 0
By plxntmxrs

"Wah, cantiknya kamu ini. Masih mondok, ya?"

"Iya, Tante. Tahun depan rencana mau masuk SMK."

"Bagus, ya? Coba kamu ikutin kakak sepupu kamu ini, Kana. Lebih bagus pendidikan kamu."

Yaya menundukkan kepalanya dengan tangan yang meremas kuat kulot coklat yang ia kenakan. Hatinya terasa ditusuk, matanya memanas ketika Ibunya kembali 'membandingkan' dirinya dengan sepupu yang bahkan tidak ia kenali.

"Coba aja kamu pakai hijab kayak sepupu kamu, Kana. Bukan maksudnya Umi bandingin kamu, cuma, kayak begitu buat apa coba?"

"Tuh, lihat. Adek sepupu kamu aja bisa menang ikut lomba puisi, masa kamu kalah sama anak kecil?"

"Kamu pikir dong, Dek! SMP itu gak guna, tau gak?! Mending masuk pesantren kayak abangmu itu!"

"Buat apa kamu jadi koki? Lebih baik jadi ustadzah atau guru, lebih berguna untuk diri dan orang lain!"

"Masak itu udah jadi kewajiban untuk perempuan, kamu juga bakal jadi koki di keluarga kamu nanti, gak usah yang aneh-aneh, deh."

"Kana, kamu ini gimana, sih?! Piring kenapa gak kamu cuci? Gimana kamu pas udah berkeluarga nanti? Kamu juga bakal cuci piring buat keluarga kamu, emang mau suami kamu yang cuciin nanti?!"

"Untuk apa kamu ikut exkul cheers? Gak berguna! Cuma umbar aurat doang bisanya! Mau jadi jalang, ya, kamu? Mau umbar-umbar aurat kayak gitu?"

Yaya menutup telinganya rapat-rapat. Berbagai ucapan dari kedua orang tuanya terngiang seakan ingin menghantui dirinya. Keringat membasahi pelipisnya, jantungnya berdetak kencang yang membuat napasnya tersengal-sengal dan sekujur tubuh yang bergetar hebat.

Kalau bisa, Yaya ingin kabur dari kehidupannya. Ia cukup tertekan, tidak, sangat tertekan. Menjadi anak perempuan satu-satunya membuatnya harus menanggung harapan besar dari kedua orangtuanya yang sangat menginginkan anak perempuan.

Hal yang tidak ia sukai adalah rumahnya sendiri. Terlebih lagi di saat orangtuanya sedang berkumpul di rumah.

"Aku gak main di belakang, Khansa! Kamu cek kantor aku sekarang!"

"Gak usah pura-pura, Mas! Aku punya saksi matanya!"

Yaya hanya dapat berdiam diri di kamar, sementara lantai satu sedang menjadi panggung bagi mereka berdua.

Yaya tidak tahu apa yang harus ia lakukan, selain memeluk lutut sembari menyumpal kedua telinganya dengan lagu kesukaannya.

Ingin sekali ia lari, ingin sekali ia lari keluar untuk menghentikan mereka. Tapi, ia tidak berani melakukan itu.

Terkadang Yaya iri dengan sahabatnya, Adara, yang bisa bebas begitu saja, bagai kupu-kupu dengan sayap indah yang dapat terbang ke mana pun.

Sedangkan Yaya, bagai anjing peliharaan yang harus menuruti apa perkataan tuannya.

Yaya selalu ingin menjadi Adara. Adara yang bisa menjadi diri sendiri, Adara yang hampir sempurna, Adara yang tidak pernah memiliki masalah, Adara yang dapat dekat dengan keluarganya, Adara yang santai dengan masa depannya--atau bahkan tidak peduli--, dan Adara yang dapat mengungkapkan perasaan serta tidak tertutup pada semua orang.

"Kayaknya jadi lo enak juga, Ya."

Yaya menggeleng keras ketika mengingat ucapan Ying padanya saat di sekolah tadi.

"Gue rasa, lo salah besar, Ying."

.
.
.

Yaya's POV

"Wah, Kanaya pinter banget masaknya!"

"Panggil Yaya aja, Shiel. Itu kepanjangan."

"Yaudah, panggil gue begitu juga, ya! Kepanjangan juga!"

Saat itu, di hari pertama aku masuk ke klub memasak, kali pertama aku ikut extrakulikuler di kelas satu SMP ini, aku bertemu dengan teman sepantaranku yang sama sukanya dengan hal memasak.

Namanya Shielda, dari keluarga Rajendra, yang kebetulan pendiri langsung dari sekolah besar ini.

"Yaya, gue pulang dulu, ya, kakak gue udah jemput!"

Aku mengangguk tanpa menoleh padanya karena sedang sibuk dengan percobaan biskuitku untuk yang ke-37 ini.

"Hati-hati!"

Aku dapat mendengar suara tegas dari luar ruangan, kemudian itu disambut dengan Shielda yang mendecakkan lidahnya.

"Semangat buat biskuitnya, ya! Jangan ditambah bawang lagi, lho!" pesan Shielda, "Dadah!"

Aku menghela napas, lalu kembali menoleh pada resep yang diberikan oleh Shielda.

"Masukkan perasa pandan, lalu aduk kembali hingga merata." Iris coklatku bergulir ke arah meja yang ada di belakang, mencari perasa pandan, namun tidak ada.

Aku menghela napas, "Males banget balik ke penyimpanan. Mana udah hampir ashar." lirihku dengan menoleh pada jam dinding.

Mataku tak sengaja melirik daun bawang yang tak jauh dari tempatku, aku meletakkan tangan kanan di daguku, membentuk pose berpikir.

"Ganti daun bawang aja apa? Tapi kata Shiel, gak boleh tambah bawang lagi."

Aku meraih daun bawang itu, lalu menatapnya dengan lekat.

"Pake aja, deh. Biar Dara aja yang jadi percobaan nanti."

Saat aku hendak memotong daun bawang yang kuambil, seseorang menahan tanganku. Itu membuatku heran dan menoleh pada si pemilik tangan.

Aku terhentak, "Shiel? Ngapain masih di sini?"

Aku cukup terkejut, di hadapanku terdapat Shielda dengan wajah datarnya. Atau mungkin.. bukan Shielda? Tetapi, wajahnya sangat mirip. Terlebih lagi dengan tanda bulat di bawah matanya.

Shielda menatapku dengan tajam, "Apa gue terlihat seperti perempuan?"

"Tapi.. wajah--"

"Gue kembarannya, Shiel gak pernah ngomong?"

Spontan aku menggeleng, membuatnya mendengus kesal dan lalu menarik kembali tangannya.

"Jangan pake daun bawang, lo pikir bisa seenaknya diganti gitu?"

"Eh, bukannya sama-sama daun, ya?"

"Bego, lo balik aja ke kelas empat sana!"

Hatiku sedikit sakit mendengar cemoohnya. Namun, aku sedikit senang ketika ia memberikan sebuah botol perasa pandan padaku.

"Pake itu."

Dia perlahan ingin pergi, tapi aku langsung mencegahnya.

"Tunggu! Darimana lo tau gue butuh ini?"

Dia diam selama beberapa saat, sebelum kemudian menjawab dengan membawa sertakan nama Shielda.

"Shiel yang suruh. Dia mager balik."

Perasaan, Shiel jarang mager, deh. Dia bukan kayak Vara yang suka kencan sama kasur. batinku heran. Namun aku semakin heran dengan perkataan selanjutnya.

"Sai. VII B."

Setelah itu dia pergi, tanpa menoleh sedikitpun padaku.

Aku memiringkan kepalaku karena bingung, "Padahal gue gak nanya nama, deh."

Aku kembali beralih pada perasa pandan yang aku pegang, tanpa sadar, aku tersenyum tulus.

.
.
.

"Sai? Gue tau, sih. Itu anak tembok, circle-nya si Hali sama Ice."

"Itu yang sempat lo taksir bukan, sih, El?"

"Enak aja! Yang gue taksir itu, Sai dari Naruto!"

"Pucet-pucet mayat itu?"

"Anjing lo, ya?"

"Eh, udah. Jangan berantem gitu." Aku segera melerai Ying dan Vara yang hampir bertengkar, lalu menatap Ying dengan lekat.

"Semalem waktu gue lagi di klub, gue lagi buat biskuit--"

"BISKUIT?!" Tiba-tiba mereka berdua menjerit. Bukan hanya itu, beberapa murid di kelasku sedikit menjauh dari kami.

"Kenapa?" tanyaku sedikit murung.

"Emm.. ng-nggak, 'kok! Iya, 'kan, El?"

"H-hahahah, gak papa, Ya. C-cuma agak t-trauma aja, terakhir kali kita berdua coba bikin biskuit, Ya, oven hampir meledak karena Ying."

"Heh! Fitnah lo, ya!"

"Eh, udah!" Aku menghela napas pelan, "gue lanjut, ya?"

Mereka berdua mengangguk, aku pun kembali fokus pada ceritaku.

"pas itu, gue lagi butuh rasa pandan, di klub gak ada, dan gue males ke penyimpanan, gue mau pake daun bawang aja tadinya buat pengganti, tiba-tiba dia dateng, nyodorin perasa pandan ke gue, abis itu pergi pas udah nyebut nama dan kelas."

Mereka berdua mengangguk, lalu Vara membisikkan sesuatu pada Ying yang kemudian menganggukkan kepalanya.

"Dia kebetulan di situ kali, Ya."

Aku menggeleng, "Nggak, abis temen gue keluar, udah gak ada orang lagi di situ!"

"Mungkin beneran dari temen lo itu, Ya."

Aku hendak membantah, namun mulutku terasa tak dapat digerakkan.

Entahlah, aku yakin, itu bukan hanya sebuah kebetulan.

Atau mungkin.. itu benar?

"Btw, Dara mana, dah?" Ying mengubah topik, ia memandang Vara dengan penuh tanya. Tetapi Vara malah menundukkan kepalanya.

"Dia.. karate."

... Tanpa dijelaskan lebih lanjut pun, kami berdua paham maksud Vara.

Yaya's POV -End-

.
.
.

OMAKE

"IH, BENSIN ANJING! LEPASIN, TOLOL!"

"LO JUGA LEPASIN GUE, BEGO! GUE HAMPIR KECEKEK INI, OHOK, OHOK!"

"LEPASIN KAKI GUE DULU, BANGSAT!"

Ya, benar. Tak perlu dijelaskan lagi, bukan?

===

1215 kata
HEYYO~

Maaf php! Tadinya terakhir aku bilang mau update langsung di chapter lalu, eh, malah sempat sekarang

Ini waktunya lagi di masa-masa Yaya dan teman-temannya masih di kelas 7, awal-awal mereka masuk SMP. Flashback ini khusus buat chapter ini aja, mungkin ke depan bakal dibahas dikit-dikit.

Karakter baru!!
1. Reinal Sainstro Rajendra
5. Shielda Andrea Rajendra

Buset, pasti emaknya pecinta sains.

Tabhita's Family!!
1. Abi Yunathan Tabhita
2. Khansa Liyaneta Tabhita
3. Ali Lintang Putra Tabhita
4. Kanaya Yaletha Tabhita

Kana itu nama panggilannya di keluarga. Tapi kalo di luar rumah, Yaya sama sekali gak suka kalo dia dipanggil begitu.

Ada yang seperti Yaya? :))

Sabar ya. Awoakowk, saya ga bisa ngasih motivasi lebih, maaf😥

Orang tua gak semuanya suka ngebandingin anak gitu sih, tapi hampir semua. Sadar ataupun nggak, kebanyakan begitu. Aku juga sering denger temen aku curhat dan beberapa fyp di tiktok yang ngebahas soal orang tua yang suka bandingin anak, entah itu nilai, sifat, penampilan, semuanya!

Pengalaman pribadi, aku pernah dibandingin sama emakku kalo masalah nilai dan pelajaran

Dibandingin sama Mr. Bean, Einstein, Isaac Newton.

Dikira otakku ini apa kali..

Dan lagi.. tentang penerapan terhadap tugas perempuan itu, kadang bikin aku kesel.

Apa perempuan cuma boleh di cuci piring? Nggak kan? Itu basic, dasar kehidupan gitu. Dan, apa-apa pasti dikaitin sama masa depan, salah dikit dikaitin sama masa depan, ngeselin banget.

Oh ya, mau ngasih tau. Mungkin ke depannya, waktu bakal aku jadiin cepet, jadi untuk supaya cepat selesai juga ini book, yeay~

Baiklah, see klen in next chap!!

Neptunus, 19 May 2022

Continue Reading

You'll Also Like

71.3K 7K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
44.1K 6.1K 37
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
166K 14K 25
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
235K 35.3K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...