Hi guys, Kanar update lagi nih...
tunggu kebangkitan Heaven di novel yang akan po hari ini..
10k vote.. 10komen update extra part.
....
"Sakit, Ma..."
"Iya, Nak, kuat ya sayang." Suara elena bergetar bersamaan dengan air mata yang tidak berhenti mengalir. Anak semata wayangnya tengah kesakitan, harapan satu satu hidupnya diambang jalan. Elena hampir tidak kuat menahannya.
"Kamu harapan mama paling besar, sayang, harus kuat ya, harus sehat demi kita semua." Lagi lagi Elena meyakinkan sang anak, meski kecil kemungkinan dia tidak menyerah.
Sedetik berlalu Heaven kembali membuka bibirnya. "Mu..tia.. Ma.."
"Ada sayang, Mutia menunggu kamu diluar," lirih sang mama, tangan gemetarnya mengelus pucuk kepala Heaven yang berbalut perban. Dia menatap luka anaknya, sebagian tubuhnya di balut perban dengan terlihat rembesan berwarna didada. Jantungnya mencelos seketika.
"Dia selalu nungguin kamu."
"Sehat ya Nak, mama mohon, sehat sayang." Elena lagi lagi menangis kuat.
"Ssttt, mama jang..an nangis."
"Mama nggak nangis kok, mama cuma pengen Kak Heaven cepet sehat. Mama pengen bikinin susu kamu, mama pengen dianterin pengajian sama kamu,
mama pengen masakin kamu pasta kesukaan kamu," racau Elena asal. Kalau bisa dijelaskan siapa yang paling hancur disini, Elena lah orangnya. Sebagai ibu, melihat sang anak sedang bertaruh nyawa siapa yang tidak takut.
Elena ingin berhenti menangis, sayangnya sia sia. Dia menunduk pelan mendekati telinga Heaven. "Kamu satu satunya harapan mama, satu satunya harta yang mama punya. Kuat ya nak, kamu harus bertahan."
Heaven hanya mengangguk, air matanya juga mengalir sama dengan ibunya. Selanjutnya terlihat senyum kecil di bibirnya. "Kalo Heaven pulang, sedihnya sebentar aja ma.."
Elena semakin tak kuasa menahan tangis, ia menegakan tubuhnya dan melangkah menjauhi brangkar yang Heaven tempati.
•Heaven•
"Lo..ve you."
"Love you to," balas Mutia sembari menyeka air mata Heaven, dia tahu rasa sakit yang rasakan Heaven. Heaven belum pernah terlihat menitikan air matanya.
Bersamaan dengan patient monitor yang berbunyi teratur di ruang ICU, Mutia menggenggam tangan Heaven yang perlahan mulai dingin.
"Banyak janji yang kita sama sama belum tepatin, Kak," gumam Mutia sangat lirih. Terkadang ia melirik angka dimonitor yang perlahan menurun, napas Mutia serasa berhenti. Mutia kembali bernyanyi pelan sesuai dengan permintaan Heaven.
Badai Tuan telah berlalu
Salahkah ku menuntut mesra?
Tiap pagi menjelang
Kau di sampingku
Ku aman ada bersamamu
Selamanya
Sampai kita tua
Sampai jadi debu
Ku di liang yang satu
Ku di sebelahmu
"Kak, Heaven?"
"Kak Heaven?"
Mutia seketika panik saat bunyi monitor berubah, irama yang awalnya teratur tiba tiba menunjukan garis lurus. Perempuan yang tengah hamil tua itu tergopoh gopoh menekan tombol emergency call yang berada di samping bed.
"Kak, kak Heaven!"
"Bangun Kak, bangun!" Teriakan Mutia seketika menggema di ruangan itu, sedangkan dari pintu terlihat beberapa orang berseragam putih datang dengan tergesa.
Mutia ditarik mundur oleh beberapa perawat. Kemudian mereka bersiap melakukan resusitasi.
"Kak Heaven nggak boleh ninggalin aku!!!" Teriak Mutia kalap, dia menatap dengan pandangan kosong, melihat Heaven sedang ditangani pandangannya mulai kabur, rasanya dunia semakin jauh meninggalkannya sendirian. Sepersekian detik kemudian, kesadarannya mulai mengghilang sebelum akhirnya ditangkap oleh seseorang.
Dokter berhenti melakukan tindakan, Bastian dan Elena langsung menatap dengan tatapan kecewa, keduanya mendekati ranjang sang anak dengan tergesa gesa. Melihat tidak ada harapan membuat Bastian langsung menarik pelan pundak sang anak.
"Bangun Heaven!" Bentak Bastian frustasi. "Bangun, bangun kata papa, bangun!" Sang anak tidak merespon, dia semakin gemetaran, "Bangun, temani papa nak,"
Elena sudah tidak sadar, begitupun Fetty.
Disampingnya ada Ciko dan Arnold yang tengah menatap Heaven tidak percaya.
"Bangun, Lo mesti bangun Heav!" Seru Arnold marah. "Lo ngga boleh seenaknya ninggalin kita gitu aja, mana yang dibilang lo setia kawan. mana. bangun Lo. bangun!!"
Ciko menyegah sahabatnya, ia langsung menarik pundak Arnold yang membabi buta.
"Temen gue ngga mati, anjing!" Giliran Shaka, "Lo ngga boleh ngomong kayak gitu. Temen gue masih hidup. Lo ngapain diem aja, cepetan bantuin temen gue, dia butuh oksigen!" Shaka menarik kerah baju dokter laki laki itu.
Pagi itu, pukul 5.30 cahaya perlahan masuk kedalam ruangan, embun embun mulai mengalir ketanah. Pagi itu, Heaven Higher Favian, dinyatakan telah tiada.
"Catat waktu kematiannya," seorang dokter bersuara.
"Waktu kematian 5.30," ucap perawat yang akan melepas seluruh alat yang menempel di tubuh cowok itu.
End.
"Selamat berpulang, Kak. Janji mu, cinta mu abadi di sini. Hati yang aku bawa juga sampai mati."
Mutia..
"Selamat berpulang, Heav. Sahabat yang paling ngertiin gue."
Fetty
"Selamat berpulang, Heav. Lo selamanya jadi leader kami.
-Arnold
"Selamat berpulang, Heav. Sahabat paling jahat yang ninggalin sahabatnya.
Mau gimanapun, gue ga bakal lupain Lo.
Shaka.
"Selamat berpulang, Heav. Apapun alasanya. Gue ga bisa lupakan Lo.
Ciko
..
Selamat berpulang anak mama, satu satunya harapan mama. Satu satunya impian mama, cinta dan kasih mama tidak akan berhenti, selamanya.
Mama elena.
....
TUNGGU KEBANGKITAN MAS HEAVEN DI NOVEL
...
Heaven versi novel beda 85%
Hi semuanya, terimakasih sudah membaca Heaven sampai di episode terakhir.
Hari ini Heaven PO.
untuk yang penasaran dan ingin membeli paket Heaven hanya tersedia di shopee blackswan ya guys.
Oh iya, jangan lupa untuk pembelian 1jam pertama untuk semua paket diblackswan mendapatkan jimat Mutia (kalung)
...