Mas Reyhan

By Dimel_10

67K 5.1K 172

Namanya Reyhan Adiutama Perkasa. Mas Reyhan. Perkasa. Sangat cocok dengan orangnya yang memang perkasa. Dia s... More

1. Pertemuan kedua
2. Mas seram
3. Bertamu
4. Kesal
5. Mak! Aku baper!
6. Ha?
7. Kok, gitu?
8. Ngomong apa sih?
9. Keyra centil? No!
10. Banting teruuussss!!!
11. Yakin?
12. Tanggung jawab, kok
13. Mas Reyhan kenapa?
15. Saksikanlah, hahahaha!!
16. Mas Reyhan udah punya pacar?
17. Kawin aja, yuk!
18. Ini lamaran?
19. Keluarga Besar
20. Masalah Maira
21. Sah, kan?

14. Pindah?

2.7K 220 13
By Dimel_10

Maaf banget buat kalian ya teman-teman, yang udah pernah baca BAB  14 sebelumnya. Kenapa Bab 14 nya aku ganti? Karena aku ngerasa Bab yang sebelumnya itu terlalu cepat gitu. Kalau di perkirakan tamatnya nggak sampe Bab 20. Makanya aku ganti.

Tapi kalian jangan khawatir kalau Bab yang ini nggak seru, karena kalau menurutku ya Bab ini bakal lebih seru dari pada Bab sebelumnya.

Dan aku juga mau minta maaf sekali lagi buat kalian yang selalu ikutin cerita aku, kalau aku Update ceritanya lama.

Untuk Bab 15, kemungkinan (tapi aku nggak janji) bakal Update dua hari lagi, karena aku lagi proses menulis Bab 15.

Happy reading!!!

🏠🏠🏠🏠🏠

Aku memberikan helm kepada Abang ojol sambil mengucapkan terimakasih. Hari ini aku punya agenda untuk datang ke tempat Mbak Siti  saat weekend, dia mau curhat ala-ala perempuan gitu.

Pas aku masuk ke dalam, ini aku nggak ngetuk pintu karena udah di chat sama Mbak Siti buat langsung masuk aja, Mbak Siti lagi asik makan cemilan sambil nonton tv. Aku sampai ngelus dada ngelihat kelakuannya. Waktu aku duduk di samping dia, dia pun malah nyuruh aku bikin minum sendiri, mager katanya. Ih, sebel banget aku lihatnya.

Emang ya kalau bertamu di rumah Mbak Siti tamu nggak ada harga dirinya sama dia. Tamu kan raja ya, ya harus di layanin dong. Untung aja aku anak baik dan tidak sombong, jadi nggak masalah kalau harus bikin minum sendiri.

Ngomong-ngomong, sebenarnya aku agak was-was nih kalau bertamu di rumah Mbak Siti, takut adeknya yang agak genit itu dateng. Bukannya aku pede ya bakal di godain sama dia, tapi sebelumnya aku udah pernah cerita kan kalau setiap ketemu aku adeknya selalu natap aku genit, nggak tau maksudnya apa. Bikin aku males kalau harus ketemu sama dia.

Nah, abis bikin minum sambil celingak-celinguk memastikan nggak ada adeknya Mbak Siti, aku langsung duduk lagi di samping Mbak Siti.

"Mau curhat, apa?" Kata Mbak Siti langsung. Udah tau dia kalau aku dateng ke sini mau curhat. Setelah di tanyain kayak gitu aku ceritain lah sama Mbak Siti tentang kejadian yang lalu, waktu aku di kurung sama mas Reyhan di ruangannya. Si Mbak Siti cuma ngangguk-ngangguk doang sambil mulutnya tetap ngunyah. Dengan mulut yang masih penuh Mbak Siti berkata, "Mungkin mas Reyhan suka kali ya sama Lo?"

"Kayaknya mustahil sih."

"Kenapa gitu?"

Aku memeluk kedua kaki ku sambil memandang minuman dingin yang ku buat dengan pandangan menerawang, "Soalnya kalau lagi ketemu itu Mas Reyhan mukanya kayak lagi mau makan orang, serem!"

"Ya mungkin dia kayak gitu karena mau caper sama Lo kali.

"Soalnya kalau ketemu sama gue mukanya biasa-biasa aja, nggak galak kayak yang Lo ceritain." Lanjutnya.

"Iya kali ya."

Ada benarnya juga yang di bilang sama Mbak Siti, Mas Reyhan galaknya cuma sama aku doang sedangkan sama yang lain dia biasa aja. Sebelumnya aku berfikir kalau Mas Reyhan nggak suka sama aku, atau bisa di bilang benci gitu. Tapi setelah denger kata Mbak Siti aku jadi berfikir kalau tingkah Mas Reyhan selama ini persis kayak anak SD kalau lagi suka sama seseorang.

Aku jadi membayangkan kalau aku jadian sama Mas Reyhan, aku yang biasanya jadi Dominant dalam hubungan bakal langsung jadi submissive kalau sama Mas Reyhan. Karena udah kelihatan banget kalau Mas Reyhan itu tipe cowok yang nggak mau di atur sama pasangannya. Terus aku bakal sering-sering di elusin kepalanya, di manjain gitu. Ih, kok aku jadi deg-degan ya bayangin hal kayak gitu.

"Eh, pipi Lo merah!" Aku dengan spontan menyentuh pipinya yang memang terasa hangat. Kok bisa merah ya?

"Rumah Lo panas, makanya merah muka gue." Elak ku sambil mengipasi wajah.

Mbak Siti kelihatan nggak percaya karena nggak jauh dari kami ada AC yang terpasang. Aku yang takut ketahuan lagi bayangin Mas Reyhan akhirnya berdiri, "Eh, gue balik dulu ya! Udah jam segini, bye!" Dengan secepat kilat aku pergi dari rumah Mbak Siti, bisa malu aku kalau ketahuan.

🏠🏠🏠🏠

Karena sudah terlanjur malu, aku pulang ke kontrakanku. Sebel banget sumpah sama pipiku yang memerah cuma gara-gara bayangin Mas Reyhan jadi pasangan aku. Nggak ngerti lagi aku tuh sama pipiku. Suka nggak bisa di ajak kerja sama dia. Rasanya aku nggak mau ketemu sama siapa-siapa dulu saking keselnya. Padahal rumah Mbak Siti tuh jauh loh, aku bela-belain dateng kesana mau curhat, eh malah berantakan.

Tapi pas sampai di kontrakan aku malah ketemu sama Maira, lagi berdiri di depan mobil Mas Reyhan sambil bawa tas besar gitu.

Mau kemana, ya?

Jiwa kepo ku langsung meronta-ronta ngelihatnya. Karena rasa kepoku yang nggak tertahankan, aku pun pergi nyamperin Maira yang lagi main Handphone. Aku mencolek lengan Maira agar dia sadar aku di dekatnya. Maira kelihatan sedikit kaget dan langsung melihat ke arahku. Matanya terlihat menyipit saat tersenyum.

Aku menunjuk tas besarnya dengan dagu, kode bertanya tanpa mengeluarkan suara. Kalian boleh coba loh kalau mau. Maira yang ngerti dunia perkode-kodean pun menjawab, "Mas Reyhan mau pindah kerumahnya Key."

Aku membelalakkan mataku, "Kenapa? Kok tiba-tiba mau pindah?"

"Nggak tau. Katanya sih takut khilaf kalau lama-lama tinggal di sini."

Aku mengangguk kan kepalaku tanda mengerti. Mungkin Mas Reyhan takut khilaf sama tetangga baru sebelah kali ya. Janda soalnya, bohay lagi. Kan ada yang bilang tuh kalau janda lebih menggoda. Padahal mah perawan kayak kita ini lebih asyik ya kan. Nggak nyangka aku tuh sama Mas Reyhan, ternyata type nya yang kayak gitu. Mundur alon-alon lah kalau gitu aku-nya.

"Kamu pasti lagi mikir yang nggak-nggak ya?" Mas Reyhan yang baru keluar dari rumah kontrakan nya, berdiri di samping Maira sambil menunjuk ku galak.

"Ih, nggak ya! Fitnah!"

"Dari muka kamu udah kelihatan."

Aku hanya memberengut kesal karena tebakannya yang seratus persen benar. Maira tampak tertawa melihat perseteruan kami berdua. Ya, mau gimana lagi, kalau ketemu Mas Reyhan tanpa berantem itu kayak goreng telur tapi nggak di kasih micin, kurang sedap.

Maira mengelus lenganku lembut, "Ya udah kita jalan dulu ya, Keyra." Pamitnya.

Aku mengangguk, tersenyum menatapnya yang sudah masuk kedalam mobil terlebih dahulu. Tinggal lah aku dan Mas Reyhan yang masih belum masuk ke dalam mobil. Aku mengangkat alisku, menatapnya yang menatapku balik dengan wajah datar.

"Kenapa lihatin aku kayak gitu?"

Mas Reyhan hanya berdeham, mengalihkan pandangannya sambil mengusap rambutnya. Sedetik kemudian ia kembali menatapku,

"Kamu kalau ada apa-apa langsung telepon aku!"

Aku mengernyit mendengar nada suaranya yang memerintah, "Ngapain aku harus telepon, Mas?"

"Ya, karena nggak ada yang jagain kamu di sini."

Aku mengangguk mengerti, "Okey."

"Kalau bisa pulangnya jangan sampai di anterin sama temen cowok kamu."

Aku hanya mengangguk saja, tidak berniat memulai perdebatan. "Ya udah, aku berangkat."

Sekali lagi aku mengangguk. Mas Reyhan masuk ke dalam mobil dan melesat pergi. Aku berjalan ke depan gerbang sambil melambaikan tangan ke arah mobil mereka. Setelah mobilnya tidak terlihat lagi, aku menghela nafas dan masuk ke dalam kontrakanku. Menutup pintu dan seketika rasa sepi menyambutku.

Belum lama Mas Reyhan pergi, tapi aku udah ngerasa sepi. Padahal kalau Mas Reyhan tinggal di sebelah juga nggak pernah meramaikan. Cuma entah kenapa aku agak sedih Mas Reyhan pindah. Nggak akan ada yang ngerecokin aku lagi tiap hari, natap aku galak setiap bertatap muka sama dia, juga gak ada orang yang nyambut aku setiap pulang kerja dengan omongannya yang pedasnya nauzubillah.

🏠🏠🏠🏠

Sudah beberapa hari berlalu setelah Mas Reyhan pindah. Aku jadi makin malas buat pulang, lebih sering ambil lembur di kantor. Kalau di Kontrakan rasanya sepi banget, aku jadi sering ke inget Mas Reyhan kalau suasana nya sepi. Kalaupun nggak ada kerjaan buat lembur, aku biasanya main ke tempat Rasi. Karena kalau ke tempat Mbak Siti ada adiknya. Sekalian aku mau cuci mata ngelihat Pak Arash yang makin hari makin ganteng. Coba aja kalau Pak Arash punya adek, udah aku deketin tuh. Tapi sebelum dateng Mas Reyhan ya.

By the Way, Rasi udah pakai hijab loh. Mukanya yang mungil itu cocok banget di pakein hijab kayak sekarang, makin cantik. Ada sedikit perasaan iri sih ngelihat Rasi sekarang udah berhijab. Aku juga pengen, tapi entah kenapa aku nggak bisa. Setiap aku mau pake hijab, pasti ada aja godaan buat lepasin lagi. Kayaknya aku butuh seseorang deh buat bimbing aku untuk pake hijab. Tau sendiri kan kalau keluarga aku bukan orang yang taat dengan Agama. Aku butuh sosok yang bisa menguatkan aku untuk berhijab, kayak Mas Reyhan contoh nya?

Eh, ini rahasia ya. Aku baru cerita ini sama kalian aja, belum ada aku ceritain sama Rasi atau Mbak Siti. Setelah beberapa jam Mas Reyhan pergi, aku tiba-tiba mikir kalau aku kayaknya suka sama Mas Reyhan. Setiap hari ketemu sama dia dan di perhatikan sama dia yang walaupun di bumbui sama muka galaknya itu, bikin aku jadi ngerasa nyaman. Jadi pas dia nggak ada kayak ada yang kosong gitu. Aku ngerasa nggak semangat. Makanya aku selalu menyibukkan diri setelah dia pergi.

Pesan yang selalu di kirim sama Mas Reyhan pun selalu ku balas dengan cepat. Tapi udah beberapa hari ini Mas Reyhan nggak ada kirim pesan lagi, aku jadi makin galau.

"Kenapa muka Lo lesu banget?" Rasi mengulurkan minuman dingin yang kuterima dengan senyuman tipis.

"Nggak apa-apa."

Aku meminum minuman dingin itu, merasakan kenikmatan saat airnya mengalir ke tenggorokan ku. Mood ku jadi sedikit membaik karenanya.

Rasi juga ikut meminum minumannya setelah itu meletakkannya ke atas meja dan kembali menatapku. "Pasti Lo lagi galau-in Mas Reyhan?" Tebaknya.

Aku berjengit kaget, "Kok tau?"

Rasi memainkan sebelah alisnya, tanda dia membanggakan dirinya sendiri. "Apa sih yang nggak gue tau?!"

"Iya deh, Lo kan serba tau."

"Gue tau dari Mas Arash kalau Mas Reyhan udah pindah, terus semenjak Mas Reyhan pindah katanya Lo jadi sering ambil jam lembur."

"Gue tau Lo Key, Lo bukan type orang yang mau repot-repot ambil lembur padahal Deadline nya masih lama." Lanjut nya.

Aku mengangguk. Memang nggak ada yang lebih tau aku selain Rasi. Walaupun aku juga berteman dekat dengan Mbak Siti, tapi tidak selama aku berteman dengan Rasi. Kami sudah mengenal satu sama lain lumayan lama. "Gue baru sadar pas udah dia pergi." Ucapku lemah.

"Ya elah Key, dia kan nggak pergi jauh.  Masih bisa kali Lo deketin dia."

"Tapi kan cewek cantik banyak di sekitar dia, pasti dia udah kepincut lah sama yang lain." Keluh ku. Bukannya mau pesimis, aku cuma nggak mau sakit hati pas tau kalau dia udah pindah hati gara-gara kita jarang ketemu. Kita udah nggak kayak dulu lagi yang tinggalnya deketan. Jarak rumahnya sama Kontrakan itu lumayan jauh, dan aku malu kalau harus nyamperin dia kesana.

"Terus? Lo mau nyerah gitu aja? Lo dateng dong samperin dia, pepet dia sampai dia nggak punya cela buat nolak Lo. Kalau perlu Lo dateng ke Restoran dia, pura-pura mau makan atau apa gitu? Kan banyak cara buat deketin Mas Reyhan."

Aku hanya menatapnya, setelah itu Rasi melanjutkan lagi, "Inget Key, sekarang udah zamannya emansipasi wanita. Lo harus gerak lebih dulu kalau cowoknya lambat."

Aku terdiam, memikirkan kata-kata Rasi yang memang ada benarnya. Setidaknya aku nggak datang kerumahnya, cuma ke Restorannya aja. Kayaknya aku juga bisa manfaatin ancaman dia waktu itu sebagai alasan untuk ke Restoran. Walaupun aku nggak terlalu yakin kalau Mas Reyhan lebih dulu suka sama aku, tapi aku yakin banget kalau Mas Reyhan nggak akan nolak aku kalau dateng samperin dia. Seperti kata Rasi, aku harus gerak lebih dulu kalau Mas Reyhan nya lambat untuk bergerak.

Mas Reyhan, I'am Coming!

🏠🏠🏠🏠🏠

Aduuh deg-degan banget deh sama tanggapan kalian tentang Bab pengganti ini.

Tolong coment kalau ada yang nggak sesuai sama ekspetasi kalian ya. Saran dari kalian sangat berguna buat aku.

See You👋👋👋

Continue Reading

You'll Also Like

2.6K 412 32
Sidharth Malhotra, aktor tampan yang sedang naik daun. Setelah putus dan bersahabat dengan sang mantan; Alia Bhatt. Kini ia dipertemukan dengan aktri...
33.7K 1.3K 28
"Sebelum meninggal, kedua orang tua kalian menuliskan wasiat untuk kalian agar mau menikah. Setidaknya kalian harus menjalankan pernikahan selama dua...
5.3K 324 9
Suami normal menurut kalian tuh gimana sih? Apa kayak suamiku yang tingkah lakunya sama sekali nggak bisa di prediksi? Kadang baiknya minta ampun tap...
3.1K 299 56
" Ini ceritaku, cerita Roy van Stolch si jomblo tiga dekade yang sangat mencintai sekretaris pribadiku yang bernama Lizzy Charlotte Konnings. Dia san...