HARDES (SUDAH TERBIT)

By helloitsvira

7.8M 740K 159K

HARDES by helloitsvira || Spin Off ZEUSHERA { Selamat datang di kisah Es batu dan Macan betina A.K.A ; Ardes... More

HARDES
PROLOG
01 • BUKAN AKHIR KISAH
02 • SI ES BATU DAN SI MACAN BETINA
03 • CINTA PERTAMA
04 • OLAHRAGA
05 • SISI KELAM
06 • MENEPIS RASA
07 • SEMBUNYIKAN LUKA
08 • ARDES VS TRISTAN
09 • SEBUAH KEBOHONGAN
10 • KALIMAT BAHAGIA
11 • KITA DAN MASA LALU
12 • MALAPETAKA
13 • ISYARAT RASA
14 • MENCINTAI RASA SAKIT
15 • BERJUANG LAGI
16 • DIA PEDULI ?
17 • KEHILANGAN ARAH
18 • TELAH USAI
19 • MATI RASA
VISUAL TOKOH
20 • PERTANDINGAN
21 • LELAKI KEBANGGAAN HAZEL
22 • API UNGGUN
23 • SEBUAH KECELAKAAN
24 • MENERIMA TAKDIR
25 • MENJAUH
26 • KEPASTIAN
SPECIAL • Q & A with RP
27 • TOKOH UTAMA
28 • CERITA TENTANG KITA
29 • MILIK SAYA
30 • RUMUSAN MASALAH
31 • PRIORITAS UTAMA
32 • AWAL MULA
33 • HAL MENYAKITKAN
34 • MENOLAK HADIRNYA
35 • BERJUANG BERSAMA
36 • BERUNTUNG MEMILIKINYA
37 • PERHATIAN KECIL BERHARGA
38 • KETAKUTAN ARDES
39 • KISAH SEDERHANA
41 • MIMPI YANG HILANG
42 • BAB MENYAKITKAN
43 • SOSOK PELINDUNG
44 • TERUNGKAPNYA HUBUNGAN
45 • TALI SAUDARA
46 • SEBUAH PENGAKUAN
47 • KAMU SEMPURNA
48 • RESTU WIRANTO ?
49 • FAKTA MENGEJUTKAN
50 • CERITA TAKDIR
SEKEDAR INFO
CHAT HARDES | Ardes Cemburu
51 • SURAT DARI MASA LALU
52 • WITH YOU
53 • PESAN RAHASIA
54 • ANTARA KAMU DAN MIMPI
55 • SALING MERANGKUL
56 • MENUJU IMPIAN (REPOST)
INFO PENTING + SPOILER HARDES
VOTE COVER + GIVE AWAY
PREORDER HARDES
ARDES HAZEL SEASON 2
SPECIAL • Chat with RP + QNA (pt 2)

40 • AKU DIMATAMU

104K 10.9K 2.6K
By helloitsvira

VOTE COMMENT !!

Ayoo bantu aku yuk ramein komentar 💬 dan jangan lupa tekan bintangnya ya ⭐

YANG UDAH LAKUIN DUA ITU AKU DOAIN SEMOGA DAPET JODOH KAYAK ARDES, AMINNN 🙏🙏 Semoga berkah ya

ABSEN BATERAI KALIAN SISA BERAPA ?

WAJIB FOLLOW ;

@ardes.delvian
@hazelpriyanka
@dirgentazeus
@chicoosebastian
@ni_ezraa
@panjisayangkamu
@bejoanakbunda

@keivazro
@coretan.vira

SIAP RAMAIKAN KOMENTAR ??

40. AKU DIMATAMU

"Kita harus menjadi seperti hujan, yang kehadirannya berniat baik walaupun banyak orang yang tidak mengharapkan kehadirannya"

°°°°°

"Untung lo datang tepat waktu sebelum kakek gue pergi." kata Zeus yang melihat Ardes baru saja sampai ke rumahnya. Cowok itu sempat pulang terlebih dahulu untuk membersihkan diri akibat bermain hujan-hujanan bersama Hazel.

Baru kali ini seorang Ardes Delvian Dihantara mau menuruti keinginan gadis berjiwa anak TK itu bermain dengan hal yang tidak disukainya. Ardes tidak suka membuat dirinya kotor. Ia pecinta kebersihan, namun jika bersama Hazel semuanya terasa menyenangkan.

"Kenapa?" tanya Ardes.

"Gue mau ajak lo ketemu kakek gue. Mending sekarang kita ke ruangannya aja." ucap Zeus yang membuat Ardes mengiyakan ucapannya.

Rumah ini cukup besar. Di bagian samping ruang tamunya terdapat kolam renang yang hanya dibatasi oleh dinding kaca tebal. Ada juga taman yang cukup luas dengan diisi banyak sekali bunga yang beraneka ragam di sekitarnya. Kalau kata Zeus, ia menanam itu untuk Hera, karena gadis itu menyukai bunga.

Kalau Hazel tidak menyukai bunga, tetapi bebek. Apa Ardes harus menernakkan bebek untuknya?

Zeus mengetuk pintunya sebelum masuk ke dalam. Ardes mengikutinya dari belakang tanpa banyak bersuara. Begitu memasuki ruangan besar itu, tatapannya mengarah pada seorang laki-laki paruh baya yang tengah duduk di kursi kerjanya sambil tersenyum menyambut mereka berdua.

"Apa kabar Ardes?" tanya Darmawan, kakeknya Zeus. Meskipun sudah sangat berumur, namun pria tua mantan Wakapolri itu tampak masih sehat dan bugar. Mereka sering bertemu di acara-acara penting dan sudah saling mengenal.

"Baik, Kek." jawab Ardes sembari menunduk memberi salam.

"Bagaimana tawaran kakek?" tanya Darmawan langsung pada Zeus, membuat kening Ardes sedikit berkerut tidak paham.

"Des, kemarin lo kan minta bantu buat dicariin pekerjaan. Kebetulan kakek gue lagi mau keluar negeri selama beberapa bulan karena ada saudara yang sakit di sana. Lo bisa kan pegang perusahaan selama kakek gue pergi?"

Ardes terdiam masih mencerna perkataan Zeus. "Seharusnya itu lo."

"Gue gak bisa. Lagian gue gak ada bakat buat nerusin perusahaan itu, cita-cita gue mau jadi pilot." kata Zeus.

Ternyata sangat enak apabila kita mempunyai keinginan yang didukung oleh keluarga. Ardes tidak pernah merasakan dukungan dari keluarganya kalau menyangkut soal cita-cita. Mengapa harus Ardes? Ia juga tidak mau dibeda-bedakan karena dirinya lebih unggul ketimbang saudaranya yang lain.

Ardes hanya ingin hidup seperti orang normal. Itu saja.

"Lo udah gue anggap kayak saudara sendiri. Kakek gue udah percaya sama lo karena potensi kerja lo bagus dari dulu." sambung Zeus.

"Iya, gue mau." putus Ardes. Semoga pilihannya tidak salah.

"Saya akan memberikan kamu gaji serta bonusnya nanti. Terima kasih atas kerja samanya, Ardes." Darmawan tersenyum hangat menatapnya.

Menurut Darmawan, Ardes ini adalah orang genius dan tidak mudah untuk mendapatkan kepercayaannya. Cowok itu selalu mempunyai cara berpikirnya sendiri yang sulit ditebak. Ibaratnya, jika seseorang mencetuskan sebuah ide, maka Ardes sudah lebih dulu mengetahui apa dampak ke depannya.

Zeus merangkul pundaknya lantaran melihat Ardes yang masih terdiam kaku di tempatnya. Sepertinya temannya itu sedang bertengkar lagi dengan pikirannya.

"Jangan khawatir, gue percaya lo pasti bisa lewatin ini semua."

"Thanks, udah percaya gue."

"Tapi dari tadi gue mikir. Kalau misal lo beneran kerja di sini, apa om Hendry gak bakal marah karena anaknya lebih milih kerja di perusahaan orang lain?" tanya Zeus yang baru saja kepikiran sampai sana. Padahal niatnya hanya ingin membantu Ardes mencari pekerjaan.

"Itu urusan gue." ucap Ardes penuh dengan rencana di kepalanya.

Zeus mengangguk yakin atas keputusan Ardes. Setelah mereka keluar dari ruang kerja Darmawan, Zeus berjalan ke arah kamarnya untuk mengambil kunci mobil. Seketika ia menoleh saat menyadari bahwa Ardes masih mengikutinya dari belakang.

"Lo ngapain masih ngikutin gue? Nggak mau balik?" tanya Zeus bingung.

Ardes masih diam. Tidak ada tanda-tanda cowok itu akan berbicara yang membuat Zeus tambah geregetan. Jika saja orang yang di depannya ini bukan temannya, sudah dipastikan Zeus akan memakinya habis-habisan.

"Des? Lo mau ikut gue pacaran sama Hera gitu?"

"Gue mau nanya," Ardes menjeda ucapannya. "Kalau kasih cewek bunga cocokan sama barang apa?"

Dengan cepat Zeus menatap terkejut. "Lo cuma mau tanya itu dari tadi? DARI TADI LO IKUTIN GUE CUMA BUAT TANYA ITU?!"

"Iya." jawab Ardes kalem.

Sumpah demi gajah beranak macan Zeus ingin memukul kepala Ardes dengan golok sekarang juga saking kesalnya. Tetapi ia masih memiliki hati nurani untuk tidak membunuh teman.

"Udah gue bilang kalau Hazel itu anaknya cepet dibuat seneng. Ketemu sama lo aja udah kayak orang gila,"

"Tapi kalau misal mau kasih sih menurut gue pilih hadiah yang bisa buat dia keinget lo terus. Dan berguna juga, biar gak sia-sia lo kasihnya." ucap Zeus memberi saran.

"Ngomong-ngomong lo mau kasih dia bunga itu ide dari siapa?" tanya Zeus, penasaran.

"Bejo."

"Sudah gue duga kalau itu ide dari dia. Dari dulu dia kasih kado ke cewek gak pernah berubah. Berbagai macam bunga udah semua dia kasih ke mantan-mantannya. Untung aja dia gak beli bunga bangkai," Zeus tertawa sendiri karena hal lucu tersebut. Sedangkan Ardes hanya menatapnya lempeng.

Perlahan tawa Zeus mereda. "Capek gue Des ngomong sama lo." kata Zeus yang sudah lelah hati dengan sifat kaku Ardes.

"Gue juga capek dengarnya."

"Kurang ajar! Mau gue injek kepala lo?!" ancam Zeus, membuat Ardes tertawa kecil. Hanya sebentar sehingga tidak bisa dinikmati oleh si penglihatnya.

"Ampun, Bos." jawab Ardes.

"Sejak kapan lo bisa begitu, Des?" tanya Zeus terheran-heran.

"Sejak tadi."

Tidak ada yang salah dengan jawabannya. Namun.. Ya sudahlah.

"Udah sana pulang lo! Ganggu acara gue aja mau ke rumah Hera." usir Zeus merasa jengkel.

"Hm, gue balik." pamit Ardes. Selepas itu Ardes pergi berlalu dari hadapan Zeus untuk keluar dari kamar menuju pintu depan.

"Gue sumpahin dia kesurupan Reog." kata Zeus sambil memandang punggung Ardes dari kejauhan.

°°°°°

Ardes membuka pintu mobilnya dan keluar dengan perasaan yang campur aduk. Malam ini ia memutuskan untuk pulang ke Apartemennya karena sudah dua hari ia menginap di rumah Zeus. Walaupun temannya itu tidak pernah merasa keberatan, namun tetap saja Ardes harus tahu diri.

Ting!

Pintu lift itu terbuka saat sudah di lantai ke lima puluh. Ardes menderapkan kakinya berjalan menuju kamar nomor 501. Sewaktu ia hendak membuka pintu, pandangannya terjatuh pada sebuah kotak berwarna merah yang diletakan di depan pintu kamarnya.

Sempat terdiam lama beberapa menit sebelum akhirnya Ardes berani mengambil kotaknya. Tidak ada hal-hal mencurigakan di bagian luarnya sehingga Ardes memilih untuk membuka kotak itu.

Matanya menajam sewaktu melihat ada banyak foto Hazel bersama dirinya yang sengaja dicoret menggunakan spidol berwarna merah sesuai dengan warna kotaknya.

Di bawah fotonya terdapat juga selembar surat membuat Ardes langsung membacanya. Isinya seperti ini,

"Pilih kembali ke saya atau kamu tidak bisa melihat Hazel lagi."

Ardes meremas lembaran kertas putih itu sampai rusak ditangannya. Tangan cowok itu terkepal kuat hingga urat-urat di nadinya menonjol keluar.

Ketakutannya semakin nyata. Apa bisa Ardes menjaganya?

°°°°°

Hal yang dilakukan oleh Hazel selama dihukum oleh Pak Wawan adalah menggerutu kesal. Bayangkan saja ia harus menyapu satu halaman sekolah yang luasnya melebihi batas rumahnya sendiri. Sudah begitu banyak sekali dedaunan yang jatuh dan sampah-sampah berserakan. Membuat Hazel harus ekstra sabar membersihkannya.

Perihal tidak membawa buku paket saja hukumannya sudah seperti ini. Sangat tidak berperikemusiaan. Tak lama dari itu, kegiatan Hazel terhenti saat mendengar suara bel berbunyi nyaring sebagai tanda sudah waktunya pulang sekolah.

"Hazel!" panggil Karin seraya datang menghampirinya.

"Kenapa, Rin?" tanya Hazel sesudah menaruh sapu di gudang sekolah.

"Gue mau bilang kalau guru les menarinya gak bisa daftarin nama lo. Katanya ditolak." ucap Karin membuat Hazel terpaku dengan alis berkerut.

"Kok gitu? Gue kan pernah les di sana juga. Kenapa nama gue bisa ditolak?" tanya Hazel.

"Gue juga gak tau, Zel. Bukan cuma tempat les ini doang. Gue pernah daftarin nama lo ke cabang lain tapi tetep gak diterima." ucap Karin juga tidak mengerti.

"Apa karena gue sering telat bayar ya?" kata Hazel mengambang.

"Yang sabar ya, maaf gue gak bisa lakuin apa-apa lagi." Karin menghela napasnya berat.

"Iya, Rin, gak pa-pa. Justru gue mau bilang makasih banget sama lo," ujar Hazel sambil mengulas senyum manis di bibirnya.

"Gak perlu bilang makasih. Kita kan janji mau sukses bareng, jadi urusan lo itu jadi urusan gue juga." kata Karin sangat ikhlas menolongnya.

"Itu apa?" Hazel menunjuk sebuah kertas kecil di tangan Karin.

"Oh iya, gue hampir lupa bilang. Jadi gue mau kasih kabar baik." ujar Karin penuh binar di kedua matanya.

"Kabar baik apa?"

"Akhirnya gue bisa dapet tiket buat ikut lomba audisi dance, Zel! Sumpah gue seneng banget!

Hazel lantas ikut bahagia. Gadis itu mengajak Karin berputar-putar dan melompat seperti anak kecil karena kegirangan mendengar kabar tersebut. Hazel memeluk Karin sembari mengusap-usap punggung sahabatnya itu sebagai tanda ucapan selamatnya. Namun tidak bisa dipungkiri jika Hazel juga ingin diberikan kesempatan mengikuti lomba itu.

Kita punya keinginan, tapi keadaan punya kenyataan.

Memikirkan itu membuat Hazel teringat perkataan Rahadi. Kakeknya pernah berkata jika setiap orang memiliki waktu mekar yang berbeda-beda. Maka dari itu Hazel percaya bahwa dirinya juga akan mekar pada waktunya. Menjadi bunga paling indah di antara orang-orang.

"Demi apapun gue seneng. Semoga lo bisa lolos audisi dan jadi bintang bersinar ya, Rin? Lo gak boleh nyerah karena masih banyak orang yang mau di posisi itu." pesan Hazel padanya.

"Kapan lomba?"

"Besok. Abis pulang sekolah gue langsung ke sana."

Karin memegang kedua bahu Hazel. "Pokoknya lo juga harus nyusul. Walau keadaannya gak memungkinkan sekarang, tapi gue yakin lo pasti bisa."

"Iya, tenang aja."

"Gue bakal tunggu lo." ucap Karin. "Kalau gitu gue mau balik dulu ya, Papa gue udah jemput."

Selepas Karin pergi, Hazel memilih untuk menemui Ardes di lapangan karena cowok itu ada latihan basket di sana.

Hazel memincingkan matanya ketika melihat ada beberapa anak basket di tengah lapangan sedang melakukan pemanasan. Karena penasaran, Hazel pun mendekatkan diri ke sana sembari mencari sosok pacarnya.

"Ya ampun! Seharusnya tadi gue dihukum di sini biar bisa dapet pemandangan gratis." ucap Hazel bermonolog sendiri.

"Malah pada ganteng pula. Aduh, begitu aja udah hot apa lagi buka baju." ceplos Hazel sambil menatap terpesona mereka.

"Ganteng?" tanya seseorang di belakangnya.

"Iya, liat deh. Kenapa anak basket itu kebanyakan meresahkan, ya? Jadi mau peluk rasanya." balas Hazel tanpa ingin repot-repot menoleh ke sumber suara.

Hazel merasakan kepalanya disentil oleh seseorang di belakang. Tidak terlalu kencang. Tetapi cukup membuat Hazel tersadar dan menengok ke arah orang itu. Baru saja ia ingin mengomel, seketika mata Hazel terbelak begitu tahu siapa orang yang tadi menyentilnya.

"Ardes?" panggil Hazel. Ia terkesiap saat cowok itu menarik ujung bajunya seperti anak kucing untuk menjauh dari kumpulan cowok-cowok di sana.

"Mereka ganteng?" tanya Ardes mengulang pertanyaannya lebih merinci.

"Ng-nggak! Gantengan kamu," Hazel menggelengkan kepala.

"Jangan mesum." kata Ardes dengan nada penuh peringatan.

"Aku gak mesum! Cuma memuji aja," balas Hazel mengoreksi kalimatnya.

"Muji cowok lain?" tanya Ardes tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya.

Hazel terkekeh. "Itu bercanda aja. Aku kan sukanya sama kamu, bukan sama cowok lain. Cepet banget deh marahnya," ucap Hazel sambil memegang lengan tangan Ardes agar cowok itu tidak marah lagi. Tetapi tidak ada balasan dari Ardes.

"Jangan marah ya, sayang?" Hazel memiringkan kepalanya sambil mengerjapkan mata beberapa kali dengan maksud membujuknya.

Hanya dengan kata-kata manis seperti itu saja Hazel sudah bisa meredakan emosi Ardes. Memang benar jika kelemahannya terletak pada Hazel. Cowok itu tidak bisa marah pada perempuan di depannya. Terkecuali perbuatannya sudah sangat keterlaluan, baru sisi dominan Ardes akan keluar.

"Ya, jangan ulangi lagi." kata Ardes.

"Siap Ardesayang!" Hazel memberi hormat yang membuat Ardes menarik sudut bibirnya.

"Kamu udah selesai latihan? Mau turnamen ya dua hari lagi?" tanya Hazel ketika melihat Ardes sedang mengumpulkan bola-bola basket dan memasukannya ke dalam keranjang besi.

"Iya."

"Aku boleh ikut nggak? Boleh, ya?" pinta Hazel sembari menautkan kedua tangannya. Berharap diperbolehkan.

"Tapi itu di jam sekolah."

"Ya udah aku bolos sekolah aja," sahut Hazel cepat tanpa berpikir panjang.

"Gak boleh." ucap Ardes tidak setuju. Hazel cemberut sambil melipat tangannya di dada.

"Dasar pelit! Udah pelit, nyebelin, dingin kayak es batu, pendiem kayak patung, datar kayak tembok! Anehnya aku suka banget sama dia." Hazel mengomelinya panjang kali lebar.

"Jangan marah-marah," Ardes melembutkan nada bicaranya.

"Hm." sahut Hazel singkat.

"Mau ikut ke Apartemen gak? Aku mau beresin barang di sana." tawar Ardes.

"MAU LAH MASA NGGAK!" seru Hazel yang langsung menyita perhatian orang-orang di lapangan akibat suara cetarnya.

"Hm, tunggu sini." titah Ardes. "Aku mau ganti baju dulu," Ardes segera beranjak pergi meninggalkan Hazel bersama tasnya di kursi tribune lapangan.

Hazel berdecak sebal. "Ardes ikuuutt!"

°°°°°°

"Kalau aku ke sini kapan aja boleh?" tanya Hazel saat mereka sudah berdiri di depan pintu Apartemen Ardes.

"Boleh."

"Password pintunya apa?"

Ardes tidak mengatakan apa-apa. Ia memandang Hazel di sampingnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Sementara Hazel masih menunggu jawaban dari cowok itu. Biarpun mereka telah berpacaran, sifat Ardes masih tetap sama pendiamnya. Mungkin karena memang sifatnya seperti itu sejak kecil.

"Iih kok gak dijawab? Jadi apa?" tanya Hazel sekali lagi.

"Tanggal jadian kita." jawab Ardes akhirnya. Yang sederhana seperti ini saja sudah membuat Hazel senang bukan main. Itu artinya Ardes menganggap hubungan mereka penting.

Hazel mencoba membuka pintu kamar Ardes dengan cara mengatur nomornya sesuai dengan tanggal waktu mereka jadian. Hazel melakukannya berkali-kali namun tetap saja salah. Padahal ia sudah memastikan nomornya dengan benar.

"Kok gak bisa sih?" tanya Hazel heran.

"Bukan tanggal itu. Tapi tanggal jadian sebelum putus." ucap Ardes yang sebenarnya sedikit malu untuk mengatakan hal tersebut.

"Tanggal pertama kita jadian?! Kamu masih ingat?" tanya Hazel memastikan.

"Aku gak pernah ganti." jawab Ardes tidak berbohong. Semenjak mereka putus pun Ardes masih menggunakan tanggal itu sebagai password rumahnya.

"Jadi selama ini kamu gak lupain aku?" tanya Hazel. Ardes berdeham singkat untuk menetralkan rasa gugupnya.

"Mana mungkin aku bisa lupain kamu," jawabnya yang membuat Hazel sebisa mungkin untuk menahan dirinya agar tidak berekspresi senang berlebihan.

"Ayo masuk." kata Ardes sesudah membuka pintunya.

"Ardes?"

Yang dipanggil tidak menyahut, namun raut wajah Ardes seolah menunggu apa yang ingin Hazel katakan padanya. Hazel mendadak kehabisan kata-kata saat melihat Ardes yanh memperhatikan wajahnya dalam jarak sedekat ini.

"Aku sayang banget sama kamu." ungkap Hazel.

Belum juga Ardes menjawab, pipi kirinya sudah dicium sekilas oleh Hazel dengan gerakan cepat. Lihat saja, perempuan itu selalu berani melakukannya terlebih dahulu. Setelah kejadian itu, Hazel secepatnya masuk ke dalam tanpa menunggu reaksi Ardes yang masih tertegun di tempatnya.

"ARDES! KENAPA ADA BEBEK DI SINI?!" teriak Hazel dari dalam membuat kesadaran Ardes seakan ditarik ke dunia nyata.

"Lucu banget!" Hazel memegang sebuah hiasan bebek kecil yang di atasnya terdapat tumbuhan buatan. Ardes sengaja meletakannya di atas meja ruang tamu agar Hazel bisa melihatnya.

"Buat kamu." ucap Ardes.

"Ini kamu beli dua?" tanya Hazel.

"Dua-duanya buat kamu." Ardes duduk di atas sofa sembari memandang Hazel yang masih fokus memperhatikan mainan barunya.

"Makasih ya," ucap Hazel. "Ardes, Ini foto siapa?" tanya Hazel menunjuk salah satu foto seorang perempuan yang sedang memegang sebuah bunga mawar di tangannya.

"Mama waktu muda."

"Cantik banget. Aku sampai gak ngenalin. Pantas aja anaknya cakep-cakep semua orang ibunya aja kayak putri kerajaan begini." puji Hazel.

"Memang cantik. Mama juga orangnya ramah dan ceria, banyak yang suka sama dia. Tapi kenapa harus jadinya sama Papa? Seharusnya dia pantas dapat yang lebih baik." papar Ardes dengan tatapan menewarang ke langit-langit atas rumahnya.

"Tapi aku bersyukur tante Aneska menikahnya sama om Hendry." ujar Hazel setelah duduk di sebelah Ardes.

Ardes menoleh. "Kenapa?"

"Karena kamu bisa lahir ke dunia." ucapnya, membuat Ardes tercenung. Baru kali ini ada seseorang yang bersyukur atas kelahirannya di bumi.

"Hidup di keluarga itu tidak menyenangkan seperti apa yang kamu kira."

"Tapi hidup kamu berkecukupan. Gak kayak aku yang apa-apa susah," ujar Hazel.

"Aku gak butuh itu, aku cuma butuh dimengerti. Hidup menjadi harapan orang lain itu beban, gak bisa bebas."

Hazel mengerutkan keningnya. "Terus Tristan gimana kalau semuanya berharap ke kamu doang?"

"Papa gak suka sama Tristan karena hidupnya terlalu berfoya-foya dan pemalas. Tristan juga pernah curi uang Papa di kantor, makanya Papa gak percaya lagi sama dia." jelas Ardes.

"Makanya semua warisan itu ke kamu?"

Ardes mengangguk. "Iya, ini bukan kemauan aku. Cita-cita aku mau jadi pemain basket."

Mulut Hazel terbuka membentuk huruf O besar. Sekarang Hazel baru mengerti bahwa setiap apa yang kita lihat belum tentu seperti apa yang kita pikirkan. Orang berpikir jika hidup Ardes sangatlah enak karena apapun yang cowok itu inginkan pasti mudah didapatkannya. Kenyataanya bukan seperti itu, Ardes ditekan menjadi orang lain. Bukan menjadi dirinya sendiri.

Mengetahui keadaan Ardes membuat Hazel jadi ikut merasakan kesedihannya juga. "Kamu hebat banget bisa bertahan sampai sejauh ini,"

"Selama ini mama yang buat aku bertahan." Ardes menatap sendu foto Aneska. Terbesit rada sedih di kedua matanya.

"Sekarang aku tau." Hazel menatapnya dari samping. "Betapa besar cinta dari Mama kamu saat membesarkan anaknya sampai kamu tumbuh jadi laki-laki sekuat ini."

"Pasti lelah, ya? Aku paham rasanya," Hazel menyentuh tangan Ardes dan menggenggamnya erat. Seakan memberikan kekuatan pada cowok itu.

"Kamu gak sendiri, ada aku di sini. Aku siap dengar semuanya." ucap Hazel. Suaranya terdengar sangat tulus, membuat hati Ardes berdesir saat mendengarnya.

"Hazel,"

"Iyaa?"

Ardes menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga Hazel. Sehingga jarak mereka menjadi sangat dekat sampai wangi mint dari tubuh Ardes tercium di hidungnya. Ardes mendekatkan wajahnya pada Hazel yang membuat gadis itu sontak menutup kedua matanya rapat-rapat. Tangannya menyentuh pipi Hazel, mengusapnya lembut seakan perempuan di depannya ini adalah barang berharga yang harus dijaga.

Ketika tidak merasakan pergerakan apa pun dari Ardes, akhirnya Hazel membuka sebelah matanya.

"Mikir apa?" tanya Ardes, membuat wajah Hazel langsung memerah tomat karena menahan malu.

"Nggak! Aku cuma gak kuat liatnya makanya aku merem."

"Gak kuat liat apa?"

"Liat kamu soalnya kamu ganteng banget." ucap Hazel benar apa adanya.

Ardes tertawa. Tawanya terdengar renyah dan berat sehingga bisa memikat hati perempuan sekali melihatnya, termasuk Hazel.

"Kamu itu ganteng tau kalau senyum. Kenapa kamu jarang banget sih nunjukinnya?" tanya Hazel masih terpana melihat keindahan di depannya.

"Karena ini cuma milik kamu." kata Ardes.

°°°°°



TO BE CONTINUE

GIMANA PART INI? MASIH AMAN KOK!

INI AKU NULISNYA PANJANG LOH YAAA

GAIS AYO NABUNG BUAT HARDES! KUMPULIN UANGNYA YA JEMPUT ARDES,HAZEL, ZEUS, CHICO, BEJO, PANJI, EZRA!

Ikutin terus infonya di IG @coretan.vira dan @viraa.as yaa

PESAN UNTUK ARDES ?

PESAN UNTUK HAZEL ?

PESAN UNTUK HENDRY ? PADA DENDAM SAMA BAPAK TUA INI 🤣

Pesan untuk author?

AYOO TINGGALIN JEJAK SPAM YANG BANYAK DI SINI ❤❤ BIAR GAK SIDER AJA !!

Salam sejahtera dari istrinya jungkook 🙏🙏🙏

Selingkuhannya Ardes, Pacarnya Zeus, tunangan Chico, Sahabat Bejo, Mantan Ezra, dan saudara Panji.

Seee youuuuu 💞💞💞

Continue Reading

You'll Also Like

4.7M 34.4K 29
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
2.4M 266K 47
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
324K 4.5K 10
"Because man and desire can't be separated." 🔞Mature content, harap bijak. Buku ini berisi banyak cerita. Setiap ceritanya terdiri dari 2-4 bab. Hap...
349K 14.2K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...