Place for Both Of Us (Russia...

CrowListener

625 47 26

Di suatu senja yang indah aku bertemu dengannya. Seorang pemuda yang sedingin musim dingin kata temanku. Aku... Еще

That Sunset
A Story of Us

He

153 14 0
CrowListener

Hari ini mentari bersinar dengan cerahnya. Burung-burung menyanyikan lagu mereka dengan merdu. Bunga-bunga merekah sempurna sepanjang jalan. Kontras dengan langkah gontai dan wajah kusutku. Hari ini justru lebih mirip ejekan bagiku. 

Bayangkan saja, kau sudah berdoa sepenuh hati agar hari ini tak pernah ada dalam kalender, atau setidaknya sesuatu terjadi agar kau tidak masuk sekolah. Yang terjadi berikutnya aku menjumpai banyak hal-hal menyenangkan yang ditepis fakta menyakitkan dunia sekolah. Hari ini aku ulangan matematika. 

Aku menghela nafas pasrah, cukup sudah pagi yang mengejek ini. Aku bangun telat, dan ketinggalan bus. Waktu kulihat lagi jamku, rupanya masih 30 menit lagi hingga gerbang sekolah di buka. Sudah susah-payah aku berlari dengan jarak yang terlampau jauh, rupanya masih 30 menit lagi. Tau begitu lebih baik aku duduk manis di halte sambil menimati sepotong roti dari kios terdekat.

"Haaah... Kenapa hari ini seolah mengejek?" Keluhku sambil menengadah menghadap langit.

"Pagi." Wajah Viktor tiba-tiba menghalangi pandanganku, dan membuatku tersontak kaget.

JDUGH!

Dengan sukses kepalaku menghantam dagunya, membuat baik aku maupun Viktor meringis.

"Ouch, m-maaf..." Aku berkali-kali meminta maaf pada Viktor yang meringis.

"Tidak apa-apa, salahku juga sih." Jawab Viktor sambil menyengir.

"Tetap saja, itu pasti sakit." Aku menunduk, merasa bersalah.

"Jangan terlalu dipikirkan Y/N, aku tidak apa-apa kalau di hantam sedikit." Viktor berusaha bergurau, namun wajahku tetap tegang.

Sejak kejadian yang melibatkan aku dan mantanku itu, kami semakin akrab. Ini cukup aneh untuk ukuran seorang Viktor sebenarnya. Dia benar-benar dingin dihadapan murid-murid lain, bahkan Dirga tidak berani menyentuhnya, tapi dia ramah dihadapanku. Haruskah aku mencurigai ini?

"Ayo lanjut." Viktor memberi kode agar kami melanjutkan perjalanan menuju sekolah. 

Aku mengangguk dan berusaha menyamakan langkah dengannya. Kami berbincang kecil selama perjalanan, dia membeli sepotong sandwich, sementara aku membeli segelas kopi hangat. Ditengah perjalanan, kami berpapasan dengan murid lain, aku menyapa mereka, sampai sebuah mustang berwarna biru dengan garis putih-merah berstiker elang dan bintang menepi. Aku tau itu mobil siapa, dan benar saja.

"Y/N!" Jack keluar dan menghampiri kami.

Aku memberinya tatapan sengit "Apa?" Tanyaku ketus.

"Erh... Kulihat kalian berjalan kaki, mau menumpang?" Tawarnya.

"Buat apa? Jaraknya sedikit lagi dari sekolah, enyahlah." Aku hendak melanjutkan perjalanan, tapi si 'Star Boy' itu justru mencegatku.

"Hey aku paham kau masih marah soal yang waktu itu. Aku minta maaf oke? Lagipula itu hanya kesalah pahaman, aku janji akan lebih baik lagi kali ini." Ujar Jack sambil menatapku yang kubalas dongkol.

"Minggir." Aku mendorongnya lantas bergegas pergi dari sana. Lupakan Viktor, aku masih sakit hati.

Viktor POV

Aku menatap punggung Y/N yang makin menjauh, lantas menatap Jack yang nampak frustasi. Dia mengacak rambut pirangnya, lantas duduk diatas kap mobil. Manik kami bertemu, setelah sekian lama tidak bersitatap.

"Aku turut sedih Jack." Aku mendekatinya lantas menepuk pundaknya.

Jack mengembuskan nafas dongkol "Tch, setelah menghilang selama dua tahun aku tidak menyangka kita akan bertemu di situasi seperti sekarang." Ujarnya sambil menepis tanganku. Dia tetap angkuh. Seperti dua tahun lalu.

"Kau tau, aku kaget sewaktu mendengar Y/N rupanya mantanmu. Kenapa kalian putus?" Tanyaku sambil duduk disebelahnya.

"Yah... Kau tau sendiri aku tipe macam apa Vik, dan dia mendengarnya. Aku tidak pernah mau putus dengannya, dia berbeda, rasanya seolah kau menemukan rumah untuk ditinggali setelah... Yah, kau tau." Jawab Jack.

Aku terdiam sebentar "Apa dia masih melakukan itu?"

Jack tidak menjawab pertanyaanku. Aku bisa melihat kilat ketakutan di matanya, dia jelas ingin bercerita, tapi satu-satunya manusia dimuka bumi ini yang dia ajak cerita soal masalah ini hanya Clinton. Percuma aku sogok dia dengan sekoper uang, dia akan tetap bungkam.

Aku kembali berdiri dan pamit pada Jack yang masih meratapi nasib. Aku melangkahkan kaki ke sekolah, wajahku datar seperti biasanya. Ha, aneh, Jack ada benarnya. Aku nampak lebih ramah kalau disamping Y/N. 

Y/N POV

Hari ini berjalan seperti biasanya. Viktor mengajakku ke kantin tadi, aku hanya membeli sebotol yoghurt dan kembali ke kelas. Walaupun ini hari yang sama seperti hari-hari sebelumnya, mood-ku tetap anjlok karena berpapasan dengan Jack tadi. Sekarang pun aku kembali sendirian didalam kelas. Dirga, Adam, dan Lili entah pergi kemana. Ada beberapa orang lainnya, tapi mereka sibuk dengan dunia masing-masing.

Tiba-tiba aku berharap Viktor ada disini.

"Y/N." Seseorang memanggilku, suara orang yang tidak ingin kutatap.

"Hey, aku hanya ingin menjelaskan, tolong beri aku kesempatan." Pintanya.

"Jack, kita putus dua bulan lalu, sudahlah, lupakan saja." Jawabku ketus.

Jack masih belum menyerah "Dengar, aku tau kau marah, kesal, apapun itu padaku. Tapi aku janji tidak akan mengulangi hal yang sama. Aku hanya ingin kembali lagi, kita berdua, bersama." Ujarnya.

Lengang.

Aku menghela nafas dan menatapnya sinis "Kau kira semudah itu? Kuhormati permintaanmu itu, tapi jawabannya akan tetap sama Jack! Aku menolak dengan segala respek! Sana kembali ke Seol dan Hana! Hanya karena putus denganku bukan berarti kau memutus hubungan dengan temanmu!" Seruku ketus.

"Akan kuturuti apapun, tapi kumohon jangan membenciku." Jack meraih kedua tanganku dan menggenggamnya erat-erat "Kumohon Y/N."

Aku menepis tangannya dan memberi isyarat agar dia segera enyah dari hadapanku. Ini menyebalkan, kapan dia absen untuk merengek minta pengampunan? Aku tidak akan kembali bersama pria berengsek modelan dia. Hingga kapanpun tidak akan!

"Woah, kenapa ini?" Tanya Dirga yang baru kembali dan kebetulan berpapasan dengan Jack yang keluar.

"Biasa." Jawabku ketus.

"Utututu, jangan ngambek dong, nih soda kesukaanmu!" Dirga mengacungkan sekaleng soda bluberry padaku.

Aku tersenyum dan menerimanya "Makasih."

"Sama-sama temen gue yang paling cakep." Balas Dirga sambil mengangkat kaleng sodanya seolah bersulang.

Lalu segalanya berjalan normal kembali. Viktor kembali seiringan dengan bel masuk. Begitu kutanya, dia bilang kalau dia hanya bertemu teman-teman lamanya saja. Aku merasa jawabannya sudah cukup. Tapi aku baru menyadari sesuatu saat pulang sekolah.

Tunggu, komplotannya si Viktor dulu, berarti berandalan, berarti... Dia teman Star Boy. Dan benar saja, salah satu komplotannya muncul untuk mengajaknya pulang. Dia Xie Huan, dan pacarnya tersayang, Vivien. Viktor pamit padaku dan jalan bersama mereka. Aku hanya bisa menatap dari kejauhan. Aku kurang suka pulang sendiri, jadi aku berusaha mengajak seseorang untuk pulang bersama.

"Sori, tapi aku piket." Seol.

"Aku mau ke arcade, jadi gak sejalan." Dirga.

"Aku ikut Dirga." Adam.

Dan sisanya juga menunjukkan tanda-tanda menolak. Aku melangkah gontai ke mejaku dan mengambil tas. Kurasa aku harus terbiasa dengan kondisi ini. Jalanan pada sore hari di sekitar sekolah adalah tempat para berandalan sekolah sebelah bersemayam. Biasanya mereka tidak akan mengganggu kalau kita pulang dengan teman, paling hanya digoda. Tapi aku benar-benar sendirian. Yang lain sudah pulang duluan, aku ada urusan tadi, jadi aku tidak bisa cepat-cepat.

Langkahku makin cepat, aku menahan nafas. Setelah ini aku akan melewati sarang penyamun. Aku harus terlihat berani, walau jelas sekali ketakutan tergurat di wajahku. Ini menakutkan, aku pernah menyaksikan Dirga baku hantam dengan salah satu anggota mereka lantaran menggoda Lili. Kini aku seorang diri, hanya berbekal nyali. Aku bisa melakukan seni bela diri, tapi aku terlalu pengecut hanya untuk sekedar melayangkan sebuah tinju.

Aku menenggak ludah. Berandalan-berandalan itu nampak tengah nongkrong, asap rokok mengepul disekitar mereka, juga botol-botol yang dibiarkan tergeletak begitu saja. Perhatian mereka tengah teralihkan, mungkin ini kesempatanku. Aku mencengkram tali tasku erat-erat dan mempercepat laju kaki ku. Telat.

"Hey cantik! Kau mau kemana~?" Tanya seorang berandalan yang menarik tasku.

Keringat dingin membasahi pelipisku. Haruskah aku lari? Atau kutendang saja?

"Hey, jawab dong~" Berandalan itu kini mencengkram lenganku, memaksaku berbalik, menatap wajah memuakkannya.

"Lepas." Cicitku.

Berandalan itu dan teman-temannya justru menertawakanku. Bagus. Kakiku gemetaran, keringat dingin dengan segera membasahi punggungku. Tamat sudah riwayatku dilecehkan mereka kalau begini terus caranya. Jalan ini termasuk jalan yang cukup sepi. Apalagi pada jam ini rata-rata murid sekolahan sudah berada dirumah mereka. Apa aku harus berteriak minta tolong?

"Tenang, kami tidak akan menyakitimu kok cantik." Berandalan itu menyentuh pipiku dan mendekatkan wajahnya. Aku bisa mencium bau rokok dan alkohol darinya.

Aku langsung menepis tangannya, sekaligus memberinya sebuah tamparan. Berandalan itu nampak tercengang, mungkin dia kaget karena aku memberi perlawanan. Dia meludah dan menunjukkan raut wajah tak suka padaku.

"Oh, jadi kau tidak suka huh? Baiklah, kita lakukan ini dengan cara kasar." Kini berandalan lainnya mulai meringkus tanganku.

Percuma saja aku berontak, cengkraman mereka justru makin kencang, membuat lenganku sakit membiru. Berandalan tadi terkekeh senang, dia menjambak rambutku, memaksaku menengadah dan menatap rupa jeleknya. Tamat sudah disini.

Mungkin, setidaknya sampai aku mendengar raungan motor yang mendekat. Apa mereka membawa lebih banyak teman? Ini buruk, lihatlah, kancing seragamku sudah terbuka separuh, sementara berandalan itu tetap membelai wajahku, meraba, membuatku kian berontak dan airmata meleleh ke pipiku. Tolong, aku tidak mau menjadi jalang orang ini. Aku lebih baik kembali pada Jack, setidaknya dia masih memperlakukanku dengan baik.

Berandalan itu menatapku, wajahnya mendekat ke wajahku. Aku menunduk, tapi dia mencengkram pipiku. Aroma alkohol makintercium pekat, juga bau asap rokok. Raungan motor itu makin dekat. Dan disaat aku berpikir ini sudah berakhir, disaat aku menyerah dan terisak. Mereka datang.

BUGH!!!

Sebuah tinju telak mengenai wajah berandalan itu sebelum dia berhasil menciumku. 

BUGH!!!

Tinju lainnya menyusul ke temannya yang memegangiku. Aku jatuh ke tanah dan mendongak untuk melihat siapa pahlawan kesorean ini. Aku melihat dua pengendara motor. Satu menggunakan jaket kulit hitam, dan kalung berbentuk bintang juga plakat. Satunya lagi menggunakan jaket navy dengan tudung bulu serigala. Mereka masih menggunakan helm, tapi aku bisa menerka siapa dua orang ini. 

"Y/N! Kau tidak apa-apa!?" Tanya yang menggunakan jaket kulit.

Dia membuka kaca helmnya, dan aku bisa menatap manik biru langit itu menatapku cemas. Jack? Berarti yang satunya...

Aku menjawabnya dengan isakan, kaki masih gemetar dan tanganku sakit. Teman-teman berandalan tadi juga mulai menyerang dengan serius.  Jack berdiri dan mulai melakukan transaksi baku hantamnya. Dua orang berandalan yang mendekat berakhir mencium dinding dengan keras. Sosok yang kuyakini sebagai Viktor itu mengurus sisanya. Mereka bertarung berisisian, membuat berikade disekitarku. Aku menatap dua sosok itu bergiliran, walau masih shock. Mereka terus bertarung, darah bercipratan, erangan kesakitan terdengar, barang-barang yang terlempar, dan berandalan yang datang bak air bah. Kami kalah jumlah.

Jack POV

Sialan para berandalan ini, mereka tidak ada habis-habisnya. Kupukul satu, muncul dua. Kapan habisnya kalau begini caranya? Aku melirik Y/N dibelakang kami, lalu menatap Viktor disampingku yang nampak kelelahan. 

Jujur, aku memang orang paling berengsek dimuka bumi ini. Aku merasa menjadi orang paling menyedihkan seantoro dunia. Dulu aku dan Viktor teman, kami disebut "Mafia" oleh beberapa orang. Mungkin karena kami menguasai segalanya. Ketenaran, kekuasaan. Kami berdua menjadi mimpi buruk berandalan-berandalan kampungan, apalagi sekolah sebelah. Belum lagi aku dan Viktor punya banyak kesamaan, biasanya sepulang sekolah kami akan pergi ke klub dan menghabiskan beberapa botol minuman. Dia anak tertua dari mpat bersaudara, sama sepertiku. Tapi dia membuatku iri. Setidaknya dia tidak ditekan untuk menjadi sempurna. Tidak ditekan untuk menjadi penerus bisnis keluarga atau apalah itu. Aku iri. Tapi seiring aku ingin melakukan hal buruk padanya, dia menghilang. Hari-hariku menjadi kosong lagi.

Lalu aku bertemu Y/N, seorang murid dari sekolah sebelah. Aku awalnya mau menjemput Hana atas permintaan Takashi, tapi Y/N adalah sebuah pengecualian bagiku. Dia temannya Dirga, juga cukup dekat dengan Hana. Kami bertemu beberapa kali sebelum akhirnya jadian. Dan yah, disaat itu aku juga punya beberapa cewek simpanan sih. Waktu itu aku tidak berniat untuk mengatakannya, dan aku tidak tau Y/N mendengar seluruh ucapanku. Saat itu juga, dia minta hubungan kami berakhir. 

Sekarang, aku tengah berada diantara dua orang yang kurindukan dalam kehidupanku. Aku sudah terlalu banyak membebani mereka. Viktor maaf, aku tau kau rentan, tapi aku tetap mengajakmu minum-minum, berharap nasib sial menghampirimu. Y/N, maaf aku sudah menjadi pasangan yang egois dan menyebalkan. 

"Viktor, bawa Y/N dari sini!" Perintahku begitu bala bantuan para berandalan datang. Mereka membawa pipa besi dan sebagainya.

"Kau bagaimana?" Tanya Viktor.

Aku menggeleng dan mengulas sebuah senyum "Jangan khawatir, aku baik-baik saja kok, mereka hanya berandal kelas teri, mana mungkin menang melawan Star Boy." Jawabku dengan nada sombong, berusaha meyakinkan Viktor kalau aku tidak apa-apa.

Viktor terdiam lantas mengangguk. Dia membantu Y/N berdiri lantas membawanya. Tapi begitu aku mengalihkan pandanganku, ada yang menarik jaketku. Aku menoleh, demi mendapati Y/N yang berlinang air mata mencengkram jaketku erat-erat. 

"Pergi, aku tidak apa-apa kok." Aku melepas cengkraman Y/N dan memberinya sebuah senyuman.

Y/N POV

Viktor membawaku ke motornya, dia membantuku naik dan memasangkan helm. Aku memeluknya erat-erat. Sebelum kami pergi, aku sempat bicara padanya.

"Dia akan baik-baik saja bukan?" Tanyaku disela isak tangis.

Viktor terdiam sebentar "Dia Jack, aku tau seberapa tangguh dia." Lalu Viktor menyalakan mesin motor dan kami pergi dari sana.

Aku menatap motor ninja hitam dengan stiker elang itu. Jack bilang motor itu kembaran dengan sahabatnya, yang kini tengah mengantarkanku pulang. Aku mengencangkan pelukanku ke Viktor, dan kembali menangis. Aku boleh jadi membencinya, tapi dia tetap temanku. 

Viktor menggenggam tanganku sewaktu dia berhenti didepan kantor polisi terdekat. Dia memelukku, membiarkanku membasahi jaketnya sewaktu aku tak kuasa menceritakan semuanya ke pihak kepolisian. 

Jack sedang melawan orang yang berusaha menyakitiku.

Dan dia tengah memelukku dalam, memberiku bahu untuk menangis.

***



















Thalia Page

Akhirnya selesai juga chapter ini! Haaaah.... Maaf ya kalau agak menceng sana-sini, semoga kalian tetap membaca buku ini.

Janlup kasih vote yak, biar aku makin semangat! >_<

Cerita ini hanya fiksi dan murni dari idenya Thalia, maaf kalau ada kesamaan nama karakter maupun lokasi, cerita ini tidak bermaksud menyindir siapapun


"We've taken different paths
And travelled different roads
I know we'll always end up on the same one when we're old
And when you're in the trenches
And you're under fire, I will cover you"

- Brother

Продолжить чтение

Вам также понравится

Om Varo [21+] Marine Cica

Любовные романы

3.6M 53K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
3.1M 153K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
Han J ; Drive You Insane Virda A. Putri

Любовные романы

2.9M 303K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
TAKEN YOUR DADDY [SEGERA TERBIT] Bearlars

Любовные романы

618K 27K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...