Obsesi Asmara

Von ainiay12

1.7M 117K 52.5K

[PRIVAT ACAK - FOLLOW SEBELUM BACA] - OBSESI, HUBUNGAN TERLARANG, PERSAINGAN BISNIS, PERSAHABATAN, TOXIC RELA... Mehr

| PROLOG |
1. PERTEMUAN SINGKAT
2. BALAPAN
4. IDENTITAS
5. PERINGATAN KECIL
6. PULANG BARENG
7. MENGALAHKAN EGO
8. OFFICIAL?
9. SENTUHAN
10. TERUNGKAPNYA FAKTA & KEHILANGAN
11. DUBAI
12. UNDANGAN
13. BERTEMU KEMBALI
14. PEREMPUAN LICIK
15. MISI & LAKI-LAKI LAIN?
16. EKSEKUSI
17. HOTEL PRIMLAND
18. SISI YANG BERBEDA
19. PERTEMUAN KEDUA
20. PEMBATALAN INVESTASI
21. CUCU PEMILIK SEKOLAH
22. PESTA
23. CINTA SATU MALAM
24. REKAMAN
25. LOVE OR OBSESSION?
26. SATU ATAP BERSAMA
27. APARTEMEN
28. MENGAKHIRI & AWAL YANG BARU
29. HILANG DAN KECURIGAAN
30. PENGAKUAN & PENOLAKAN
31. TANDA-TANDA MULAI BUCIN?
32. MEMENDAM ATAU MENGUNGKAPKAN?
33. MY GIRLFRIEND
34. VICTORIA GROVE CLUB
35. HANYA PELAMPIASAN?
36. PUTUS HUBUNGAN?
37. SIMPANAN OM-OM?
38. BENAR-BENAR BERAKHIR
39. PENCULIKAN
40. BALIKAN
41. PENYESALAN
42. RASA YANG TAK TERBALAS
43. TERBONGKAR

3. KETERTARIKAN

47.9K 3K 520
Von ainiay12

Ig: wattpad.ayay
Tiktok: wattpad.ai & wattpad.ay

DIWAJIBKAN UNTUK KOMEN & VOTE!

SEBANYAK-BANYAKNYA.

(Happy Reading)

Cowok dengan setelan seragam abu-abu itu melangkah menuruni anak tangga sembari membenarkan bajunya yang belum terkancing, melihat tiga orang di meja makan, seketika mood nya langsung memburuk. 

Tanpa menoleh lagi, Bian berjalan hendak melewati ketiga orang yang sedang sarapan di meja makan, tapi suara tegas itu mau tidak mau memaksanya untuk berhenti. 

"Sarapan dulu, Bian," ujar Aslan—pria paruh baya yang merupakan Ayah kandungnya. 

"Udah kenyang," balas Bian datar. 

"Sarapan dulu, sayang, dari semalem kamu belum makan," imbuh Wanita yang duduk di sebelah Aslan, wanita yang baru beberapa tahun belakangan ini mengisi kehidupan Aslan, setelah kematian Neta, Ibu kandung Bian. 

"Jangan sok baik!" 

"Bian!" tegur Aslan. "Jaga bicara kamu!" 

"Kenapa? Papa gak terima sama omongan aku?" balas Bian tanpa takut, memandang mereka bergantian.

"Udahlah Mas, aku gapapa kok," kata Lia pelan. 

"Gak bisa gitu, dia harus menghormati kamu." 

Bian terkekeh. "Menghormati? Jalang kaya dia harus aku hormati?" 

"Brengsek!" marah seorang laki-laki yang sejak tadi hanya diam menahan diri, menghampiri Bian dan memberikan pukulan telak di wajah cowok itu. 

Bugh

Bugh

"Jangan pernah hina nyokap gue bangsat!" teriak Ergi Almahendra—kakak tirinya, dengan raut wajah murka. Sedari tadi dia hanya diam saja tapi bukan berarti takut, tapi karena menghormati Aslan. Ergi tidak bisa terima jika sudah menyangkut Ibunya.

"Kenapa? Bener kan, lo berdua itu parasit yang tiba-tiba dateng di hidup gue dan papa," ujar Bian menahan rasa nyeri yang menjalar di pipinya. 

"Cukup bangsat!" 

"BIAN!! DIA IBU KAMU!" sarkas Aslan berdiri dari duduknya, menatap Bian berkilat marah.

"IBU AKU CUMA NETA, CUMA MAMA NETA!" jawab Bian dengan amarah tertahan. Sungguh ia benci setiap kali mereka melupakan Neta—Ibunya.

Aslan hendak menghampiri, tapi Lia menahan tangannya. "Nggak usah diperpanjang, aku gapapa." 

Bian mendorong Ergi dari hadapannya untuk menyingkir. Napasnya memburu, menatap mereka nyalang. Sampai kapanpun tidak akan ada yang bisa menggantikan sosok Ibunya.

Bian tidak menyukai Lia karena pernikahan mereka dilaksanakan tanpa sepengetahuan dirinya. Mereka menikah tanpa restu darinya. Dan Bian sangat yakin kalau Lia bersedia menikah dengan Aslan hanya demi harta.

Tidak ada wanita yang benar-benar tulus mencintai Aslan, selain Neta.

"Minta maaf!" perintah Aslan tegas. 

Namun bukannya menuruti, cowok itu langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun setelah memungut tas nya yang tergeletak di lantai. 

"Bian!!" 

"Udah Mas, udah," peringat Lia. Ia sudah biasa menghadapi sifat keras Bian yang seperti ini. Bahkan perdebatan semacam ini sudah lumrah terjadi setiap hari. 

"Kamu sabar, ya, cepat atau lambat, Bian pasti akan menerima kamu," ujar Aslan mengusap tangan istrinya. 

"Ergi, lebih baik kamu juga berangkat, nanti telat," kata Lia, menatap Anaknya yang juga bersekolah di sekolah yang sama seperti Bian. 

"Iya, Ergi, berangkat." Cowok itu mengambil tasnya yang disampirkan di kursi, lalu pergi. 

•••

Alora memarkirkan motornya di halaman sekolah, di samping motor Nevan dan tentunya Haikal. Kedua cowok itu sudah masuk kelas sejak tadi, berbeda dengan Alora yang masih betah di parkiran, tepatnya karena menunggu seseorang. 

Kembali berkaca pada spion motornya, cewek yang saat ini memakai jaket bertuliskan ALNESHA itu tersenyum hingga matanya menyipit. Sejak pertemuannya kemarin dengan Bian, Alora merasa sangat bersemangat untuk datang ke sekolah. 

"Gak nyangka, ternyata gue emang secantik ini," gumam Alora, sambil membenarkan tatanan rambutnya. 

Bukan kebiasaan Alora seperti itu, cewek yang biasanya bodo amat terhadap penampilannya, kini berubah sangat memperhatikan setiap detail tubuhnya, hanya karena seorang cowok acuh seperti Bian.

Astaga, pengaruh Bian sudah sebesar ini pada Alora.

Suara motor yang terdengar mengalihkan perhatian Alora, memandang sebuah motor hitam yang masuk ke halaman sekolah. 

Cowok dengan Hoodie hitam itu membuka helm yang menutupi wajahnya, kemudian menyugar rambutnya sebelum turun. 

Bian lantas bediri, bersiap masuk ke kelasnya. Namun langkahnya mendadak terhenti karena kedatangan Alora yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. 

"Hai!!" sapa Alora riang, tidak lupa dengan senyuman. 

"Kenalin, gue Alora," ujar gadis dengan nama lengkap Alora Aleandra, menyodorkan tangannya hendak mengajak cowok di depannya berkenalan. 

"..."

"Yakin nih gak mau kenalan? Gue cantik, lho, masa di tolak? Banyak cowok di luar sana yang antri buat dapetin gue."

"Gue gak tertarik sama lo," jawab cowok itu kemudian melewati uluran tangan Alora. Berjalan pergi tanpa menghiraukan Alora yang terperangah di tempatnya. Baru kali ini dirinya di tolak oleh seorang cowok? Selamanya ini semua cowok-cowok itu yang mengejar-ngejar dirinya. Tapi kali ini justru Alora di tolak mentah-mentah oleh cowok yang bernama Bian Astara.

Benarkah? Alora tidak bisa terima ini. Mau tidak mau Alora harus bisa mendapatkan cowok itu, bagaimanapun caranya. Harus!

"Woy!!! Gue sumpahin lo jatuh cinta sama gue!" teriak Alora. "Sok jual mahal jadi cowok!" lanjut gadis itu tidak perduli jika para siswa-siswi menatapnya aneh.

"Apa! Mau gue colok mata lo!" sarkas Alora pada segerombol siswi yang menertawakan nya. Mereka kemudian segera bergegas setelah mendengar ucapan sinis Alora.

"Jual mahal rupanya," ujar Alora menatap remeh kepergian Bian. "Minta di kejar-kejar dulu? Baru mau?"

Alora menatap lekat punggung tegap cowok itu dari belakang. "Lo gak akan bisa lolos dari gue. Salah lo karena udah berani muncul di hidup gue," monolog Alora dengan tatapan menyeringai. 

Wajahnya terlihat sangat berbeda dengan sebelumnya, tanpa senyuman, yang ada hanya tatapan mengintimidasi.

Sementara Bian berusaha mati-matian untuk tidak bertatapan dengan gadis itu. Ia belum bisa melupakan kejadian kemarin malam.

Bodoh, bagaimana bisa ia mengatakan kalimat memalukan itu. Bian sendiri juga tidak mengerti, kenapa bisa dirinya berbicara demikian.

"Bodoh, bodoh?! Kenapa gue ngomong kaya gitu? Ciuman? Najis! Amit-amit," rutuk Bian terus menggeleng sembari menghempas Alora dari bayang-bayang nya. 

•••

Suasana belajar-mengajar terlihat sangat tenang di kelas 12  IPA 1, maklum saja, sudah kelas 3 jadi tidak ada waktu untuk bersenang-senang lagi. Saat ini para murid-murid sedang mengerjakan tugas dari Bu Eni, selaku guru pengajar pelajaran Biologi.

"Oke, anak-anak pelajaran hari ini dikumpulkan di meja Ibu, setelah bel istirahat berbunyi. Dan untuk materi-materi persiapan ujian akan Ibu berikan Minggu depan," ujar Bu Eni. 

"Siap, Bu!" sahut Daniel, si ketua kelas yang sangat disiplin, dan sangat menghormati guru. 

"Jangan banyak-banyak ya, Bu!" timpal Kevin, siswa pemalas yang datang ke sekolah hanya untuk bermain game saja. Sangat pemalas sekali.

"Belajar yang benar, Kevin, sudah mau ujian nanti kalau kamu nggak lulus gimana?" tanya Bu Eni. 

"Yahhh!!! Mampus gak lulus!" teriak Ergi dari meja belakang. Cowok itu tertawa terbahak-bahak, membuat satu kelas juga ikut tertawa. 

"Ergi, kamu sama saja, belajar yang benar," Bu Eni memperingati. 

"Sama aja lo bangsul!!" balas Kevin tak kalah heboh. 

"Sudah-sudah, pertemuan kali ini sampai di sini, ingat tugas harus dikumpulkan semua," Kata guru wanita itu kemudian mengemasi buku-bukunya, lalu keluar kelas. 

Setelah kepergian Bu Eni, murid-murid mulai berisik dengan kegiatannya masing-masing, termasuk Kevin, yang menghampiri Ergi di belakang. 

"Kenapa? Kusut banget muka lo," ucap Kevin, duduk di meja berhadapan dengan Ergi. 

"Biasalah," balas Ergi lesu. 

"Adek lo lagi?" 

Ergi hanya membalas dengan anggukan. 

"Ribut Mulu perasaan," heran Kevin. Ya, bahkan hampir setiap hari Ergi akan berdebat dengan adiknya itu. 

"Balas pake cara yang sampe kapanpun gak akan bisa dia lupain, kalo cuma pukulan doang, sehari dua hari pasti sembuh, beda sama cara lain." 

"Cara lain?"

Keduanya saling tatap tanpa berkata. Kevin mendekat kemudian, mensejajarkan tubuhnya dengan Ergi. Kevin menunjuk cewek yang sedang menulis di bangku depan. 

"Tau dia?" tanya Kevin pelan. 

Ergi mengangguk. "Tau, Citra, kan?" 

"Sekarang tau lo harus apa?"

Ergi merasa bingung kemana pembicaraan Kevin sebenarnya. "Ngomong yang jelas bangsat! Jangan bertele-tele kaya cewek aja lo," kesal cowok itu. 

"Santai-santai bro," kekeh Kevin. "Dia Citra, pacarnya Bian, adek lo," jelas Kevin kemudian. 

Mereka kembali bertatapan lagi, terdiam sesaat, memikirkan kalau mereka satu pemikiran. 

"Yes! Bener, balas lewat Citra," ucap Kevin bersemangat setelah Ergi menatapnya seolah mengerti. 

"Mana mau dia sama cowok berandalan kaya gue."

"Merendah untuk meroket bangsat! Meskipun lo berandalan tapi muka lo gantengnya di atas rata-rata!" kesal Kevin merasa geram.

"Tetep aja, dia sukanya sama Bian."

"Astaga! Jaman sekarang masih aja mikirin begituan, selagi lo pepet terus gak mungkin tuh si Citra gak akan suka sama lo."

"Caranya?" bingung Ergi.

"Langsung aja bawa ke hotel, ya, kan?" goda Kevin dengan wajah mesumnya.

"Sesat ajaran lo!" sanggah Ergi.

"Halah, kalo udah begituan nanti juga ketagihan lo, percaya deh sama gue."

"Percaya sama lo bisa hancur hidup gue!" sanggah Ergi lalu berdiri berjalan melewati Kevin, dan disaat yang sama Citra juga berdiri, membuat keduanya secara tidak sengaja bertabrakan. 

Dengan gerakan cepat Ergi langsung menahan tubuh Citra yang hampir terjatuh, tangannya memegang erat pinggang cewek itu. Sesaat keduanya saling bersitatapan dalam jarak yang benar-benar sangat dekat.

Sebelum melepaskan Ergi mengusap-usap pinggang Citra pelan, entah apa maksudnya.

"Hati-hati," ujarnya kemudian pergi. 

Berbeda dengan Citra yang terlihat shock atas kejadian barusan, apalagi sentuhan cowok itu yang membuatnya merinding. Ia mengenal Ergi, namun tidak pernah berkontak langsung dengannya.

Ergi berhenti ketika melihat Bian berdiri di ambang pintu kelas, menyenderkan tubuhnya. Senyum remeh pun terbit di bibir Ergi. "Jagain cewek lo," peringatnya.

"Jangan macem-macem anjing!" murka Bian, menyita perhatian murid-murid di kelas termasuk Citra yang langsung berlari ke arahnya. 

"Ergi cuma bantuin aku pas aku mau jatuh," jelas Citra.

Kedua cowok itu saling berperang dingin. 

"Aku gak suka kamu deket-deket sama dia!" Bian menyeret tangan Citra dengan paksa. 

"Menarik, apa perlu gue coba?" tanya Ergi memandang kepergian mereka. 

Selama ini ia hanya bisa melihat Citra dari kejauhan, dan hari ini, ia bisa sedekat itu dengan Citra. Ya, Ergi akui Citra memang cantik, apalagi gadis itu mempunyai bentuk tubuh yang sangat bagus. 

Hanya dengan memegang pinggang nya saja, Ergi sudah bisa merasakan perubahan pada tubuhnya, bagaimana kalau sampai ia memiliki Citra seutuhnya? 

Pasti rasanya akan sangat menyenangkan, bukan? Sekali berlayar dua pulau terlampaui. Ergi bisa memiliki Citra, dan sekaligus bisa menghancurkan Bian.

"Bersiap untuk permainan ini Citra," ujar Ergi disertai seringai licik.

•••

Berhenti di dekat lapangan basket, Bian melepaskan tangan Citra, menatap gadis itu tajam. 

"Aku gak mau kejadian tadi terulang lagi," tegasnya.

"Bian, itu gak sengaja. Lagipula Ergi cuma nolongin aku nggak lebih," balas Citra.

"Ergi itu gak sebaik yang kamu kira. Dia licik, makanya aku gak suka kamu deket sama dia." 

"Licik apanya? Kalo dia licik mana mungkin mau nolongin aku?" 

"Itu cuma akal-akalan dia, Cit." 

"Akal-akalan dia… atau kamu?" 

"Maksudnya," Bian memicing. 

"Kamu mau pengaruhin aku supaya benci sama Ergi juga, seperti yang kamu lakuin selama ini?" tuduh cewek itu, membuat Bian menganga tidak percaya. 

"Baru sehari deket sama dia, kamu udah berubah gini? Gimana kalo dia terus deketin kamu? Bisa-bisanya kamu ikut ketularan liciknya dia." 

"Stop, Bi, stop! Jangan karena kamu benci sama Ergi, kamu juga menghasut aku untuk benci dia," Citra menaikkan suaranya. Tidak selembut biasanya.

Lagi lagi, Bian tertawa sumbang. Sungguh secepat ini pengaruh Ergi untuk Citra? Citra tidak pernah semarah ini sebelumnya, dan sekarang? 

"Cuma gara-gara Ergi, kamu berani bicara dengan nada tinggi sama aku?" tanya Bian kecewa. 

"Kamu kekanak-kanakan. Ini masalah kecil, tapi kamu yang membesar-besarkan, aku udah bilang kalo itu nggak sengaja, apa kamu percaya? Enggak! Kamu malah nuduh Ergi yang macem-macem!"

"Jangan temui aku sebelum kamu sadar apa kesalahan kamu!" ucap Citra kemudian meninggalkan Bian sendiri di sana. 

Cowok itu tidak habis pikir, selama menjalin hubungan dengan Citra, tidak pernah mereka bertengkar seperti ini. Citra selalu menuruti perkataan Bian, dan begitu juga sebaliknya. Tapi sekarang mengapa gadis itu malah memberontak? Padahal yang ia katakan memanglah benar. 

Bian mengambil ponsel dari saku celana abu-abu nya, kemudian menelpon seseorang. "Awasi Citra, kemanapun dia pergi," perintahnya pada orang diseberang sana dengan suara dingin. 

Tangan di sisi kiri nya mengepal sempurna. Matanya tidak berhenti memandang Citra yang mulai menjauh. Kobaran amarah jelas terlihat di mata cowok itu, namun dia menahannya.

SPAM UP DISINI 👉

SPAM NEXT DISINI 👉

SEMAKIN RAME KOMEN & VOTE NYA SEMAKIN CEPAT UP NYA🤗

MAAF KALAU UP NYA LAMA, KARENA KEMAREN ADA KENDALA:(

RAMAIKAN CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN ✨

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

My Sexy Neighbor Von F.R

Jugendliteratur

894K 13K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2.7M 271K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
1.7M 77.5K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
286K 17K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...