" Detektif... takagi.. "
" Huh?! " Seseorang muncul dan ingin menembak detektif takagi.
Spontan aku mengambil pistolku dan segera menembak orang itu.
" Huh... " Aku menghela nafas lega.
" Lama tidak bertemu, Emily Afton .. " Ucapnya dengan ramah.
Aku hanya tersenyum paksa lalu menundukkan sedikit kepalaku untuk memberi salam " Halo.. "
" Atau aku panggil adikku yang manis, shirai rika? " Tanya nya dengan ekspresi yakinnya
Dari pada senang aku lebih merasa waspada dengannya, apalagi dia adalah polisi.
Aku hanya diam sambil menatapnya.
" Eh? Apa kau tidak kangen dengan ku? " Tanya nya.
" Kenapa? " Tanya ku.
" Apa.. Maksudmu? "
" Apa kau tidak ingin menangkap ku? Aku adalah anggota dari organisasi gelap " Ucapku.
Ia tersenyum " Seseorang telah menceritakan semuanya "
Rasa waspada ku memudar " Seseorang? " Tanya ku
Ia berjalan mendekat " Iya, aku tidak tahu siapa dia, dia mengirimkan sebuah surat kepadaku, dan dalam surat itu tertuliskan semua tentang mu "
" Sebagai detektif, apa kau langsung percaya begitu saja? " Tanya Ku.
" Tentu saja tidak, aku sempat curiga, tapi dalam surat itu seakan benar benar jujur jadi tidak ada salahnya untuk memikirkan kemungkinan kebenarannya " Ucapnya dengan senyum sambil mengusap belakang kepalanya.
Entah kenapa hatiku rasanya kesal tapi juga lega, entah perjuangan ku selama ini sia sia atau tidak, atau aku senang bisa berbicara lagi dengannya.
Aku memegang kepalaku " Dasar... Siapa sih?m " Gumam ku.
" Hei.. Rika.. "
" ? "
" Saat semua ini sudah berakhir, apa kau mau kembali menjadi adikku? " Tanya nya.
" Huh?? " Rasanya kenangan kami terlintas begitu cepat di kepala ku, momen senang, sedih, marah dan lainya seakan mendorongku untuk menyetujuinya.
Aku memiringkan kepala ku dan tersenyum " Yang lainnya pasti akan terkejut loh " Ucapku dengan sedikit meledek.
" Yah.. Kalau itu.. Kita.. Pikirkan lain kali " Balasnya
Aku tertawa kecil " Mungkin.. " Batin ku.
*sssrkk
" Rika! " Seru Haibara dari alat komunikasi.
" Ada apa, haibara? " Tanya ku yang sedikit terkejut.
" Edogawa kun benar benar dalam masalah, ia sedang berusaha lepas dari gin, Sera sedang terlambat karena ada keadaan yang tak terduga, Amuro san masih cukup jauh, kau yang paling cepat saat ini rika, aku mohon cepatlah! " Haibara terdengar panik, aku yang mendengarnya pun sangat terkejut.
" Conan kun? " Ucap Takagi.
" Detektif takagi, aku harus pergi! " Seru ku lalu mulai berlari.
Lalu aku ingat sesuatu dan berhenti sesaat " Maksudku, aku pergi dulu, Takagi niisan! "
Senyum kembali muncul di wajahnya " Hati hati! "
Aku mengangguk lalu kembali berlari secepat mungkin, berharap conan baik baik saja.
- - -
" Ck.. Merepotkan "
Amuro sedang buru buru tapi ia tidak bisa mengabaikan para anggota pembunuh bayaran yang muncul.
Anggota pembunuh bayaran yang bekerja sama dengan organisasi hitam seharusnya di bawah kendali Aoki dan Rika, namun karena penghianatan mereka sudah di ketahui oleh seluruh anggota, gin mengerahkan mereka semua untuk membunuh mantan pemimpin mereka sendiri, tapi bukannya berhadapan dengan Aoki dan Rika, mereka malah berniat membunuh semuanya dan mendapatkan keuntungan dari organisasi hitam dengan membunuh penghianat dari organisasi hitam dan rekan rekannya.
Tanpa mereka ketahui bahwa itu adalah ide yang bodoh.
Mereka turun melawan organisasi karena mereka bisa menghancurkannya.
" Sial, dia kuat " Ucap salah satu anggota mereka.
" Jangan khawatir, dia hanya sendirian kalau beramai ramai pasti dia akan kalah " Balas lainnya.
Tembakan dan pukulan di berikan, membuat Amuro semakin terdesak dengan keadaan itu.
Tiba tiba dari arah lain muncul heiji yang membawa sebuah pipa besi.
" Udah gak pake kayu? " Tanya Kaito yang juga datang.
" Gak, kurang ber damage " Balas Heiji.
" Amuro san! " Seru heiji.
Amuro yang sedang bertarung merespon heiji yang berada tidak jauh dari dirinya.
" Serahkan pada kami! " Seru kaito.
Amuro tersenyum lalu menjatuhkan beberapa orang sekaligus " Oke! Ku serahkan pada kalian! " Balasnya lalu kembali pergi menuju tempat conan.
---
" Ingin membunuhku? Tidak akan menguntungkan apa apa bagimu " Ucap conan.
" Yah.. Aku memang tidak mau melakukan hal yang tak berguna, tapi jika itu detektif terkenal seperti mu, mungkin orang yang menghalangi kami akan berkurang " Ujarnya.
Yang di katakan Gin tidaklah salah, karena conan atau sebenarnya shinichi cukup mengancam organisasi apalagi dengan kemampuan detektif nya, perlahan mereka pasti akan mengungkap organisasi karena nya.
" Membunuh ancaman bukanlah masalah, apalagi hanya seorang anak kecil sepertimu " Ucap nya.
" Kak! Seseorang muncul dari- "
*syut-
Peluru melesat di samping Vodka yang ingin menyampaikan pesan.
" Lepaskan tangan kotormu dari kakaku "
...
" Oho~ kita kedatangan tamu spesial rupanya.. "
Dengan penglihatan yang sedikit samar, conan melihat ke arah gadis itu.
" Ri...ka.. "
Aku tidak tahu ini sebuah kesialan atau keberuntungan, kesialan karena rika datang pertama dan untuk sementara harus melawan keduanya sendiri, atau keberuntungan karena conan memiliki harapan lebih.
Tapi ternyata tidak lama, seseorang lainya datang dengan tidak ramahnya.
*crash...
Kaca gedung pecah karena sebuah tembakan yang di lanjut dengan munculnya seseorang, yang mungkin akan menjadi lawan yang bagus untuk Gin.
" Huh... " Ia menghela nafas lalu bangun.
" Maaf terlambat.. Bocah.. "
" Akai san.. " Gumam ku.
...
Untuk beberapa saat mereka saling mewaspadai sampai akhirnya saling bertarung, karena kami berada di ruangan yang sama kami harus berusaha untuk menghindari adu tembak mereka, walau aku harus melawan vodka untuk membawa conan.
Tembakan demi tembakan, aku tidak menyangka melawan vodka akan sesulit ini mungkin karena itu lah ia di tempatkan di sisi gin, mereka benar benar menyusahkan.
Aku berusaha untuk menghindari tembakan supaya tidak mengenai organ vital, walau begitu tetap saja menghindari sepenuhnya bukanlah hal yang mudah berkali kali peluru itu menggores lengan dan kakiku, tapi walau begitu aku lebih merasa lega karena akhirnya setelah beberapa lama adu tembak dengannya conan bisa kembali padaku.
Akai dan gin bertarung sampai membawa mereka ke atas gedung, agar pertarungan yang lebih menyusahkan tidak terjadi.
- - -
Di sisi Akai dan Gin...
*brak..
Adu tembak yang di ganti dengan pukulan membuat Akai menang telak dan memukul mundur Gin sampai membuatnya terpojok.
" Kau kalah Gin " Ucap akai
" Heh.. Tentu tidak "
---
Akhirnya amuro sampai di tempat Rika, ia bisa lebih lega sekarang karena vodka bisa di serahkan pada akai.
Aku dan conan mencari tempat yang lebih aman dari tembakan untuk menutup beberapa luka ku yang terus mengeluarkan darah, setelah itu semua aku baru bisa membantu mereka lagi.
- - -
- Flashback -
Jauh sebelum Rika bergabung dengan organisasi..
Aku dan conan sedang duduk sambil memakan roti yang kami beli setelah aku menemani conan bermain bola.
" Rika.. "
" Hm? "
" Jika nanti kita bertarung dengan organisasi, apa kau yakin bisa melawan mereka? " Tanya conan.
" Yakin dong, karena aku setiap hari berlatih.. Mungkin memang tak sehebat anggota mereka sih " Ucapku dengan senyum paksa.
" Kau tidak takut mati? " Tanya nya.
Aku diam melirik nya, lalu tersenyum kecil " Tentu saja aku takut, bahkan... Aku sudah pernah mengalaminya walau akhirnya aku malah pindah ke dunia ini sih "
- - -
* dor! Dor!
Keadaan semakin sulit namun perlahan kami bisa mengalahkan mereka, adanya anggota pembunuh bayaran pun semakin menjadi merepotkan.
...
" Hahahaha!! "
" Apa yang lucu?! " Seru Akai
" Walau aku kalah, mungkin aku bisa mengambil satu dalam tim mu " Ucap nya dengan seringainya.
" Chianti... "
Di tempat lainnya
" Akhirnya... Siap gin! "
Akai yang menyadari nya segera mengalihkan pandangan ke arah tempat rika dan yang lainnya bertarung.
" Gawat.. "
...
" Ck merepotkan.. " Batin ku yang terus di ganggu oleh anggota lainnya.
Saat aku sudah mengalahkan semuanya aku menghampiri Amuro, ia terlihat sudah memojokkan Vodka.
Aku sedikit lega melihat keadaan itu, sampai sebuah garis menusuk muncul dari arah luar gadung.
Entah mengapa aku bisa melihat garis itu, kaki ku bergerak sendiri lalu mendorong Amuro.
. . .
* syut..
Peluru melesat melewati akai, memecahkan kaca lalu..
Tepat mengenai dada kanan Rika.
- - -
" Tentu saja aku takut, bahkan... Aku sudah pernah mengalaminya walau akhirnya aku malah pindah ke dunia ini sih "
" Tapi... "
" Jika untuk melindungi orang lain aku siap kok! " Ekspresi rika tidak memperlihatkan ketakutan sedikitpun, ia malah tersenyum cerah walaupun baru saja mengatakan hal seperti itu.
. . .
" RIKA! "
" Karena walau aku mati.. "
" Masih ada kebahagiaan untuk orang yang ku selamatkan "
.
.
" Makanya... "
.
.
" Aku tidak menyesal sama sekali! "
. . .
" RIKA!!!! "