KELVINAR

By shaantyypt

3.5K 2.3K 1.6K

Setelah putus dari sang mantan, Kinara tidak pernah mau berbicara ataupun melirik lelaki disekelilingnya, bah... More

00. Prolog
02. Kelviano Ganendra
Cast
03. Mantan Sahabat
04. Masalah
05. Promise
06. Perdebatan
07. FALL
08. Apa Yang Terjadi?
09. Why Not?
10. Tantangan
11. Tantangan (2)
12. Kejadian di Pagi Hari
13. RAIN
14. Payung
15. Kotak Bekal
16. Bertengkar
17. Satu Nama
18. DIAM
19. Feeling
20. Tinggal Bareng
21. Semangat Nara
22. Pembalasan
23. Pesan Misterius
24. Forget Her

01. Kinara Adistiana

211 115 63
By shaantyypt

“Jangan Mencintai Kalau Ujung—Ujungnya Akan Saling Membenci.”

————

 "Gue mau putus,"

"Mari kita kembali di saat kita tidak saling mengenal satu sama lain,"

"Ra.. gue mau hubungan kita berakhir sampai di sini dan tolong lo jangan temui gue dan gue harap lo bisa ngelupain gue." ucap seorang pria sembari menatap gadis yang berada di hadapannya.

Gadis itu hanya tersenyum getir. Hatinya benar-benar rapuh namun ia berusaha untuk tetap tegar. Ia bersikeras membendung air matanya agar tidak mengalir membasahi pipinya. Kedua tangannya sudah meremas ujung hoodie nya karena menahan air mata yang sebentar lagi akan terun. Detak jantungnya kian berdegup lebih kencang menahan rasa sesak pada dadanya.

Ia tidak ingin menangis di hadapan pria itu atas apa yang pria itu katakan. Mengapa pria itu tega memutuskan hubungan dengannya? Apa kesalahan yang gadis itu lakukan? Selama ini ia tidak pernah sedikitpun melakukan kesalahan.

Lihatlah pengunjung kafe sedang memerhatikan mereka berdua, dan untung saja pengunjung di kafe tersebut tidak terlalu ramai.

"Jadi... Lo ingin putus karena cewek itu? Teman sekelas lo?" Bahkan untuk bicara saja gadis itu merasa kelu.

Tidak ada sahutan dari pria dihadapannya.

"Gue udah tau semuanya, bahkan saat gue pacaran sama lo. Lo sudah suka sama dia dan gue..." Kalimatnya tergantung, "Cuma pelarian lo doang?" Lirihnya seraya menatap getir wajah pria di depannya.

Pria itu memalingkan wajahnya, enggan untuk melihat mata gadis itu, karena semuanya sudah terbongkar.

"Jadi gue benar.." Kinara, gadis berambut panjang yang kerap di sapa Nara sedang memalingkan wajahnya untuk menahan air matanya lalu ia tertawa hambar, ada perasaan kecewa di dalam dirinya.

Nara mengusap cepat air mata yang baru saja turun dari pelupuk mata, "Oke, hubungan ini berakhir dan gue ucapin selamat buat lo, semoga hubungan kalian langgeng." ucap gadis itu sembari tersenyum kaku.

Tanpa mendengarkan ucapan sang pria, Nara berlalu meninggalkan pria itu seorang diri yang kini sedang termenung atas apa yang di ungkapkan oleh gadis itu.

nara tidak menyangka kalau hubungan yang ia jalani selama hampir satu tahun kini sudah berakhir. Tidak ada yang bisa ia harapkan dari cinta pertamanya, bahkan kenangannya masih terus terlintas dengan sendirinya, walaupun kenangan yang ia dapatkan hanya pada saat memulai hubungan.

Nara ingat betul saat pria itu mengajaknya untuk berpacaran dan ia berharap hubungannya tidak pernah berakhir, namun ternyata ia salah.

Ucapan itu masih berdengung di kepalanya bagaikan kaset rusak yang masih terus berputar. Sulit baginya untuk melupakan pria itu, dan kini ia merasa kalau cinta pertamanya begitu menyakitkan ketika tau pria yang ia cintai sudah memiliki pacar.

Bodoh sekali ia yang baru mengetahui bahwa pacarnya berselingkuh beberapa bulan yang lalu, tetapi ia masih tetap mencintai pria tersebut. Memang, cinta itu benar-benar buta sampai ia rela melakukan apa saja demi pacarnya, tanpa mempedulikan dirinya sendiri.

Nara berjalan menuju rumah dengan langkah yang gontai, bahkan sampai saat ini ia masih menahan air matanya. Rasa kecewa, sedih, sakit, dan emosi. Semua sudah tercampur aduk dan ia ingin meluapkan itu semua.

Tanpa disadari hujan mulai turun dengan deras seakan semesta mengerti perasaannya saat ini, serta angin yang berhembus kencang menerpa kulit Nara, namun gadis itu masih tetap berjalan dengan langkahnya, karena ia masih larut dalam pikirannya.

༺♥༻

 Sesampainya Nara di rumah, Mamanya sudah menyapanya dengan raut wajah khawatir, karena terkejut dengan kedatangan anaknya yang sudah basah kuyup akibat kehujanan.

"Kamu pasti hujan-hujanan, 'kan?"

"Mama udah bilang sama kamu jangan pulang malam-malam, kamu gak pernah dengerin omongan Mama. Ya gini, 'kan jadinya."

"Yaudah, kamu ganti baju sana, Mama siapin air hangat buat kamu mandi," Ucap wanita paruh baya itu, Elvi. Mama dari Kinara, "Keringin dulu rambutnya biar gak kusut ya, nak?" Titah Elvi.

"Iya, Maa. Yaudah aku ke kamar dulu," Ucap Nara malas, "Papa sama kak Kenan dimana, Ma?"

"Papa udah tidur. Kalo Kenan masih di rumah temannya, dan katanya mau nginep." Jelas Elvi.

Nara hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Oh iya, pacar kamu ke mana? Kok tumben gak nganterin kamu pulang?" Pertanyaan dari Elvi mampu membuat Nara menoleh sebentar.

"Nara, ada apa? Cerita dulu sama Mama–"

Belum selesai Elvi berbicara, Nara sudah berlari menaiki tangga menuju ke kamarnya. Sedangkan Elvi hanya geleng-geleng kepala lalu pergi menuju ke dapur untuk menyiapkan air hangat untuk anaknya.

Nara sudah mengganti pakaiannya yang sudah basah, namun rambutnya belum ia keringkan mengingat pikirannya sedang kacau balau. Gadis itu menelungkup wajahnya di atas bantal, dan menangis sejadi-jadinya.

Air mata yang sedari tadi ia tahan agar tidak jatuh, kini sudah membanjir pipinya, isakan demi isakan pun terdengar. Nara sudah tidak kuat jika harus mengingat kejadian tadi.

Jadi selama ini ia hanya mencintai pria itu seorang diri?

Jadi ia membuang waktunya hanya untuk mencintai pria yang sama sekali tidak mencintai dirinya?

Ini sungguh tidak adil! Kenapa ia harus ada di dalam situasi yang seperti ini? Sulit baginya untuk menerima ini semua. Segala kenangan yang ia lalui bersama pria itu hanya pura-pura, itu sangat menyakitkan!

"Hiks.." Nara mengusap air matanya yang membasahi pipinya, dan kini matanya mulai sembab, "gue tidak akan pacaran lagi, hiks." Nara mulai berbicara pada dirinya sendiri.

"Untuk apa gue pacaran, kalau ujung-ujungnya hubungan itu akan berakhir,"

"Gue tidak ingin bicara ataupun dekat dengan lelaki,"

"Tapi Kelvin..."

"Masak gue harus ngejauhin dia, itu tidak mungkin! Karena dia itu sahabat gue,"

"Arghhh semua cowok sama saja."

Gadis itu kembali menangis karena kambali teringat dengan sahabat yang dari kecil hingga sekarang selalu bersamanya, walaupun setiap kali mereka bertemu, mereka akan bertengkar satu sama lain, bahkan Nara selalu berbagi cerita dengan sahabatnya itu.

Tok tok

Elvi mengetuk pintu kamar putrinya sebanyak dua kali, "Naraa. Air hangatnya udah Mama siapin!" Ucap Elvi dari balik pintu.

"Iya Maa!" Ucap Nara lalu ia beranjak dari kasurnya. Tangannya menghapus air mata yang masih membekas di permukaan pipinya. Tak lupa ia membalikkan bantalnya yang terkena air mata agar tidak di lihat oleh mamanya.

༺♥༻

  Sekarang ini Nara sedang berada di depan cermin sembari menatap dirinya yang berada di pantulan cermin, tanpa disangka-sangka air matanya kembali turun, dan matanya sudah sembab akibat terlalu banyak menangis, bahkan Mamanya terus-terusan menanyai tentang keadaannya, namun untuk saat ini Nara hanya ingin sendiri.

"Nara gak boleh nangis!" Ujar Nara seorang diri sembari mengusap air matanya dengan kedua tangannya, "Cengeng banget sih gue, gitu aja nangis. Kalau sampai Kelvin gue tau mungkin dia bakalan ketawa." Gadis itu terkekeh.

"Jangan buang waktu lo untuk hal yang tidak penting,"

"Lo pasti bisa ngelupain dia, ya walaupun itu sulit,"

"Tapi.. seiring berjalannya waktu lo bakalan bisa ngelupain dia, semangat Nara. Lo pasti bisa." Ujar Nara sembari mengepalkan kedua tangannya, menandakan bahwa ia sedang menyemangati dirinya sendiri.

Gadis itu merogoh ponsel yang berada di saku celananya, lalu ia menatap getir isi pesan dari pria itu. Tanpa sadar Nara membacanya satu persatu terutama pada barisan kata beberapa jam yang lalu.

Aby❤️
Nanti ketemu di kafe dket rmah lo
Jam 4
13.50

Ada apa?
Tumben banget kamu mau ngajakin aku ketemu
Haha baiklah aku akan ke sana tepat waktu
13.50
(Read)

Kamu ada dimana?
Aku udah sampai di kafe yang kamu bilang
16.02
(Read)

"Ngapain sih gue baca chatan ini!" Ujar Nara kesal, "mending gue blok aja kontaknya dengan begitu gue bisa ngelupain dia." Ucap Nara.

"Udahlah, mending gue tidur aja." Ujar Nara, lalu ia meletakkan ponselnya di atas nakas, dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Sepertinya Nara hanya ingin mengistirahatkan pikirannya yang sedang kacau, apalagi gadis itu terlalu banyak menangis.

TO BE CONTINUED

Author note:
Gimana untuk part ini? Comment ya, kasi saran juga boleh. Jangan bosen baca.

Vote dan comment untuk part selanjutnya! :) Terimakasih sudah membaca, semoga harimu menyenangkan!

08 Maret 2022

Continue Reading

You'll Also Like

326K 19.4K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
648K 25.3K 37
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.9M 90.9K 40
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...