KELVINAR

By shaantyypt

3.5K 2.3K 1.6K

Setelah putus dari sang mantan, Kinara tidak pernah mau berbicara ataupun melirik lelaki disekelilingnya, bah... More

00. Prolog
01. Kinara Adistiana
02. Kelviano Ganendra
Cast
03. Mantan Sahabat
04. Masalah
05. Promise
06. Perdebatan
07. FALL
08. Apa Yang Terjadi?
09. Why Not?
10. Tantangan
11. Tantangan (2)
13. RAIN
14. Payung
15. Kotak Bekal
16. Bertengkar
17. Satu Nama
18. DIAM
19. Feeling
20. Tinggal Bareng
21. Semangat Nara
22. Pembalasan
23. Pesan Misterius
24. Forget Her

12. Kejadian di Pagi Hari

131 105 30
By shaantyypt

Haiii, siapa nih yang malam Minggu cuman di rumah aja? Ayo angkat tangan 🙂

Sebelum baca ingat vote dulu ya guys, kalau bisa comment tiap linenya. Terimakasih 💙

Selamat membaca kawan-kawan...

———

Gue hanya ingin cari tempat dimana gue bisa di anggap ada, dimana setiap kali gue cerita ada yang mendengarkan bukan malah di anggap angin lalu yang tidak ada artinya.
—Kinara Adistiana—

Pagi itu seperti biasanya Kelvin selalu menjemput Nara, padahal dulunya Nara hanya naik bus atau di antar-jemput oleh papanya, namun kali ini Kelvin lah yang mengantar-jemput Nara karena om Baswan selalu mempercayakan Nara kepada Kelvin. Selain itu, Kedua orang tua mereka memang saling berteman dengan baik bahkan dulu saat Kelvin dan Nara masih bayi, mereka pernah bersama apalagi jarak rumah yang saling berdekatan, jadi tidak heran kalau mereka berdua selalu ke sekolah bersama.

"Gue ke kelas duluan ya, kebetulan gue ada piket sekarang." Ujar Nara seraya menggenggam kedua tali tas ranselnya yang di gendong.

Kelvin yang sedang menata rapi rambut jadi menoleh, "jam istirahat gue cari lo ke kelas."

Salah satu alis Nara mengkerut heran, "ngapain?" Tanyanya.

"Ngajak lo ke kantin bareng." Balas Kelvin santai.

"Gue bisa kali ke kantin sendiri."

Mendengar ucapan Nara membuat Kelvin menganjurkan bibir bawah ke depan seperti tidak percaya.

Nara merotasikan bola matanya malas, kemudian berlalu dari sana tanpa mengatakan sepatah katapun.

Awalnya Nara melangkah menelusuri koridor seorang diri namun tanpa disangka-sangka langkahnya terhenti, semua orang disekitar tiba-tiba menjauh ketika seseorang dengan sengaja menuangkan air perasan pel dari lantai 2. Setelah dirasa air perasan pel itu habis dari ember, seorang gadis itu dengan sengaja menjatuhkan ember berwarna merah sehingga ember tersebut menutupi wajah Nara.

"Rasain tuh air pel!!" Ucap seorang gadis dari lantai atas disertai dengan tawa kencangnya.

Dari ujung rambut hingga ujung sepatu telah basah akibat orang itu. Terdengar tawa dari orang yang berada disekitarnya. Bukannya membantu, mereka malah menertawakan. Ada apa dengan mereka semua?

Nara mengambil ember yang bertengger menutupinya dan membuang ember itu asal, ia benar-benar muak dengan apa yang dilakukan oleh orang yang ada di lantai 2.

Dengan segera, Nara berjalan dengan langkah lebar menaiki tangga untuk mencari orang tersebut, tidak peduli jika itu kakak kelasnya. Nara dengan keberanian yang dimilikinya menarik kerah baju perempuan yang tadi menuangkan air perasan pel itu.

Semua orang yang berada di dalam kelas terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Nara.

"Lo apa-apaan sih?! Datang-datang narik bajunya Dania. Gak punya sopan santunnya jadi Adek kelas!" Salah satu temannya Dania yang tidak Nara kenal bersuara.

Nara melayangkan tatapan tajam yang menusuk kepada kakak kelasnya, "Lo kalau jadi kakak kelas punya tu etikanya di jaga!"

"Prilaku Lo aja udah kayak gini, basi tau gak lo. Dasar sampah!" Ucap Nara lagi seraya menekan kalimat diakhir.

Perempuan itu mendelik, "apa Lo bilang barusan?!!"

Nara mendorong Dania ke arah samping—lebih tepatnya ke tempat teman-teman kelasnya berada, "Lo sengaja tuli atau emang benar-benar tuli?"

"Kurang ajar!" Ucap perempuan itu secara tiba-tiba mendorong Nara keras sampai menabrak pintu kelas.

Nara memejamkan matanya menahan sakit pada siku, sepertinya siku di tangan kirinya tergores oleh paku yang ada pada pintu.

"Makanya kalo jadi Adek kelas jangan suka berani sama kakak kelas. Tau sendiri 'kan akibatnya." Ucap perempuan itu tersenyum miring membuat semua orang yang ada di persekitaran kelas jadi tertawa.

Tanpa sadar Dania juga diam-diam tersenyum melihat Nara yang sudah tersudutkan sekarang.

Karena terselimuti perasaan marah sampai ke ubun-ubun, Nara mendekati perempuan itu tanpa ancang-ancang ia menarik rambutnya. Tidak ingin kalah oleh apa yang dilakukan Nara, perempuan itu balas menarik rambut Nara sehingga terjadi aksi saling jambak-jambakan.

༺♥༻

Kelvin bersama dengan ketiga temannya hendak melintasi lapangan menuju kelas jadi mengurungkan niatnya. Seperti ada yang tidak beres.

"Weh Weh Weh, disana ada apaan tuh rame-rame!!" Seru Ardan membuat ketiga temannya kompak menoleh kearah kiri.

"Samperin kesana aja kali." Ucap Ethan.

Seperti biasanya mereka berdua pasti selalu heboh jika ada keramaian, sedangkan Kelvin dan Reza biasanya hanya diam dan tidak mau ikut campur tanpa sengaja Kelvin menangkap sosok perempuan yang tidak asing berada di lantai 2. Mengetahui apa yang dilakukan oleh Nara. Kelvin langsung berlari kencang menuju kelas tersebut, bahkan ia tidak peduli dengan Ardan yang memanggilnya.

"Vin mau kemana, woyy!" Panggil Ardan namun Kelvin sudah jauh dari pandangan matanya.

Ethan menepuk-nepuk bahu kedua temannya.

"Apaan sih, anj." Ujar Ardan kesal.

"Itu Nara bukan?"

Setelah menyadari Nara dan kakak kelasnya saling jambak-jambakan. Tanpa basa-basi lagi, ketiga temannya berlari dari belakang menyusul Kelvin yang sudah jauh di depan mereka.

Dania melihat kemunculan Kelvin dibalik kerumunan membuat sebuah ide licik tersebut terlintas dengan sendirinya.

Begitu Kelvin membelah kerumunan, Dania dengan cepat menghampiri Nara dan temannya yang masih saling jambak-jambakan, ia berpura-pura melerai keduanya. Sehingga dirinya terdorong dari arah samping.

"Dania!!" Seru teman-teman sekelasnya membuat aksi jambak-jambakan itu terselesaikan.

Kelvin dengan sigap tangan kanannya memegang tembok pembatas sedangkan tangan kirinya menahan tubuh Dania agar tidak jatuh ke lantai. Mata Dania bertemu dengan mata Kelvin apalagi jarak mereka bisa dibilang cukup dekat.

Seruan dari para siswi terdengar, mereka iri melihat apa yang dilakukan Kelvin.

Mendengar seruan itu membuat Dania tersenyum kemenangan. Gadis itu berdiri menghadap ke arah Kelvin yang memasang ekspresi datar bahkan Kelvin tidak memandangi Dania dan melewati gadis itu begitu saja.

"Lo apa-apaan sih! Lo yang dorong Dania!!" Ucap perempuan itu ingin menyudutkan Nara.

"Untung ada Kelvin, kalo enggak Dania bisa jatuh gara-gara lo." Ucap salah satu gadis lainnya yang ikut menyudutkan Nara.

"E—enggak. Gue sama sekali gak ada niatan dorong dia." Ucap Nara jujur. Pada saat jambak-jambakan itu terjadi, Nara tidak mengetahui kalau Dania ikut di dalamnya.

"Bohong dia tuh!"

Kelvin menoleh sekilas kearah gadis di sampingnya terlihat pakaian Nara basah serta ada noda, untuk itu Kelvin dapat memahami kenapa Nara melakukan hal tadi.

"Kalian dengar? Dia udah bilang enggak," Ucap Kelvin,"gue percaya sama dia." Katanya lagi seraya menoleh sekilas kearah Nara.

Para siswi tercengang dengan apa yang dilakukan pria itu selanjutnya. Ya! Kelvin menggenggam tangan Nara.

TANGANNYA NARA DI GENGGAM! CATAT ITU.

Gadis itu tentunya sangat terkesiap, bagaimana tidak? Selama bersahabat dengan Kelvin kurang lebih 14 tahun, pria itu tidak pernah menggenggam tangannya, paling tidak yang sering pria itu lakukan hanya mengelus rambut Nara saja.

Nara tahu ini berlebihan, tapi ini sungguh mengejutkan, bahkan selama berpacaran dengan Aby, dirinya tidak pernah merasakan arti pacaran yang sesungguhnya. Sial! Ia malah mengingat hal itu lagi.

"Ayo, Nar." Kelvin dan Nara berbalik lalu membelah kerumunan yang tadi menyaksikan kejadian itu.

Dania berdecak seraya menghentakkan kakinya kecewa ketika Kelvin melewatinya begitu saja.

Begitu semua bubar, ketiga temannya Kelvin ikut menuruni tangga mengikuti Kelvin dan Nara yang sudah jauh di depan mereka.

༺♥༻

Nara menghentikan langkahnya begitu sampai di koridor dekat kelasnya, secara otomatis Kelvin juga ikut menghentikan langkahnya. Kelvin melepaskan tangannya yang bertautan dengan Nara. Seketika mendadak suasana di sekitar mereka jadi canggung.

"Lo mau gue anterin pulang?" Pertanyaan itu muncul dari Kelvin.

"Sempat gak gue pulang ini?" Nara balik bertanya.

"Masih ada waktu lagi lima belas menit." Ujar Ethan setelah melirik arlojinya.

"Gimana? Lo mau pulang sekarang?" Tanya Kelvin.

"Itu—"

"Naraaaa!!" Seruan itu berasal dari dalam kelasnya. Siapa lagi kalau bukan Eva.

"Ya ampun, Nar! Baju lo kenapa jadi kotor begini??" Tanya Eva terdengar ada nada khawatir.

Eva membolak-balik tubuh Nara yang basah serta beberapa noda yang ada pada kemeja putihnya.

"Pasti ini ulah nenek lampir itu 'kan? Kurang ajar!!" Eva hendak pergi namun Nara berhasil meraih lengan Eva dan menghentikan langkahnya.

"Telat banget lo. Sebelum gue masuk kelas dia udah langsung labrak Dania." Sahut Ardan.

"Kakak kelas yang begitu harus di kasi pelajaran biar gak semakin ngelunjak. " Ujar Eva.

"Tenang, Va." Ucap Nara menenangkan.

Anjelyna datang dengan tas yang masih ia gandong, sepertinya ia baru saja tida.

"kalau kamu mau. Kamu bisa meminjam seragam aku untuk sementara waktu."

Mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Lina, membuat mereka semua yang ada disana menoleh secara bersamaan.

"aku membawa 1 seragam yang sama." Ralat Lina jujur.

Lina sudah terbiasa dengan apa yang di lakukan Dania. Dari SMP Dania tidak pernah berubah dan selalu Lina lah yang menjadi bahan bully nya untuk itu ia selalu membawa seragam lebih agar saat pembelajaran ia tidak terganggu oleh seragamnya yang kotor. Ia tidak tahu untuk apa Dania melakukan hal itu kepada Nara? Kenapa bukan Lina saja? Kalau saja Nara tidak menolongnya, mungkin dirinya yang akan selalu menjadi bahan bully an kakak kelasnya.

"Pinjam seragamnya Lina aja, keburu mulai belajar ntar." Ucap Eva.

"Yaudah lo taruh tas. Kalau pak Anton udah datang bilang gue lagi di toilet sama Lina." Ucap Nara sembari menyodorkan ranselnya lalu dibalas anggukan oleh Eva.

Pak Anton merupakan salah satu guru yang paling digemari, walaupun pak Anton ini memang sangat—atau bahkan beliau tidak pernah senyum, beliau tidak galak tetapi ekspresi datar nya yang membuat sebagian siswa beranggapan bahwa pak Anton galak. Selain itu, beliau akan memasuki kelas tepat waktu, jika ada siswa yang masih di luar kelas setelah beliau datang, maka pak Anton tidak akan membiarkan siswa itu mengikuti pembelajaran.

Tanpa pikir panjang, Nara dan Lina berlari menuju toilet perempuan dengan tergesa-gesa.

"Lo sering bawa seragam lebih karena Dania selalu ngelakuin hal itu ke lo juga?" Tebak Nara dan sudah dipastikan tebakannya benar.

Lina menggeleng, "bukan begitu, a—aku sengaja bawa seragam lebih cuma untuk cadangan aja. Ketika aku keluar keringat aku akan ganti." Bohong Lina.

"Bohong itu gak baik lho." Ucap Nara tidak percaya dengan ucapan Lina.

"Maaf..." Lirihnya.

Bagaimana mungkin Nara bisa marah dengan gadis didepannya? Lina polos—ralat gadis ini terlalu polos sehingga Nara jadi tidak tega marah dengan Lina.

"Yaudah lain kali jangan begitu lagi, lo kalau ada masalah cerita aja sama gue."

Lina mengangguk sebagai jawabannya.

"Makasi Lina, seragam ini gue bawa pulang dulu ya mau gue cuci," Ucap Nara lalu membuka layar ponselnya, "eh udah mau bel tuh, ayoo ke kelas!"

Lagi-lagi Lina mengangguk lalu keluar dari toilet bersama dengan Nara.

TO BE CONTINUED

1 Mei 2022

Continue Reading

You'll Also Like

GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.3M 97.2K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
449K 49.3K 22
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
5.9M 388K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
5.4M 393K 55
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...