Mylovelly

By chihamusen

503K 6.6K 189

Ini kisah tentang Alyra yang selalu sabar dan tetap tegar mencintai Axello yang mempunyai hati sekeras batu h... More

Pacar lama?!
Mantan temannya
Berusaha buat Lo?!
Siapa itu cewek?!
Ingat dia gak?!
Rela kotor deminya
Sahabat cowok terbaiknya
Iseng Pembalasan
Kacamata Hitam
Bukan selera gue!
Perasaan lebih
Masih Kangen
Sama yang Baru
Niat busuknya?!
Mimpi mustahil
Berhati malaikat?!
Sekalian Kencan.
Terbayang gemas
Ambigu aturannya?!
Latihan praktek anu?!
Dibuat tak betah?!
Si mesum gila?!
Takdir atau nasib?!
Guru Privatenya
Benci atau suka?
Simpanan temannya sendiri?!
Apa maunya?!
Perintah Tuan?!
Kena jebakannya
Benda terlarang
Merasa kehilangan?!
Menipu perasaannya
Teman masa kecilnya.
Terasingkan perasaan
Sentuh atau Injak?!
Teman barunya
Saingannya
Pindah sebangku
Hukuman bersamanya.
Jawaban Cinta!!
Mengejar hati?!
Mewujudkan buktinya!!
Gebetan Baru
Permainan gila!!
Pasangan Resmi!!
Calon Mertua Idaman
Tak mengakuinya
Kencan serius!?
Masa lalunya?!
Terasa Berat Baginya
Bahaya mengancam?!

Kekasih sebenarnya?!

421 27 9
By chihamusen


Happy reading!!

Semoga suka dan terhibur!Vote dan koment ya!! Harap maklum kalau ada typos yang bertebaran dimana-mana hontouni syankyu naa!!

Axello masih sedikit kepikiran tentang Alyra yang tak biasanya mengacuhkan dirinya seperti itu.

"Anjing malah kepikiran nih gue! Baru pertama kalinya gue ngerasain kayak beginian. Padahal tuh cewek kayak biasa-biasa aja!!" decih batin Axel sekaligus terlihat agak menyedihkan dengan wajahnya stresnya. Ia duduk sambil termangu lalu sesekali menggaruk kepalanya frutasi.

Yah walau memang agak terlihat berbeda sih bagaimana sikap cewek itu seolah mengabaikannya secara terang-terangan didepan yang lainnya. Dulu Alyra selalu mendambakan dirinya dengan tatapan penuh antusias memberikan segala pujaannya.

Axel menjadi sedikit malu kalau mengingatnya kembali. Bahkan temannya sampai mulai ada yang meledeknya hanya karena itu.

Tapi kali ini gadis itu seperti mulai mundur menutupi dirinya. Axel yakin Alyra pasti sengaja membuatnya agar merasakan hal aneh.

Kalau diingat-ingat Axel tak lagi mau mengungkit kesalahan tentang Alyra dengan Rendra waktu itu. Karena bagaimanapun juga Axel telah salah memperlakukan Alyra kurang baik meski bukan sepenuhnya ia harus mengakuinya karena ia tak mempunyai hubungan khusus. Jika saja tak teringat perkataan Rendra mengenai Alyra dan menganggap cewek itu lebih dari apapun. Axel pasti tidak akan mau pedulikan masalah mereka. Namun hal itu juga menyangkut soal Mea, orang yang sangat berarti baginya.

"Kalau Lo sampai berani nyakitin Alyra gue gak akan segan juga buat ngelakuin hal yang sama pada Mea bahkan lebih parah dari lo! Biar dia tahu kalau ini adalah balasan dari perbuatan suadaranya sendiri." ujar Rendra penuh penekanan menatap Axel tak kalah tajam.

"Sialan si Rendra pake ngancemin gue segala bawa nama dia. Ck! Tapi ya sudahlah selama Mea masih bisa bahagia gue gak akan masalah sih, awas aja ntar lo tungguin apa yang akan selanjutnya gue lakuin,," gumam Axel tercenung sebentar lalu berdecak setelahnya menepis pikirannya tentang tempo waktu itu.

"Tapi lebih baik Mea gak usah tau kesalahan Rendra sih atau enggak dia akan nyalahin gue juga atas kelakuan gue sama teman ceweknya cih! Padahal gue gak ngapa-ngapain! Bisa-bisa mereka main curang!!"  geram Axel pelan sambil mengacak rambutnya gusar. Saat ini Axel duduk diatas meja ruangan kelasnya. Tentu saja sepasang kekasih dari salah satu temannya itu Rendra dan Mea tak ada di dalam sini. Bahkan teman yang lainnya juga.

Hanya ada beberapa temannya yang masih tersisa tetap bersama Axello yang lebih dulu memasuki kelas mereka.

"Gue mau ngomong sesuatu sama Lo...." ujar Ale perlahan pada Axello yang kini mulai menatapnya menunggu perkataan cowok itu selanjutnya gue. 

Kevan mengernyitkan alisnya sebentar. Ia melirik Ale dengan tatapan waspada. "Jangan bilang Lo mau ngasih tau ceweknya dia..." mata Kevan mulai seolah berkata dengan pelototannya yang tajam melihat Ale dengan tak santai. Bagaimana pun juga Kevan telah berjanji pada Alyra untuk tak membiarkan siapapun tahu soal cewek itu pada yang lain. Meski sebenarnya Kevan tak ada hak untuk ikut campur demi membela cewek merah itu.

Ale hanya memutar jengah matanya tak mempedulikan apa yang Kevan maksudkan padanya. Ia pun menarik napas panjangnya sejenak lalu kembali berkata. " Xel Lo masih punya urusan kan sama cewek itu?" tampang Ale terlihat sedikit serius saat melihat Axel yang mulai bingung dengan ucapannya.

"Hah? Cewek yang mana gue bingung dah Lo tiba-tiba ngomongin gituan. Ampun dah gue gak tau yang mana orangnya yah. Sampai gue lupa wajah mereka apalagi namanya." Axello mencoba berpikir keras lalu menatap heran sembari menggelengkan kepalanya tanda ia agak menyerah untuk mengingat sekarang tentang para pengagumnya yang ada dimana-mana.

Kevan sedikit menahan napasnya saat mendengar ucapan Ale yang selanjutnya tadi jika hal itu menyangkut soal Alyra nanti dia dengan akan siap menonjok mukanya Ale agar dia membisukan mulut cowok itu sebelum membuat masalah baru lebih panjang lagi. Tentu saja nantinya obat suntikkan yang sempat Ale dapat dari Kevan akan disebut jika oleh Ale, orangnya terlalu jujur tanpa sadar berpikir panjang saat mengatakan hal yang sebenarnya dengan mudah begitu saja jika telah terjadi sesuatu yang cukup melibatkan Kevan juga disana saat itu.

"Kata Pak kepsek Lo masih punya tugas tanggung jawab kan? Yaudah Lo sama dia harus segera diselesaikanlah Kalau enggak Lo akan kena point dari pihak sekolah kalau Lo nggak nurut sama perintahnya." jelas Ale. Kevan pun sedikit menghela lega. Ale hanya meliriknya sekilas sembari berdecih tajam pada Kevan yang balas melotot padanya.

Untuk sesaat Axello terdiam seketika,  ia jadi langsung teringat Alyra pada saat itu juga yang kini masih memikirkannya. "Shit!" Axello memijit pelipisnya sebentar seakan ingin mengubah eskpresinya juga secara bersamaan walau dia menyembunyikannya. "Wah baru ingat gue! Thanks bro, gue bisa pakai alasan itu buat balas dia lagi biar tahu rasa tuh cewek!!" decak Axello yang kemudian terlihat semringah seketika. Walau demikian berkata mengerikan didepan orang lain namun dalam hatinya seolah menggelitik senang ketika ia memiliki cara tersebut ingin menemuinya.

Entahlah Axello rasa dirinya tidak akan merasa terlalu malu saat berhadapan lagi memulai kembali dengan gengsinya pada gadis itu. Bagaimana pun juga Axel harus bisa menggunakan baik-baik kesempatan ini biar dia bisa membalaskan sesuatu pada Alyra yang sudah membuat hidup dirinya menjadi tak tenang.

"Eh bukannya Lo benci sama dia ya? Biasanya Lo suka ngehina dia setiap kali sama Axello. Kok malah Lo biarin sih Axel dekat lagi sama Alyra?!" selidik Kevan memicing tajam siapa tahu Ale mungkin punya rencana buruk seolah mendukung Axello yang kadang seenaknya berbuat bodoh.

"Cih! Curigaan banget dah! Gak usah ikutan Lo. Gue cuma menyampaikan doang sama mereka berdua. Lo gak tau apa-apa masalah nilai sekolah. Jadi pikiran diri Lo sendiri sebelum gagal jadi murid sekolah!!" desis Ale menatapnya tajam dengan bersidekap didepan dada dari tempat bangkunya.

"Udah Lo berdua gak usah pada rebutin guelah! Gue ogah banget ngeliat kalian jadi rada aneh depan mata gue." Axello memutar malas bola matanya dan bangkit berdiri.

Kevan hanya balas menatap datar disamping cowok gondrong itu. "Kalau Lo bukan anak pemilik sekolah ini udah gue bantai habis keturunan Lo!!" gumam sinis Kevan mulai jengkel kemudian berlalu masih dengan tatapan sengitnya pada Ale. Axello menggelengkan kepalanya melihat kedua cowok temannya itu sempat saling berdebat panas.

***

"Tunggu! Ini buku catatan penting yang akan Lo salin materinya, tinggal lo pelajari aja nanti buat ngulangnya semuanya udah gue siapin didalam sini dan lagi Lo juga gak usah salah paham gue cuma mau nyelesaiin tanggung jawab gue doang,," ucap Axel berdehem setelah sedikit berlari saat mengejar langkahnya mendekati Alyra yang baru saja keluar dari kelasnya dan tak sengaja bertemu Axello di sepanjang koridor. Cowok gondrong tampan itu menyampirkan tasnya dibahu sembari menyodorkan sebuah buku sampul berwarna coklat kepadanya.

"Engh... Iya hai!!" Alyra seketika begitu terkejut dan gugup hingga tak bisa menutupi rasa senangnya saat cowok gondrong yang dia sukai itu menghampiri dirinya muncul secara tiba-tiba tanpa akan menyangkannya entah kena angin apa dia malah datang kemari dengan sendiri dihadapannya. Mata belo Alyra sedikit terbuka lebar lalu mulai membalasnya dengan suara pelan menahan debaran kencangnya.

Nampaknya Alyra masih terlalu bingung dengan perasaannya sendiri kini campur aduk saking senangnya saat berdekatan kembali dengan Axello yang kini berjalan disebelahnya sembari cowok gondrong itu menjelaskan sedikit materi disana agar Alyra bisa lebih mudah untuk mengerti lalu tinggal mengulanginya saja penjelasan darinya.

Alyra sesekali menahan senyuman manisnya dan tak terlalu fokus dengan apa yang Axello katakan. Dia hanya bisa memandangi wajah tampan Axello yang melebihi dari perkiraannya. Untuk sejenis Axello wajar saja cowok itu agak terlihat sombong jika meminta sesuatu padanya. Axello bukan tipe orang yang mudah dengan sembarangan kalau dia sendiri tidak mau.

Lalu hingga Alyra mengalihkan perhatiannya sebentar ke arah lain yang kini membuat matanya nyaris sempurna terbuka lebar saat ada yang menarik penuh untuk terus memandanginya cukup lama.

"Hei-hei! Lo bengong aja! Gimana mau cepat paham orang otak Lo aja kosongan gak ada isinya gini! Malah bisanya cuma ngelamunin cowok lain!!" decak Axello mencibirnya agak sinis sambil melambaikan tangannya kasar tepat ke arah muka gadis itu saat itu juga ia tahu mengikuti arah pandangan Alyra ke seseorang yang tengah berdiri di depan gerbang sekolahnya.

Alyra hanya terdiam cukup lama terpaku hebat lalu mulai bergantian memandanginya ke arah sana maupun pada Axello sesaat didepannya yang semakin mengerutkan keningnya heran ada apa dengan gadis itu kini tiba-tiba membeku ditempatnya.

"Ja-jadi Lo bukan dia?" tanya Alyra linglung dengan suara tersendat seraya menatap Axello dengan tatapan yang sulit dimengerti.

"Marcello maksud Lo?!" kini Axel malah balik bertanya namun sedikit agak menukik tajam setelah melihat ke arah sana lalu juga kembali balas menatap Alyra yang terlihat seperti orang kebingungan.

"W-what?! Lo kenal sama dia? Astaga selama ini gue salah orang! Jadi gue bukan pacar Lo dong! Aduh jangan sampai dia tahu kalau gue lagi dekat sama Lo!!" ucap Alyra sontak seketika mundur kebelakang agar menjaga jarak dari Axello dengan keterkejutan yang luar biasa.

"Mulai sekarang anggap aja kita gak pernah saling kenal! Sialan bisa-bisanya gue malah gandengan sama cowok lain kayak Lo! ishh dasar berengsek! Lo sengaja memanfaatin gue!!" rutuk Alyra pada dirinya sendiri sebentar seraya menutupi wajahnya yang memanas dengan kedua tangannya lalu seketika melotot tajam pada cowok gondrong itu tanpa takut sama sekali seakan ingin memukulinya, namun tertahan oleh rasa lemasnya yang masih terkejut. Tetap saja dia masih tidak terima dengan apa yang baru dia alaminya sekarang.

Axello hanya bisa diam mencoba mencerna maksud perkataannya namun setelah itu ia seakan mulai mengerti kalau Alyra mempunyai hubungan lain dengan orang itu.

Alyra pikir Axello mungkin sama saja seperti cowok lain diluaran sana yang sok-sokan ingin memperdayakan kelemahannya saat tahu kalau dia mencintainya dan akan selalu tunduk padanya. Meski Axell tak mempedulikan bagaimana Alyra menganggapnya, yang ia tahu Axell hanya tidak ingin menjalin hubungan dengan orang baru seperti Alyra yang bisa-bisanya salah alamat ke padanya.

"Sekarang gue mau pergi! Lo gak usah repot-repot lagi buat kasihan sama gue! Gue tahu orang bodoh kayak gue gak mungkin bisa terima kenyataan! Lo udah bohongin gue! Seharusnya Lo jujur dari awal jangan mempermainkan gue Lo cowok sialan!!" maki Alyra dengan matanya yang mulai berkaca-kaca merah namun dengan cepat ia menengadah seolah berusaha untuk tetap terlihat kuat dengan congkaknya menatap Axel penuh tajam dan tersenyum ketus.

"Gue gak...." Axello merasa dia tidak tahu harus melakukan apa saat melihat Alyra melampiaskan emosinya padanya. Terlalu cepat baginya untuk memahami hati cewek merah itu. Namun ia masih bisa menahan dirinya untuk tetap diam kembali agar Alyra bisa sedikit tenang.

"Sudah cukup! Semuanya gak berguna! Gue gak butuh perhatian dan alasan omongan kosong Lo lagi!!" desis Alyra memotong cepat ucapan Axello tanpa ingin mendengarkannya lagi. Setelah mengatakannya, Alyra langsung berlalu pergi meninggalkannya begitu saja dengan wajah dinginnya.

W-wait?! Axello tertegun sesaat. Kenapa bisa cewek itu menyalahkan semua kesalahannya pada Axello bahkan dari kebodohan yang cewek itu sendiri? Padahal Axello tak pernah  berpikiran demikian untuk berpura-pura membalas tentang perasaan Alyra selama ini.

Selama ini Axello dia cukup sabar menahan segala rasa malunya sering kali kadang jika Alyra terusan mengikutinya bahkan ingin menjadikan dirinya sebagai milik cewek itu sendiri sesuka hati.

Jika Axello memang berani menyakiti Alyra, sudah sedari dulu dia akan membiarkannya terluka seperti insiden waktu di kantin dulu begitu saja tanpa peduli. Saat itu Axello dalam keadaan marahnya ketika Alyra terlalu berlebihan padanya, hingga ia tak sengaja membentak Alyra dengan kasar sampai tangan gadis itu pun ikut terluka.

Karena tidak ingin membuat Axello semakin memikirkan bagaimana keadaan cewek itu saat waktu dulu. Axello memutuskan untuk segera mengobatinya walau rasanya ingin menolak bisikan hatinya. Ia tidak pernah berlaku kasar pada cewek lain sebelumnya jadi Axello tidak ingin membuat dirinya terlihat bukan seperti seorang lelaki yang tak mau bertanggung jawab, itu sebabnya Axello dibesarkan oleh tangan bunda tersayangnya untuk tetap bisa berbuat baik walau harus terpaksa, sebelum nantinya hal itu akan mengubahnya menjadi lebih buruk lagi jika tak ia segera lakukan.

Axello tak tahu harus berekspresi seperti apa selain menatapnya saja. Alyra memilih menjauh darinya demi menyapa Marcello orang yang Axel kenal kurang baik bagaimana cowok itu. Tapi ya sudahlah akhirnya Alyra tak lagi salah paham tentang perasaan cintanya pada orang yang jika memang benar itu pilihannya sendiri Axello tak akan lagi harus merasa terganggu seperti setiap harinya diisi oleh kehadiran cewek merah itu.

Namun detik berikutnya hati Axello sedikit  terasa panas dan mengganjal ketika melihat bagaimana Alyra tersenyum lebar dengan manisnya yang kini kembali ceria saat berada didepan Marcello yang entah kenapa datang kesini seolah menunggu seseorang. Tidak seperti tadi raut wajah Alyra terlihat judes untuk pertama kali padanya. Axello berdecih sinis.

"Mungkin mencari ceweknya kali?! Cih gak pernah gue sangka sih, kalau dia orangnya." gumam Axello yang masih bergeming memandanginya dengan tatapan tajam pada kedua orang itu. Marcello tak menyadari keberadaan Axel dari jauh, namun dia cukup sedikit terkejut saat Alyra muncul didekatnya dengan wajah cantiknya yang menawan dimatanya sesaat.

"Akhirnya kamu datang juga buat ngejemput aku ya?" Alyra tersenyum haru sekaligus senang sambil memeluk erat lengan Marcello yang ikut membalasnya.

Kemana perginya tatapan akan penuh cinta Alyra tadi untuknya seperti yang sebelum-sebelumnya cewek itu tunjukkan tanpa rasa malu. Kini telah menghilang begitu saja saat menemui orang baru yang selama ini tiba-tiba saja hadir ditengah-tengah hubungan mereka yang baru saja mulai berjalan.

Seolah-olah Axello seperti dicampakkan begitu saja setelah cewek itu mengejarnya mati-matian lalu berpindah hati dengan mudahnya melupakan tentang semua yang telah dia lalui. Tanpa sadar kini Axello pun mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga uratnya menonjol terlihat sedikit mengerikan. Bahkan buku sampul yang masih dia pegang berada dalam genggamannya seakan ingin meremukkan sampai lebur sebagai bentuk apa yang dia rasakan dalam hatinya begitu memanas saat ini.

"Kenapa lo diem masih disini? Ada yang ketinggalan eh?" Axello tersentak saat mendengar suara Ale datang menghampirinya.

Axello menggelengkan kepalanya cepat berusaha sadar sebelum ada yang menyadarinya. "Gak! Yaudah sekalian Lo buang nih gue gak butuh lagi catatan penting. Gue pulang duluan Le,," kata Axello hanya melihatnya sebentar dan menyerahkan buku sampul yang mulai terlihat usang dari sebelumnya. Lalu menepuk pundak cowok itu seolah menguatkan dirinya sendiri. 

Ale hanya menatap bingung sesaat ke arah buku itu tadi saat sudah berada ditangannya. Setelahnya Axello pun pergi berlalu dari hadapannya tanpa sepatah kata lagi. Namun Ale tadi sempat juga melihat ke arah wajah Axello seperti memerah redam yang seolah menahan dan sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

TBC....

Continue Reading

You'll Also Like

PUNISHER By Kak Ay

Teen Fiction

1.3M 115K 44
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 222K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
4.9M 388K 37
[DIMOHON BUAT READER'S SEBELUM BACA CERITA INI UNTUK TAHU KALAU INI MENCERITAKAN TENTANG TRANSMIGRASI YANG CUKUP KLISE. JADI JIKA ADA KALIMAT YANG SA...
262K 24.8K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...