ASAVELLA [TERBIT] ✓

By jerukminii

8.2M 601K 47.9K

Aku terlalu bahagia mengisi hari-harinya. Sampai aku lupa, bukan aku pengisi hatinya. ••••• Cover by pinteres... More

Asavella 🍁
Asavella 🍁2
Asavella 🍁3
Asavella 🍁4 +
Asavella 🍁5
Asavella 🍁6
Asavella 🍁7
Asavella 🍁8
Asavella 🍁9
Asavella 🍁10
Asavella 🍁11
Asavella 🍁12
Asavella 🍁13
Asavella 🍁14
Asavella 🍁15
Asavella 🍁16
Asavella 🍁17
Asavella 🍁18
Asavella 🍁19
Asavella 🍁20
Asavella 🍁21
Asavella 🍁22
Asavella 🍁23
Asavella 🍁24
Asavella 🍁25
Asavella 🍁26
Asavella 🍁27
Asavella 🍁28
Asavella 🍁29
Asavella 🍁30
Asavella 🍁31
Asavella 🍁32
Asavella 🍁33
Asavella 🍁34
Asavella 🍁35
Asavella 🍁36
Asavella 🍁37
Asavella 🍁39
Asavella 🍁40
Asavella 🍁41
Asavella 🍁42
Asavella 🍁43
Asavella 🍁44
Asavella 🍁45
Asavella 🍁46
Asavella 🍁 47
Asavella 🍁48
Asavella 🍁49
Asavella 🍁50
Asavella 🍁51
Asavella 🍁52
Asavella 🍁53
Asavella 🍁54
Asavella 🍁55
Asavella 🍁56
Asavella 🍁57
Asavella 🍁58
Asavella 🍁59
Asavella 🍁60
Asavella 🍁61
Asavella 🍁62
Asavella 🍁63
Asavella 🍁64
Asavella 🍁65
Asavella 🍁66
Asavella 🍁67
Asavella 🍁68 pt.1
Asavella 🍁 68 pt.2
Asavella 🍁69 pt.1
Asavella 🍁 69 pt.2
Asavella 🍁70 (A)
Asavella ending?
ENDING ASAVELLA
EPILOG
ARKHAN : AKU JUGA PERNAH BAHAGIA
VOTE COVER ASAVELLA
OPEN PRE ORDER ASAVELLA

Asavella 🍁38

82.8K 7.5K 925
By jerukminii

Bagaimana langkah kecil itu baru saja keluar dari ruang yang memiliki papan nama tergantung dengan huruf kapital yang berjajaran rapi. Ruang kepala sekolah—iya—gadis itu baru saja dari ruang kepala sekolah untuk kedua kalinya, seusai kejadian beberapa minggu lalu penuh dengan ketidakadilan.

Asa meminta surat laporan atas tidaknya bagaimana ia selama ini tidak bisa mengikuti beberapa mata pelajaran yang harus tertinggal untuk diberikan kepada wali kelasnya.

Asa berjalan sendirian. Tiap lorong sepi karena proses belajar-mengajar sudah di mulai kisaran 20 menit yang lalu. ia kini mulai menaiki anakan tangga sekolah yang akan membawa pada lantai dua di mana tidak untuk pada kelas lama yang sudah bukan lagi tempat ia menempuh ilmu. Ia harus berada di kelas reguler—MIPA 8.

Asa berhenti sembari mendongak—menatap dua anakan tangga seraya membuka maskernya. Ia membenarkan sejenak ranselnya dan kemudian membenarkan anak poni yang kini ia selipkan pada daun telinga kanannya. Tubuh Asa terkejut secara refleks. Dia juga terdiam mematung. Ketika ia merasakan kegelapan karena kedua netra yang ditutup oleh dua telapak tangan.

Namun tak disangka, senyuman Asa terbit walaupun tipis ketika ia meraba—merasakan punggung tangan kekar yang terasa uratnya menonjol serta kulit terasa dingin. “Galucu, Brian.”

Laki-laki itu menarik tangannya dari kedua mata Asa. Tubuh gadis itu membalik dan menemukan sosok laki-laki yang membuatnya tak bereaksi.

“Kangen, Brian, ya?” ucap laki-laki itu yang kemudian memijak satu anakan tangga untuk mensejajarkan dirinya dengan Asavella.

“Eh.” Asa menggeleng. “Saka, enggak gi—” Asa semakin terkejut ketika Saka yang secara tiba-tiba memeluk tubuhnya.

“Kenapa harus merindukan seseorang yang suka liat lo hancur, Langit?” tanya Saka yang kemudian memendarkan pelukannya. Menatapi wajah Asa begitu dalam. Dan sesekali membenarkan anakan rambut Asa.

Suasana membuat canggung serta hening.

“Kehadiran gue ... ternyata enggak berguna buat, lo. Apa karena Brian orang lama sementara gue orang bar—” Asa menutup mulut Saka rapat-rapat menggunakan telapak tangan kanannya.

Tatapan sendu sosok Asa serta gelengan samar mengisyaratkan untuk tidak berbicara lebih jauh.

“Ka, gue cuma butuh adaptasi.” Asa berucap pelan dan menarik tangannya dari mulut Saka. Dan lihat, laki-laki itu tersenyum samar yang begitu terpaksa.

“Jangan jadiin gue bahan taruhan dengan masa lalu, lo.”

Raut penuh sedih Saka benar-benar tidak bisa disembunyikan. Topengnya untuk masalah hati tidak sekuat dan setebal topeng milik Asavella. “Lo milik gue, Langit.”

“Iyah. Gue milik lo, milik lo, Ka,” ucap Asa penuh keyakinan penuh.

Tapi siapa sangka, gelengan cepat Saka membuat dua alis milik gadis itu saling bertaut satu sama lain. “Lo bohong, Langit.”

“Lo. Bohong,” bantah Saka seraya menggeleng samar.

“Lo mungkin, bisa bilang segampang itu lo milik gue dan lo cinta gue. Tapi, hati lo. Hati lo udah jadi batu. Di mana cuma Brian yang masih melekat di sana. Apa gue harus jadi bajingan seperti Brian, biar lo jadi milik gue, dan lo klaim secara tulus dari hati lo?”

“Dialog gue sama lo cuma sedikit dan singkat. Sekali berdialog, gue kecewa,” ungkapnya dari dalam hati.

Lihat, Saka Biru Pratama. Tengah mempertanyakan soal perasaan yang di mana pada intinya ingin diakui secara tulus oleh Asavella melalui tiap kalimatnya.

Saka memegang kedua pipi Asa dengan lembut. “Apa gue harus perkosa lo, Sa? Apa gue harus juga hamilin lo biar lo akui dari hati?” Pikiran kotor Saka itu hanya refleks dari kekecewaannya.

“Lakukan jika itu perlu, Ka. Renggut keperawanan gue jika lo perlu. Biar lo puas kalo gue udah milik lo. Gue milik lo, Saka. Dan Lo cuma milik gue sampai kapanpun.”

Jika kalimat Asa membuat Saka yakin, itu pemikiran yang begitu salah. Saka langsung menjauhkan tangannya dari pipi dingin gadisnya.

“Gue enggak bodoh, Asa.”

Bugh! Bugh!

“SAKA!” Nada oktaf Asa meninggi ketika melihat laki-laki itu memukul keras dinding dua kali hingga menimbulkan luka pada jemarinya.

 “Gue cemburu, Sa.”

“Ke UKS.” Asa mulai memijakan turun satu langkah pada anakan tangga. Tapi seseorang yang baru mengungkapkan rasa cemburu itu tidak ingin ke sana dan membuat langkah Asa berhenti.

“Dengan adanya gue ke UKS, apa sekaligus ngilangin rasa cemburu?”

“Ka, udah.”

Saka mengangguk melihat Asa tertekan karena merasa bersalah kepadanya. “Iyah, gue diem. Jangan peduliin luka tangan gue. Ini gapapa.”

“Bahkan lo tau … kehadirannya abu-abu untuk lo,” sambungnya yang kemudian mengusap-usap lembut puncak kepala Asa dan kemudian memutuskan pergi meninggalkan perempuan itu sendiri.

“Saka.”

“Ka. Tunggu,” ucapnya yang kemudian melihat Saka lebih dulu masuk ke kelas yang di mana kelas 11 IPS 1 memang berposisi di samping kanan dengan tangga di mana samping kiri sudah kelas MIPA 8—yang tak lain dan tak bukan itu kelas baru Asavella.

Asa menghela napas berat. Ini memang kesalahannya. Ia melupakan jika ia sekarang milik Saka Biru Pratama. Laki-laki yang selalu datang tiap ia bersedih dan membutuhkan sebuah sandaran. Tapi lihatlah, karena satu nama ia membuat orang lain terluka.

Asa membalik tubuh malas. Tidak berhenti dari sini, Ia melihat bagaimana kaki jenjang berdiri di hadapannya. Gadis itu kemudian mendongak. Mendapati sosok gadis yang entah dari kapan berdiri di situ.

Senyuman itu terbit begitu lebar di ukiran wajah Asa. Refleks Asa langsung memeluk tubuh gadis tersebut.

“Gue kangen banget sama lo, Keci. Lo apa kabar?” Ungkapan tulus Asa disambut tidak senang oleh gadis bule yang tidak membalas pelukan Asa dan memilih mencengkeram erat kedua lengan Asa dan menarik—menjauhkan tubuh Asa dari darinya.

“Gausah drama bisa, lo?” cibir Kecil dengan tatapan marah.

“LO TERUS TERANG MAU LO APA ASAVELLA!” Air mata Keci lolos begitu mengungkapkan kalimat dengan oktaf yang naik tinggi.

Asa dibuat kebingungan. Kenapa sahabatnya menangis penuh emosional. Apa Asa baru saja melakukan kesalahan? Jadi, tidak salah jika Asa berucap. “Maksud lo?”

Keci mengernyit. “Sialan. Lo beneran masih belom paham juga? Lo tanya, maksud gue apa? Lo anggap gue sahabat, bukan?”

“Lo emang sahabat gue,” tanggap Asa.

“Terus?” Keci menaikkan satu alis. “Jika gue sahabat lo, seharusnya lo sadar dan lo tau tentang gue suka dan enggak sukaan gue. Tapi … KENAPA LO MESRA-MESRAAN SAMA, SAKA! KENAPA HARUS SAKA!”

“Gue. Udah. Ngincer Saka. Lama, ASAVELLA!

"Gue cinta sama Saka. Gue sayang sama Saka. Tapi kenapa justru lo yang diklaim Saka. Kenapa!" tekan Keci tiap kalimat dari lubuk hatinya yang sesak.

“Kenapa lo enggak mikir sampai situ? LO UDAH DISUKAI BANYAK COWOK! HARTA! TIO! BAHKAN SI PELAWAK BAGUS TEMEN KITA! SUKA LO! BELUM LAGI KAK BRIAN! DAN SEKARANG! SAKA!”

Sorot mata Asa melebar. Pengakuan yang begitu mengejutkan hadir untuknya. Ia menggeleng tidak percaya. “Lo apaan sih, mana mungkin mereka suka gue. Kita sahabat.”

“KARENA PERJANJIAN DARI MEREKA YANG LO ENGGAK TAHU!!”

"Lo pikir, dengan sahabat cowok cewek nggak ngelibatin perasaan? Konyol kalo itu terjadi."

“MEREKA BERJANJI SATU SAMA LAIN BUAT ENGGAK JATUH HATI UNTUK ENGGAM MERUSAK PERSAHABATAN DENGAN KENYATAAN MEREKA SEMUA JATUH HATI!"

"MEREKA ENGGAK MAU REBUTAN LO! SAMPAI HARTA MEMUTUSKAN BAIK BUAT NERIMA, MUTIARA! BAGUS MEMILIH MENYERAH KARENA SEJATINYA LO CUMA CINTA DAN SAYANG SAMA BRIAN CLAUDIUS! DAN LO HARUS TAU TIO! ”

“TIO MAHARDIKA PERISAI LO YANG SESUNGGUHNYA, ASA!”

“Dia yang selama ini mantau lo. Dia 24 jam ada buat lo yang sering kasih info ke gue dan anak-anak yang lain soal lo. Bahkan, dia sering tanya kelas sebelah buat tanya apa lo masuk sekolah hari ini? Bunga. Bunga,” Keci mengulang satu kata yang kemudian menepuk-nepuk pundak Asa.

“Bunga mawar. Lo terima nggak?”

“Bunga mawar? I-iyah. Gue selalu dapet bunga mawar. Emang kenapa?”

“ITU DARI TIO MAHARDIKA, ASAVELLA. ASAL LO TAHU, TIO HANYA AKAN BELI BUNGA MAWAR KETIKA HUJAN TURUN. DIA ENGGAK PERNAH PAKAI PAYUNG KARENA SEJATINYA CEWEK YANG DIA CINTAI TIDAK PERNAH BERTEDUH.”

“Udah cukup, Sa. Cukup lo buat luka ke cowok yang lebih mementingkan perasaan satu sama lain daripada egonya buat bisa dapetin lo! Dan sekarang, Saka. Lo pikir gue enggak sakit hati?”

“Gue punya perasaan, Sa. Gue mana bisa bersikap biasa aja kek anak-anak. Gue punya hati. Jadi, Mutiara selama ini enggak salah kalo cemburu soal kedekatan lo sama harta. Walaupun lo enggak salah juga saat itu. Dan gue sekarang diposisi Mutiara. Bedanya, Saka menjadikan lo semestanya.”

Air mata Asa dan Keci mengalir deras beradu dengan kenyataan yang di mana sama-sama mereka harus ketahui.

Ini sangat menyakitkan. Pada dasarnya mengetahui hal yang sebenarnya sangat menyakitkan.

"Untuk seluruh siswa-siswi kelas XI IPA maupun IPS silakan berkumpul di lapangan sekolah untuk pemberitahuan dan menyambut kedatangan tamu penting. DIHARAP YANG KELUAR LEBIH DULU UNTUK KETERTIBAN ADALAH KELAS MIPA EFEKTIF 1-A."

Suara dari speaker sekolah terdengar oleh dua gadis bagaimana yang terlihat keluar lebih dulu dari ujung adalah kelas MIPA EFEKTIF 1 – A.

Para siswa keluar melewati Keci dan Asavella.

“Itu Aca, bukan?” Suara samar itu terdengar oleh Asa. Asa juga mengenal suara siapa di tengah keramaian.

Dengan cepat sosok laki-laki itu menepuk dua kali  pundak Asavella. Kemudian membalikkan badan gadis itu dan membawanya dalam pelukan. “GUE KANGEN BANGET SAMA CEWEK GUE YA TUHAN!! FINALLY GUE KETEMU!”

Asa meremas roknya tanpa membalas pelukan laki-laki tersebut. Asa bisa melihat Mutiara yang disamping Harta, sementara Tio yang menatap datar dan kemudian membuang wajah.

“Sa, are you okay?” tanya lembut Harta yang justru membuat air mata Asa jatuh deras dan kemudian membuat Bagus menjauhkan tubuhnya untuk menatap Asavella.

Bagus sedikit membungkuk hanya sekadar menyamakan tingginya dengan Asa. Tatkala ia juga meraih dagu gadis dihadapannya. “Lo bisa nangis, Sa? Lo tau kan, air mata lo mahal. Keci, apain Lo?"

"Lo apain badebah gadis gue!” ujar Bagus yang kini mengarah dan menatap Keci juga baru aja menangis.

Tio yang diam-diam mencuri—lirik dengan wajah sendu saat melihat Asa langsung kembali memasang wajah biasa dan berjalan ke arah Keci.

“Ayo.” Tanpa basa-basi pun, Tio meraih—menarik pergelangan tangan Keci dan membawanya pergi.

“Lo tiap hari nggak nangis enggak bisa? Memang bener, ya. Kehadiran lo cuma buat masalah dikehidupan orang,” cibir Mutiara.

“Diem, Ra. Jangan memperkeruh suasana,” pinta Harta yang menegur kekasihnya.

Mutiara menggeleng kepala. Menghentakkan kasar kaki kanan dan kemudian menatap Harta tajam. “Terus aja bela cabe-cabean, lo!” bentak Mutiara yang kemudian merajut langkah pergi.

“ARA! TUNGGU!” Dan Kini Harta pun mulai memilih mengekori sang kekasih yang tersulut api cemburu.

“Dih, cabe ijo emang belom pernah diulek mulutnya,” sinis Bagus.

Are you okay, Ca?”

“Seharusnya gue yang tanya itu kepada kalian. Topeng apa yang kalian pakek sampek sekuat itu tanpa sepengetahuan gue?” lirih Asa menatap dalam wajah Bagus.

Bagus tidak mengerti. Spontan ia menjawab. “Ca, lo tau kan otak gue di lutut, masuk IPA EFEKTIF pun itu juga jalur orang dalem. Gue mana ngerti juga sama kata-kata lo yang lo susun indah ini."

“Gue enggak baik-baik aja dan gue ingin mati, Bagus.”

Asa menekuk mulutnya ke bawah. Ia mengangguk paham dengan kepala menunduk. Menumpahkan air matanya tidak pada lantai ubin melainkan terlihat sebuah tangan yang menangkup air mata Asa.

Ia mendongak. Itu tangan Bagus.

“Tapi lo udah mati lama, Asavella.”

“Lantas kapan gue hidup kembali? Gue cuma mau hidup. Hanya kehidupan.”

"Kalo mau, jadi ibu dari anak-anak gue, ya. Tanpa penolakan." Random kalimat terlontar begitu saja.

Membuat gadis itu terdiam. Seakan apa yang dilontarkan lawan bicaranya terdengar serius.

Tetapi kekehan kecil berhasil memecahkan suasana.

"Canda, Sa. Gue enggak akan kek gitu sama cewek yang gue sayang. Gue bakalan jaga lo. Tanpa sedikit ngerusak."

ฅ^•ﻌ•^ฅ

Masih aman kan part inikan?

Ada yang mau disampein ke Saka?

Ada yang mau disampein ke Brian?

Ada yang mau disampein ke Asa?

Ada yang mau disampein ke Jysa?

Ada yang mau disampei ke Bara?

Ada yang mau disampein ke Mutiara?

Ada yang mau disampein ke Keci?

Ada yang mau disampein ke Tio?

 
Next????????????

Jangan lupa buat komentarnya plis 😭😭😭🥺💔💔💔 dan jangan lupa votenya.

Makasih yang udah vote dan komentar💜🍁🍁

🍊ILYSM🍊

Continue Reading

You'll Also Like

1.1K 174 8
Perasaan cemas yang berlebihan. Orang yang di diagnosa ANXIETY mereka adalah orang-orang yang hebat, bahkan akan lebih hebat lagi jika dia bisa mele...
176K 15.4K 38
Aku berhasil menulisnya ... Menulis kisahmu yang sangat sedih dan pilu ... Menulis semua diksi indah yang keluar dari mulutmu ... Menulis semua rasa...
721K 63.1K 45
Diterbitkan oleh Penerbit LovRinz (Pemesanan di Shopee Penerbit.LovRinzOfficial) *** "Jangan percaya kepada siapa pun. Semua bisa membahayakan nyawam...
283K 43.9K 35
R13+ S E L E S A I ⚠TEORI BERTEBARAN⚠ "ɢᴏᴏᴅ ʟᴏᴏᴋɪɴɢ ≠ ᴢᴇʀᴏ ᴘʀᴏʙʟᴇᴍ" **** Siapa sangka sekolah khusus perempuan yang mengutamakan kecantikkan ini memp...