BENALU YANG TAK TERLIHAT(Tama...

By wienena

9.2K 555 40

Awalnya aku membencinya. Lelaki itu bagaikan Benalu di kehidupan kami. Tanpa kusangka sebuah rahasia terkuak... More

chapter 1
chapter 2
bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Bab 55
Bab 56
Bab 57
bab 58
ekstra part

Bab 6

216 19 0
By wienena

    Aku meraih punggung tangan Ibu ketika beliau pamit kerja. Semalam kami sudah bicara tentang tawaran Bulek tempo hari. Ibu bilang, akan diskusi dulu dengan majikannya.

Sedari tadi Bapak tidak kelihatan. Biasanya saat Ibu berangkat kerja, Bapak selalu duduk di kursi panjang yang letaknya ada di depan rumah. Seolah Bapak mengantar istrinya berangkat kerja. Aku sempat bertanya pada Ibu Bapak kemana, dan Ibu bilang, Bapak tadi berjalan ke arah ujung jalan, jalan buntu.

Segera kuraih sweater karena pagi ini masih sangat dingin. Tujuanku adalah rumah kosong yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah Bulek. Biasanya Bapak akan betah berlama-lama di sana. Dan biasanya secara diam-diam aku mengawasinya dari rumah sebelah.

Sepanjang perjalanan aku berpapasan dengan beberapa orang yang hendak ke kebun, mereka membawa peralatan seperti sabit, cangkul dan tak sedikit dari mereka berjalan sambil memikul pupuk kandang. Kesuburan tanah di desa ini membuat mayoritas warganya bekerja sebagai petani sayuran. Di mana hasilnya setiap hari akan di ambil oleh tengkulak kemudian di jual ke pasar-pasar besar.

Aku terus melangkah pelan. Jarak pandang masih kabur karena pagi ini berkabut. Selama melangkah mataku terus waspada berharap semoga bertemu Bapak di jalan sehingga bisa langsung membujuknya pulang, karena Bapak belum sarapan.

   Seketika Kakiku terhenti tatkala melihat pemandangan yang ada di depanku sekarang. Bapak sedang bicara dengan siapa itu? Kenapa pemuda itu seperti sangat akrab dengan Bapak? Mereka kenal di mana? Tiba-tiba rasa iri akan keakraban mereka muncul tanpa ku undang. Bapak ternyata bisa tertawa, hal yang sangat mustahil kutemui.

Untuk sesaat aku terpaku, hingga tanpa kuduga, mata pemuda itu bertubrukan dengan mataku tanpa sengaja. Kami saling menatap untuk beberapa detik. Tatapan penasaran.

Diantara kami berdua, akhirnya aku yang memutus aksi saling tatap itu. Lalu kualihkan pandanganku ke arah Bapak yang sepertinya sudah kembali sibuk dengan dunianya sendiri. Bapak merancau pelan dengan ekspresi datar, sama seperti yang kulihat setiap hari.

"Pulang, Pak."

Tanpa mengindahkan pemuda  yang masih menatapku itu, aku bersimpuh di hadapan Bapak.

"Bapak kamu?"

Suara pemuda itu mengalihkan pandanganku. Ia mengernyitkan dahi menunggu jawabanku.

Aku berdiri lalu mengambil tempat di samping Bapak. "Iya."

Ekspresi pemuda itu seketika berubah. Ia yang tadinya ramah kini memasang wajah sinis dengan tatapan yang sulit di artikan.

Sebenarnya aku menunggu dia membuka obrolan lagi, tapi sepertinya tak ada lagi hal penting yang perlu kami bicarakan. Sehingga aku memutuskan untuk melanjutkan membawa Bapak pulang.

"Ayo, Pak."

Untungnya Bapak manut, lelaki yang kusadari ubannya mulai tumbuh banyak itu bangkit dan membiarkan lengannya ku apit.

"Bapak 'kan belum makan." kataku sembari membawanya ke jalan pulang.

"Makan."

"Iya, Pak,"

Dadaku membuncah mendengar Bapak menyahut. Ini pertama kalinya Bapak merespon kala kuajak berbicara.  Kurasai mataku menggenang, menahan haru. Sementara bibirku tanpa sadar melengkung ke atas.

"Sari masak enak buat, Bapak."

Suaraku berubah seperti mencicit. Pelan tapi masih bisa di dengar. Bapak tak menyahut tapi langkah kakinya membuatku yakin Bapak tengah semangat untuk pulang dan mencicipi masakanku.

"Hai, kamu!" Tiba-tiba ada suara yang menginterupsi kebahagiaanku dari belakang.

Pemuda itu memanggilku. Ia berjalan menghampiri kami. Membuat langkahku terhenti.

"Ya?" Aku mendongak. Aku merasa tak ada urusan apapun dengan pemuda ini.

Dia menatapku dari ujung rambut sampai kaki, seperti mengulitiku.

Tak sopan!

"Ada apa? "

Suaraku sedikit meninggi. Dari dulu aku paling risih di perlakukan seperti ini.

"Aku pernah lihat kamu. Tapi di mana ya? "

Dia tetap menatapku dengan mata cantiknya, membuatku jengah. Segera saja kuajak Bapak melanjutkan langkah. Tidak ada gunanya meladeni pemuda seperti ini. Aku yakin pemuda ini terbiasa tebar pesona dengan cara ini kepada lawan jenisnya.

"Aku belum selesai ngomong! "

Pemuda itu kembali mengejar. Nada bicaranya seperti jengkel karena ku abaikan.

"Kami harus segera pulang." Sebisa mungkin aku menahan emosiku sekarang. Aku mengingatkan diriku sendiri, ada Bapak di sini.

"Semoga saja dugaanku tidak benar, "
Pemuda itu menjeda ucapannya. Membuatku mengernyit tak paham.

"Kamu bukan cewek yang menurunkan Bapak ini di jalan pakai becak beberapa bulan lalu ''kan? "

Bersambung.


Part terpendek yessss

Continue Reading

You'll Also Like

6.6M 339K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
391K 22K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
2.9M 303K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
562K 21.6K 46
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...