Pojok Ambigu Otak Kanan

By vermoza

11.2K 275 13

Kumpulan sampah dalam otak yang dirasa sayang untuk dilupakan More

Tempat Spesial Kita
Terima Kasih
Second Chance
Conversation
Eyes
Bus Stop
Hunter With No Name
Old Friend
Daydream
Can of Coffee
Opposite
Meet Again
24 Hours
Chocolate
LOST
Hey Ratu
The Mechanic
Gelap
Aku Siapa?
Signal
MiraTelli

Captain

538 10 0
By vermoza

Sebuah foto terpampang di meja belajarku. Foto sepasang manusia, sepasang manusia yang sedang tersenyum bahagia, mereka saling merangkul mesra layaknya dua sejoli yang sudah di pertemukan oleh waktu untuk menjadi pasangan hidup. Rindu, itulah yang kurasakan setiap kali mata ini tertuju pada foto itu, mereka adalah orang tuaku yang sudah lama pergi, pergi meninggalkan dunia ini, menuju tempat yang lebih baik.


Sedih, hal yang sudah menjadi makananku sehari hari, mengingat banyak orang lain yang masih bisa merasakan kasih sayang dari orang tua mereka. Menghabiskan waktu di akhir pekan, sekedar makan bersama di luar rumah atau hanya menerima sebuah pesan singkat yang mengingatkan agar sampai di rumah tepat waktu, aku hampir lupa kapan terakhir kali aku merasakan hal hal semacam itu.

Orang tuaku tewas karena sebuah kecelakaan lalu lintas, sebuah kelalaian manusia lain menjadi penyebab mereka sudah tidak lagi berada di antara kami. Menangis, mungkin mereka bilang menangis bisa membuat perasaanmu kembali lega, sesekali aku memang ingin melakukan itu tetapi aku tidak bisa, ya tidak bisa.

"Kaaaaaak~ ayo bangun sarapannya udah siap"

"Iya, bentar lagi"

Suara seorang gadis terdengar dari balik pintu kamarku. Gadis yang jadi alasan mengapa aku tidak bisa menangis atau lebih tepatnya tidak boleh. Aku berjalan keluar kamar, menuju asal suara itu. Di sana terlihat seorang gadis berambut panjang, hitam pekat, itulah warna rambutnya, poninya sedikit menyamping, menutupi sebagian dahinya, seorang gadis yang lebih muda dariku.

"Ayo kak duduk sini, ntar nasi gorengnya keburu dingin"

Aku hanya tersenyum dan melakukan apa yang dia suruh. Dia adalah Andela, Andela Yuwono, dia adikku satu satunya, salah satu sumber semangatku satu satunya hal berharga yang dititipkan oleh kedua orang tuaku. Apapun yang aku alami atau yang kami alami, aku harus selalu terlihat kuat di depannya karena aku adalah seorang kapten, kapten yang bertanggung jawab membawa para awaknya untuk mengarungi lautan yang bernama kehidupan dengan selamat.

Kami berdua tinggal di rumah peninggalan orang tua kami. Yah beruntung kami masih memiliki tempat untuk berlindung dari panas ataupu hujan. Andela masih bersekolah sementara aku ? aku hanya seorang mahasiswa berumur 21 tahun yang mencoba menyelesaikan kuliahnya secepat mungkin sembari bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan kami. Terdengar klise tapi memang itulah kenyataannya.

"Ok,makasih makanannya, seperti biasa nasi goreng bikinan kamu emang juara" Aku mengantarkan piring bekas makanku tadi menuju tempat cuci piring.

"Hehehe, siapa dulu dong yang masak" Dia membanggakan dirinya, terlihat sangat lucu. Aku mengusap kepalanya dan sepertinya dia menyukai itu.

"Baiklah sekarang saatnya laporan untuk kegiatan hari ini" Aku bersikap layaknya seorang komandan yang memerintahkan bawahannya.

"Siap !, Sekolah, Beres beres rumah, dan jangan pulang terlalu larut" Andela berada dalam posisi siap.

"Baiklah, Laksanakan !"

"Aye aye, kapten" Dia memberi hormat padaku

Yah seperti itulah keseharian kami, aku sebagai kapten kapal dan dia adalah kru kapalku. Mungkin terdengar aneh, tapi kami berdua sudah sepakat menganggap bahwa kami adalah pelaut yang sedang berjuang mengarungi kerasnya lautan, lautan yang bernama kehidupan.

Waktunya berangkat, aku berjalan menuju rak sepatu yang berada dekat pintu keluar. Kuambil sebuah sepatu dari sana, sebuah sepatu yang sudah lusuh, warnanya juga mulai pudar, beberapa tambalan menghiasi beberapa bagian dari sepatu itu, namun hal hal seperti itu tidak sedikitpun mengurangi kegunaan dari sepatuku. Oke sekarang aku sudah siap.

*Greeb*

Aku merasakan seseorang memelukku dari belakang.

"Kak, hati hati ya," Andela melingkarkan tangannya di perutku dengan erat.

"Iya srikandiku, kakak berangkat dulu ya, jangan nakal" Aku kembali mengusap rambutnya yang berwarna hitam, dia hanya tersenyum sambil menatapku.

"Iya kakak terbaikku" Dia melepaskan pelukannya dan melambaikan tangannya padaku yang sedang berjalan menuju pintu keluar.

Baiklah, ayo kita mulai. Hidup, berikan tantangan terbaikmu, aku punya seseorang yang harus kubahagiakan.

*****

Bisnis internasional, itulah mata kuliah yang sedang di jelaskan oleh dosenku. Slide demi slide kuperhatikan dengan seksama, sesekali aku mencatat beberapa kata kunci dari materi yang terpampang di depan. Teman temanku yang lain terlihat santai, yah mereka hanya harus memperhatikan dan meminta softcopy dari materi yang dibawakan oleh dosen lalu membukanya di Laptop mereka masing masing. Sebenarnya itu tidak masalah buatku, aku hanya perlu berusaha lebih keras sebagai pengganti dari fasilitas fasilitas pendukung yang tidak kumiliki.

"Serius amat go," Seorang wanita membuyarakan konsentrasiku yang sedari tadi tertuju pada dosen yang sedang berbicara.

"Eh Yona, iya nih, lagi menarik pembahasannya"

Ini Yona, gadis yang menjadi Sahabatku. Sedikit tentang Yona, dia adalah gadis dengan potongan rambut pendek, hidung yang hmmm pesek menurutku, mata yang bulat dan berwarna coklat atau mungkin hitam entahlah yang jelas siapapun yang melihatnya pasti berpendapat bahwa Yona adalah gadis yang cantik.

"Abis ini ada acara gak ? ke kantin yuk sekalian ngomongin tugas kemaren, kita kan satu kelompok"

"Boleh sih, tapi jangan lama lama ya, aku ada kerjaan lagi soalnya"

Yona hanya mengangguk. Kamu berdua kembali mendengarkan penjelasan sang dosen yang rambutnya mulai sepi itu.

Waktu memang berlalu dengan cepat jika kita sedang menikmati sesuatu. Itulah yang kurasakan karena sekarang aku sudah berada di kantin bersama dengan Yona yang duduk di hadapanku. 2 gelas eh teh manis sudah tersedia di depan kami, menunggu untuk diminum.

"Gimana kabar Andela ?" Terlihat aliran es teh manis merangkak naik melalui sedotan yang tersemat di antara bibir Yona.

"Baik, semuanya baik baik saja"

"Kalo kamu sendiri gimana ?"

"Yah begitulah..." Keheningan menyelimuti kami, hanya terdengar riuh suara suara orang yang berada di kantin.

Yona hanya menatapku, tersenyum, sepertinya dia memikirkan sesuatu. Terkadang aku bingung melihat tingkah lakunya, dia selalu terlihat percaya dengan setiap ucapanku namun di balik itu aku yakin bahwa dia menangkap maksud yang tersembunyi dari setiap perkataanku.

"Baiklah kalau begitu, Yugo..." Kali ini matanya menatap mataku dalam "Ingatlah, kamu selalu bisa cerita tentang apapun sama aku"

Senyum, hanya itu yang bisa kulakukan. Aku mengeluarkan beberapa catatan dan fotokopi materi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas kami. Cukup sudah pembahasan tentang hal hal yang lain, kali ini kami berdua hanya fokus untuk menyelesaikan tugas kami.

Hampir 2 jam kami berkutat dengan tugas itu. Aku melihat jam tanganku, sudah waktunya untuk pergi kerja.

"Yon, aku duluan ya, udah harus masuk kerja nih" Aku merapikan semua bahan yang berserakan di meja dan memasukkannya kedalam ransel hitamku.

"Oh yaudah, ntar aku ke rumah kamu deh, sekalian pengen ketemu andela"

Aku bergegas meninggalkan kantin, lambaian tanganku menjadi salam perpisahan kami. Aku bekerja sebagai salah satu karyawan di salah satu toko buku, ya hanya itulah lowongan pekerjaan yang tidak mengganggu waktu kuliahku. Pekerjaan yang ditawarkan juga tidak begitu berat, hanya merapikan buku, mencatat stok buku yang tersisa di gudang dan bersih bersih. Aku juga bisa belajar karena ada beberapa buku menarik yang kubaca selagi senggang.

Sial, sepertinya hari ini aku pulang terlambat. Salah satu teman kerjaku tidak masuk, terpaksa aku harus menggantikannya dan itu membuatku harus tinggal lebih lama di toko buku. Sebenarnya bukan masalah besar toh mereka memberiku upah untuk lembur hanya saja hari ini Yona kan ingin datang ke rumah. Aku tidak ingin membuatnya menunggu.

"Aku pulang" Jam 10, waktu di mana aku sampai ke rumah.

"Selamat datang kak, tadi ada kok Yona" Andela menyambutku dengan piyama, sepertinya dia sudah bersiap untuk tidur.

"Terus kak Yona-nya mana ?" Aku melepaskan kedua sepatuku dan meletakkannya di rak.

"Udah pulang, kakak lama banget sih pulangnya"

"Iya, tadi ada temen kakak yang gak masuk, terpaksa kakak gantiin shift dia"

Kunyalakan Televisi dan mengistirahatkan badanku di sofa. Andela datang dengan segelas teh manis hangat dan duduk di sampingku. Dia menyandarkan kepalanya di bahuku, entah apa maksudnya, akupun merangkulnya, sebuah momen yang sangat menyenangkan.

"Jadi gimana tadi sekolahnya ?"

"Kayak biasa, menyenangkan"

Suara televisi menjadi satu satunya suara yang terdengar di ruangan. Susasana hening menyelimuti kami

"Kak..." Tiba tiba Andela memecahkan keheningan di antara kami

"Hmmm..."

"Apa kakak akan selalu ada buat aku ?" Aku sedikit terkejut mendengar pertanyaannya.

"Kok tiba tiba kamu nanya gitu ?"

"Gapapa, jawab dong kak" Dia mengeluarkan jurus andalannya, tatapan memelas dan suara dengan nada manja.

"Kakak gak tau, tapi yang pasti kakak akan berusaha selalu ada buat kamu, sampai kamu benar benar sudah gak membutuhkan kakak lagi"

"Tapi aku gak mau itu sampe terjadi, aku mau selalu bareng kakak" Dia menundukkan kepalanya, ekspresi sedih terukir di wajahnya.

"Hei hei, kru kapalku tidak boleh lemah seperti itu, yang penting sekarang kita masih saling memiliki, lebih baik kita nikmati momen momen kebersamaan ini sebaik mungkin"

"Aye Aye kapten" Wajahnya kini kembali ceria, yah inilah salah satu hal yang menghapus segala rasa lelah yang kurasakan.

Jam 12 tepat, yah kini hari sudah berganti dan sepertinya aku harus segera tidur, ada kuliah menantiku jam 10 pagi nanti. Kumatikan televisi, aku menoleh ke samping, ternyata Andela sudah tertidur di pundakku. Dasar, pantas saja tidak terdengar lagi celotehan celotehan dari mulutnya, dia sudah asik bermain main di alam mimpi rupanya.

Kugendong dia, membawanya menuju kamar pribadinya. Perlahan lahan kurebahkan badannya di kasur, ku selimuti badannya lalu ku kecup keningnya. Tenang saja Srikandiku, apapun yang terjadi, kebahagiaanmu adalah priotitas utamaku.

******

Siaran televisi di siang hari, kebanyakan di dominasi oleh acara acara gosip. Hari ini tidak ada perkuliahan jadi aku memutuskan untuk bersantai di rumah. Andela sudah berangkat ke sekolah, ya sebangun dari tidur kami belum ada bertemu. Dia hanya meninggalkan sebuah memo dan sepiring mi instan. "Kak aku gak sempet masak, ini dulu gantinya ya" itulah yang tertulis di memo tersebut. Bagiku itu bukanlah hal besar toh sarapan mi instan bukanlah hal yang buruk.

Bosan, itulah yang kurasakan setelah berjam-jam duduk di depan televisi, menonton acara acara yang kuanggap tidak mendidik. Sempat terpikir untuk pergi keluar, sekedar berjalan jalan, tapi kemana ?. Kubatalkan niatku untuk pergi keluar, lebih baik aku membereskan rumah saja, sedikit membantu pekerjaan adikku.

Menyapu, mengepel lantai, hingga membersihkan setiap debu yang menempel di kaca, tak kusangka pekerjaan ini cukup melelahkan tapi mengapa Andela tidak pernah mengeluh ? ah mungkin diriku ini memang tak sekuat yang aku bayangkan. Sekarang saatnya membereskan kamar, kamar Andela adalah tujuanku yang pertama.

Kubuka pintu yang di hias dengan gantungan yang berbentuk barisan huruf, A.N.D.E.L.A, begitulah susunan huruf tersebut. Kamar khas anak perempuan, beberapa boneka, sprei yang berwarna pink, dan beberapa buku buku pelajaran serta novel yang tersusun rapi di mejanya. Mataku tertuju pada sebuah buku yang cukup tebal dengan sampul berwarna pink yang bertuliskan nama adikku itu. Hmmm buku apa ini ? rasa penasaran sedikit merasuki pikiranku, mungkin tidak akan masalah jika aku mengintip sedikit.

Kubuka buku tersebut, sebuah tulisan rapi memenuhi halaman pertama. Ada beberapa tanggal yang menghiasi setiap isi di halaman tersebut, sepertinya hampir setiap hari adikku menuliskan sesuatu di buku ini, semacam buku harian.

Ternyata benar ini adalah buku harian. Kubolak balik lembar demi lembar, hingga aku berhenti di sebuah tulisan. Tanggal yang tertulis menunjukkan tulisan ini dibuat 1 minggu yang lalu.

Hari ini cukup menyenangkan, aku belajar bermain gitar, salah seorang temanku dengan sukarela mau mengajarkanku. Ternyata bermain gitar tidak sesulit yang kubayangkan bahkan temanku itu terkejut mengetahui jika aku ternyata sangat cepat belajar. Kakakku tidak tahu hal ini mungkin nanti aku akan memberitahunya. Mungkin mahir bermain gitar bisa membantuku menghadiahkan sesuatu untuk kakak.

Menghadiahkan sesuatu ? ayolah kau tidak harus melakukan itu. Aku kembali membalik lembaran yang ada di buku itu, kali ini tertulis tanggal kemarin.

Kak Yona datang ke rumah kami hari ini, seperti biasa dia mencari kak Yugo. Aku senang kak Yugo punya teman seperti kak Yona, udah baik, cantik, emm apalagi ya ? pokoknya itu deh. Oh iya hari ini uangnya sudah terkumpul, uang hasil aku manggung dari café ke café, aku sengaja tidak bilang ke kakak soalnya aku mau membelikan sepatu baru buat dia. Dia memang gak pernah mengeluh tapi sepatu yang dia kenakan memang sudah jelek hehehe. Oh iya terima kasih tuhan telah mengirimkan sosok seperti kakak dalam kehidupanku, kakak terbaik diseluruh dunia.

Terharu, itu yang menggamparkan apa yang kurasakan sekarang. Aku tak menyangka jika Andela memikirkan keadaanku hingga sejauh itu. Dia memperhatikanku, bahkan dia tahu keadaan sepatu kesayanganku itu. Sebenarnya mungkin akulah yang merasa sangat beruntung memiliki seorang adik seperti Andela.

"Aku pulangggg !!!"

Itu Andela. Segera kuletakkan buku itu ke posisi semula. Aku berjalan meninggalkan kamar Andela sambil membawa sapu, walaupun sebenarnya tidak ada kegiatan bersih bersih yang ku lakukan di kamarnya. Yah aku hanya terpaku membaca buku harian milik Andela.

"Kak, aku punya sesuatu, coba tutup matanya"

"Apaan ?" Hahaha aku terpaksa berakting karena aku memang sudah tahu apa yang dia rencanakan. Lucu melihatnya sangat bersemangat seperti ini.

"Udah tutup aja" Dia terlihat menyembunyikan sesuatu di balik badannya.

Akupun menutup mataku sesuai dengan perintahnya. Aku membayangkan beberapa pilihan ekspresi kaget yang terlintas dalam pikiranku. Aku memang tidak piawai dalam berakting tapi untuk kali ini aku harus melakukannya, aku tidak ingin dia kecewa karena aku salah menampilkan ekspresi di depannya, biasa dan tidak berlebihan, itulah pilihan yang sudah kuputuskan.

"TA-DAAAA" Dia menyodorkan sebuah plastik merah ke arahku

"Apa ini ndel ?"

"Coba buka aja"

Kuambil sebuah kotak, kotak sepatu. Tentu saja, bukannya aku sudah mengetahui hal itu ? tapi tetap saja perasaan haru masih menyelimutiku, ya aku tahu dia sudah berjuang untuk bisa menghadiahkan ini padaku.

"Sepatu ? tapi kan kakak gak ulang tahun ?"

"Iya, aku liat sepatu kakak udah jelek banget jadi aku kepikiran untuk beliin yang baru buat kakak"

Aku memeluknya, pelukan hangat sebagai ucapan terima kasih. Aku hanya diam, yah mungkin pelukanku sudah lebih dari cukup untuk memberi tahu pada adikku apa yang sedang kurasakan.

"Kak ?" dia nampak heran melihat apa yang aku lakukan. Dia membalas pelukanku sepertinya dia mengetahui apa arti pelukanku itu "Sama-sama"

"Oke, jadi apa yang kamu inginkan untuk ulang tahunmu ?" aku melepaskan pelukanku

"Eh apa ya ? emmm" dia meletakkan telunjukknya di dagu, kelihatannya dia sedang berpikir keras. "Aku pengen punya kakak ipar ?"

"Eh !! kakak ipar ?" ok aku sangat terkejut, permintaanya cukup aneh untuk sebuah hadiah ulang tahun "Tapi... siapa ?"

"Loh ? kok malah nanya, kak Yona gimana ?" dia terlihat seperti sedang menggodaku, dasar.

"Ah kamu macem macem aja, jadi serius gak pengen apa apa ?"

"Hahaha, kakak gitu aja marah, ok aku punya satu keinginan"

"Ya apa itu ?"

"Aku bikin pesta ulang tahun di rumah bareng temen temen, kak Yona juga aku undang trus yang aku inginkan itu kehadiran kakak, aku gak butuh kado asal kakak bisa hadir pas ulang tahunku"

"Yakin Cuma itu ?"

"Iya, tapi inget jangan sampe telat dan gak dateng ke pestanya ya kalo sampe enggak dateng aku beneran marah sama kakak" dia mengarahkan kelingkingnya ke arahku "Janji ?"

"Iya janji" aku melingkarkan kelingkingku pada kelingkingnya

*****

"Cie sepatu baru, kenalan bisa kali"

"Apaan sih Yon, baru di kasih sama Andela kemaren"

Yona datang membuyarkan setiap lamunanku yang sedari tadi sudah kususun secara rapi dan sistematis di bangku taman yang ada di kampusku, ok mungkin bahasaku terdengar berlebihan. Kembali aku terhanyut dalam pemikiranku sendiri. Yah saat ini memang aku memang sedang bingung, mungkin aku memang harus berpegangan tapi pada apa ?.

"Lagi mikirin sesuatu ya ?" untuk kedua kalinya Yona sukses memaksaku kembali ke realita.

"Iya nih, beberapa hal kecil"

"Apa ?" dia meletakkan tangannya di dagu dan memandangku. Kedua bola matanya yang besar seperti memaksaku untuk menceritakan apa yang sedari tadi memenuhi pikiranku.

"Kado, sebentar lagi adikku ulang tahun, tapi aku belom tau kado yang cocok buat dia"

"Wah, gak kerasa sekarang Andela udah makin gede, emangnya dia minta apa ?"

"Itu yang sedikit mengganggu pikiranku" Aku menyenderkan badanku, mencoba untuk santai "Dia minta kakak ipar ?"

"Kakak ipar ?" aku bisa melihat jelas ekspresi wajah Yona yang heran

"Ya, katanya dia pengen kamu jadi kakak iparnya"

"Eh" Kini wajah Yona memerah, apa memang perempuan suka melakukan itu ?

"Hahaha, enggak kok itu Cuma bercanda, dia Cuma minta aku dateng ke pestanya, tapi aku merasa harus membelikannya sesuatu, oh iya kamu juga diundang loh"

"Ah kamu go, bikin kaget aja"

"Harusnya kamu liat ekspresi wajah kamu tadi"

"Udah ah, pokoknya kamu kasih apa aja pasti dia seneng kok, apalagi itu dari kakak tercintanya, kapten yang memimpinnya selama ini"

"Yah kamu benar"

Yona benar, aku bisa menghadiahkannya apapun. Ada satu hal yang terlitas di kepalaku, sebuah pertanyaan tepatnya, pertanyaan yang ingin kutanyakan pada Yona.

"Yon aku mau nanya sesuatu boleh gak ?"

"Apa itu ?"

"Kamu punya pacar ?" Pertanyaan random macam apa ini sebenarnya, tapi Cuma ini lah yang ada di pikiranku untuk memulai sebuah obrolan.

"Enggak, emang kenapa ? mau daftar ?"

"Gimana ya ?, aku pikir aneh aja, cewek cantik kayak kamu masa gak punya gandengan, emang gak ada cowok yang ngedeketin kamu gitu ?"

"Emangnya aku Truk yang harus pake gandengan segala" Dia ikut menyenderkan badannya. Kepalanya kini setara dengan bahuku "Ada sih beberapa, tapi aku udah terlanjur suka sama seseorang"

"Siapa ?" Menarik, siapa pria yang bisa membuat Yona tertarik hingga mampu menolak banyak laki laki yang mengejarnya ?.

"Penasaran ya ?" Dia menunjuk ke arahku, sepertinya dia sedang menggodaku.

"Dikit sih"

"Ada seorang cowok, dia penuh rahasia, mungkin orang orang berpikir dia adalah orang yang kuat, tapi sebenarnya banyak hal hal yang dia sembunyikan yang menunjukkan kalo sebenarnya dia itu tida sekuat kelihatannya. Dia cukup bertanggung jawab, rela mengorbankan apapun untuk orang yang berharga dalam kehidupannya tapi..." Yona menghentikan kalimatnya.

"Tapi apa ?"

"Sepertinya saat ini seluruh cintanya hanya terfokus pada satu orang, atau mungkin dia hanya tidak menyadari keberadaanku, aku berharap suatu saat nanti dia akan menyadari eksistensiku"

"Terdengar aneh, emangnya ada orang seperti itu ?"

Yona hanya menganggukan kepalanya, sepertinya dia menyembunyikan sesuatu. Tidak seperti Yona, aku tidak bisa melihat apa yang dia sembunyikan meskipun sudah menatap matanya dalam dalam.

"Kayaknya aku harus pergi nih, udah waktunya masuk kerja" Aku bangkit dari tempat duduk dan mengambil ransel yang sedari tadi tergeletak di tanah.

"Oh, iya selamat bekerja ya"

Aku melambaikan tanganku pada Yona yang masih duduk di sana. Dari jauh aku melihat wajahnya berubah, ekspresi sedih tergambar jelas di wajahnya. Apa yang sebenarnya sedang dia sembunyikan ?.

*****

Hari gajian, memang bukan yang pertama bagiku tapi ada yang spesial kali ini. Ya gaji yang kudapatkan lebih banyak dari yang lalu lalu, beberapa bonus kudapatkan karena bosku ternyata memperhatikan kinerjaku selama ini. Ditambah beberapa upah lembur yang kudapatkan karena menggantikan beberapa teman kerjaku yang tidak masuk. Oke hari ini aku akan mencari kado untuk Andela, untuk pestanya nanti malam.

Aku berjalan menuju halte bus, hari ini cukup banyak penumpang yang ingin menggunakan jasa angkutan umum tersebut. Beberapa penumpang berdesakan saat akan memasuki bus, berlomba lomba mendapatkan tempat duduk. Aku berhasil masuk, walaupun harus bediri tapi setidaknya aku bisa sampai ke tujuanku, mall.

Bus berhenti tepat di depan mall yang akan kudatangi, meskipun harus berjuang untuk turun, beberapa kali bertabrakan dengan penumpang lainnya tapi akhirnya aku di sini. Beberapa hari yang lalu aku telah menemukan kado yang pas untuk adikku, sebuah kalung dengan hurf A.Y yang terbuat dari perak. Yah itu bisa berarti inisial dari namanya, Andela Yuwono atau bisa juga merupakan huruf awal dari nama kami berdua, Andela dan Yugo, yang manapun tidak masalah.

Aku berjalan menuju toko, mengambil kalung yang sudah menjadi incaranku lalu membawanya ke kasir.

"135 ribu mas" senyum hangat dari sang penjaga kasir menyambutku, atau lebih tepatnya menyambut uangku

Aku merogoh saku celanaku. Hmm terasa janggal, tidak ada apa apa disana, APA !!! sial, dompetku tidak ada, padahal seluruh gajiku kuletakkan disana. Aku panik, berkali kali aku memastikan keberadaan dompetku di setiap saku yang ada di celanaku. Pasti salah satu penumpang di bus tadi adalah seorang pencopet kelas kakap. Arggghhh, dengan berat hati aku mengembalikan kalung itu dan berjalan meninggalkan toko itu.

Kesal, sedih, bingung, semua bercampur aduk dalam diriku. Kenapa kesialan menimpaku disaat saat penting begini. Memang Andela tidak meminta kado dariku, tapi aku merasa gagal sebagai seorang kakak, bahkan untuk membelikan kado ulang tahun saja aku tidak mampu. Sial !.

Hari semakin sore, matahari mulai tenggelam dan bulan mulai menampakkan wujudnya. Aku berjalan, peristiwa di bus tadi membuatku sedikit enggan untuk kembali menggunakan angkutan umum. Mataku tertuju pada sebuah poster yang tertempel di tiang listrik. "Hadiah besar untuk siapapun yang bisa mengalahkan Thor dalam pertarungan MMA" aku membaca tulisan yang ada di poster itu. Aku kehabisan pilihan, mungkin ini satu satunya cara agar aku bisa membelikan sebuah kado untuk adikku.

Bergegas aku berjalan menuju tempat di mana aku bisa menantang seseorang bernama Thor itu. Sebuah bar yang cukup ramai, di dalamnya terdapat sebuah ring yang berbentuk sangkar burung, sepertinya di sanalah tempatku untuk mendapatkan uang itu.

Aku berjalan menuju tempat registrasi, aku menuliskan namaku di sana. Ternyata orang yang disebut Thor itu baru saja mengirimkan salah seorang penantang sepertiku menuju rumah sakit, ya seseorang di tandu keluar dengan kondisi babak belur hingga tidak sadarkan diri.

Sempat terpikir untuk membatalkan niatku, tapi aku sudah di sini, apakah aku ingin melewatkan kesempatan satu satunya agar bisa memberikan sesuatu pada adikku, tidak, aku harus bisa mendapatkan uang itu, tidak peduli meskipun harus babak belur.

Aku memasuki ring, di hadapanku sudah berdiri orang berbadan besar dengan tato memenuhi lengan kanannya. Mungkin postur kami berbeda sangat jauh, telapak tangannya saja hampir sebesar kepalaku, tapi semangatku lebih besar daripada postur badannya.

*Tengg*

Dia berlari menerjang ke arahku, aku mencoba menghindar. Pukulan demi pukulan mendarat tepat ke tanganku yang sedari tadi melindungi wajahku. Sigh, tidak kusangka pukulannya sangat sakit, tanganku serasa remuk, lebih baik daripada mukaku yang remuk.

Aku beberapa kali mencoba melancarkan serangan. Beberapa pukulanku mendarat di kepalanya, tapi sepertinya tidak ada kerusakan yang berarti.

*Ughh*

Sial aku lengah, salah satu tinjunya bersarang tepat di perutku. Aku kesulitan bernafas, ya aku memang bukan orang yang atletis sehingga pukulan seperti itu sudah berdampak sangat besar pada badanku. Kali ini pukulannya melayang ke arah wajahku yang tidak terlindungi. Darah mulai mengalir dari pelipis dan hidungku, dia menghempaskan badanku hingga aku terlempar ke pinggir ring.

Aku kesulitan untuk bangkit, sepertinya inilah akhirnya. Wasit menghampiriku, memastikan apakah aku bisa melanjutkan pertandingan atau tidak. Tiba tiba terlintas wajah adikku, senyumnya, matanya yang menatap penuh harapan padaku. Aku bangkit, seolah olah ada yang menyuntikkan semangat dalam diriku.

Ayo berpikir, bagaimana cara menumbangkan seorang raksasa. Itu dia ! tangan kanannya, sesuatu telah terjadi pada tangan kanannya, sedari tadi dia menyerangku menggunakan tangan kiri, pasti beberapa pertandingan sebelumnya telah menyebabkan sesuatu terjadi pada tangan kanannya.

Dia kembali menerjang, namun kali ini aku sudah siap. Aku bertahan dari serangannya, menunggu saat yang pas. Dia menghujaniku dengan pukulan menggunakan tangan kirinya. Akhirnya dia bersiap melesatkan tinjunya dari tangan kananya. Ini dia !

*Krak*

Tinjunya tepat mengenai bagian atas kepalaku. Jika kalian pikir kepalaku yang rusak kalian salah. Bagian atas kepala adalah salah satu bagian terkeras pada tubuh manusia, ya suara itu adalah suara pergelangan tangan Thor yang patah akibat menghujamkan pukulan dengan sekuat tenaga.

Kepalaku terasa sakit, tapi sepertinya kini dia tidak bisa menggunakan tangan kanannya. Aku memulai serangan balasan. Beberapa pukulan cepat ku arahkan tepat ke wajahnya, dia tidak bisa melindungi wajahnya dengan baik karena tangan kanannya sudah sulit untuk digunakkan. Sepertinya dia sudah mulai kewalahan, tidak adalagi serangan serangan berarti yang dia lancarkan kepadaku.

*Buakkk*

Salah satu pukulanku membuatnya terhuyung huyung. Kini pertahanannya sudah runtuh, menyisakan wajahnya yang tanpa perlindungan sedikitpun. Kukerahkan seluruh sisa tenaga yang kumiliki pada pukulan terakhir, sebuah uppercut yang membuatnya terjatuh. Sebuah K.O yang merupakan keputusan dari wasit saat melihat kondisi Thor yang sudah tidak sadarkan diri, aku menang.

Aku berjalan terhuyung huyung, menghiraukan seluruh sorak sorai yang meneriaki namaku, kini aku hanya harus menuju tempat pengambilan hadiah dan segera membeli kado untuk adikku.

Kini kalung itu sudah kudapatkan, masih teringat ekspresi penjaga kasir saat melihat wajahku yang babak belur tadi, mungkin dia bertanya tanya apa yang sudah terjadi padaku.

Ingin rasanya aku berlari menuju rumahku, tapi sepertinya kondisi badanku yang sudah tidak karuan menjadi halangan untuk melakukan itu. Aku berjalan, berjalan, dan terus berjalan mencoba menghiraukan rasa sakit yang kurasakan,berharap sampai tepat waktu untuk menghadiri pesta ulang tahun adikku, kru kapalku, srikandiku.

"Aku pulang..."

Kubuka pintu, suasana sangat sepi, tidak seperti pesta ulang tahun pada umumnya. Aku meletakkan sepatuku dan langsung masuk menuju ruang tamu. Di sana sudah ada Andela yang sedang duduk sambil menundukkan kepalanya, Yona juga ada di sampingnya. Sebuah dekorasi khas pesta ulang tahun dan sebuah kue yang sudah kehilangan beberapa bagiannya menjadi saksi keheningan yang menyelimuti kami bertiga. Aku melihat ke arah jam dinding, jam 23.30, pantas saja sepi, pestanya pasti sudah berakhir dari tadi.

"Selamat ulang tah..."

"AKU BENCI KAKAK !!!" Jeritan andela memotong ucapan selamat yang belum sempat ku selesaikan. Dia berlari, berlari menuju pintu rumah dan pergi entah kemana.

Aku merebahkan badanku di sofa, apa yang sudah kulakukan ? bukannya dia hanya mengharapkan kehadiranku ? arrghhh semua pengorbanan ini sia sia.

"Kamu darimana go ?" Yona berjalan menghampiriku

Aku menunjukkan sebuah kotak, kotak yang dihias sedemikian rupa agar tampak seperti sebuah kado ulang tahun. Aku menutup wajahku, ya aku tidak pernah merasa tidak berguna seperti ini.

"Itu muka kamu kenapa ? kok babak belur ? bentar aku ambil kotak obat dulu"

*Grepp*

Aku menahan tangan Yona yang hendak menuju dapur untuk mencari kotak obat. Ya sepertinya aku tidak membutuhkan itu sekarang, ada luka yang lebih sakit yang kurasakan.

"Aku memang tidak berguna"

"Apa yang kamu katakan ? aku tahu kamu pasti punya alasan"

"Ya, aku kecopetan, dan melakukan sebuah pertandingan untuk mendapatkan uang agar bisa membelikan kado untuknya" Kurasa aku sudah tak mampu lagi membendung air mataku.

"Kamu selalu berusaha terlalu keras, padahal kenyataannya Andela hanya menginginkan hal yang simple, kamu, dia hanya ingin kehadiranmu di setiap momen momen bahagianya"

Baru kusadari, setiap usahaku yang berlebihan malah membuatku jauh dari adikku. Aku melewatkan hal hal sepele yang ternyata lebih memiliki arti bagi Andela. Aku harus menyusulnya.

"Eh Yugo mau kemana ? badan kamu kan masih...."

Aku tidak memperdulikan perkataan Yona, saat ini aku haru menemukan adikku. 23.45, masih ada beberapa menit lagi sebelum hari spesialnya berakhir.

"Andela !!! Andela !!!"

Aku berteriak, menyerukan nama adikku itu, berharap dia mendengar dan mau menampakkan dirinya. Dengan kondisiku yang sekarang memang sulit untuk menemukannya dalam waktu singkat tapi itu bukanlah sebuah alasan untuk menghentikan pencarianku.

Itu dia, seorang gadis sedang berdiri di pinggir jalan. Tetesan air matanya jatuh membasahi tanah, itu pasti Andela. Aku berjalan mendekatinya.

"Andela !" dia menoleh, sepertinya dia tidak berniat untuk menghampiriku. Dia berlari, berlari menjauh, sebuah cahaya datang menuju ke arahnya dengan kecepatan tinggi, sebuah mobil pickup. Sial, perasaannya yang sedang kalut membuatnya kurang waspada dengan lingkungan sekitar.

"Kyaaaa," Jeritan andela terdengar jelas di kupingku

Aku berlari, berlari sekuat tenaga, seluruh tenaga yang tersisa kukerahkan. Oh Tuhan tolong berikan kekuatan padaku, aku rela mengorbankan apapun asalkan dia bisa selamat dari situasi ini.

*Bruakkk*

Tepat waktu, terima kasih tuhan, aku berhasil menyelamatkan Andela. Kini kami terduduk di tepi jalan, aneh, kenapa sepertinya Andela terlihat khawatir ? bukankah kami berdua berhasil selamat ?"

"Yugooo !!" Aku mendengar suara yona dari seberang jalan. Wajahnya panik, dia terlihat menelpon seseorang, siapa yang dia telpon di saat seperti ini ?.

"Ka....kakak..."

"Hei hei, kenapa menangis, kakak minta maaf ya karena telat dateng"

"B...bukan...., i...itu..." Andela menggelngkan kepalanya, jemarinya menunjuk ke arah lenganku. Kini lenganku kananku sudah hancur, ya benar benar hancur. Darah mengalir dari sana layaknya sebuah sungai.

"Tenang, ini bukan apa apa, lagian ini bukan salahmu, mungkin rasa sakit ini tidak seberapa dibanding rasa sakit jika melihatmu tertabrak mobil tadi" aku mengeluarkan sesuatu dari saku celanaku, sebuah kotak "Selamat ulang tahun.."

"Huwaaaa....maafin aku kak" dia memelukku erat

"Hahaha tenanglah, sudah kewajiban seorang kapten untuk menjamin keselamatan kru kapanya saat berlayar"

Tangisannya semakin deras. Yona berlari menghampiri kami, dari kejauhan terdengar suara sirine yang semakin lama semakin dekat.

******

Waktu berlalu begitu cepat ketika kita menikmatinya, bukankah aku pernah bilang begitu ?. ya karena kali ini aku sedang berdiri, berdiri di upacara pernikahan adikku. Dia terlihat sangat cantik dan kini dia telah menemukan pria yang akan menggantikan tugasku untuk menjaganya.

"Kakak" Dia berlari menghampiriku, dia sangat cocok mengenakan pakaian pengantin itu.

"Hei, selamat ya"

"Gimana keadaan kakak ?"

"Hmm sangat berterima kasih dengan teknologi sekarang, kini aku mulai terbiasa menggunakan lengan palsu ini" aku menunjukkan lengan buatan sebagai pengganti lengan kananku yang harus diamputasi.

"Masih aja sok keren" dia tersenyum

"Hahhh, gak kerasa ya, waktu itu berlalu sangat cepat, kayaknya baru kemarin kamu masih pake seragam SMA, masih manja manjaan sama kakak di sofa dan masih rajin nulis buku harian, kamu sekarang kamu udah jadi gadis dewasa yang cantik, udah menikah malahan" aku mencoba mengenang masa lalu, kenangan kenangan yang manis yang pernah kami lalui bersama.

"Iya, emangnya kakak, jomblo sampe tua" Ya dia benar, sampai saat ini aku masih sendiri.

"Ingat tentang obrolan kita waktu di ruang televisi ? mungkin sekaranglah waktunya"

"Tapi aku masih butuh kakak, apa jadinya seorang kru tanpa seorang kapten" wajahnya tertunduk lesu.

"Sekarang dialah kaptenmu" aku menunjuk ke arah lelaki beruntung yang sudah mendapatkan hati adikku "Sekarang dia yang akan memandumu, menjagamu dalam mengarungi lautan, kakak butuh istirahat, tidak ada seorang kapten yang selalu berlayar di laut, ada kalanya dia harus berhenti sejenak di daratan untuk beristirahat"

"Tapi..."

"Apakah aku pernah mengajarimu untuk lemah seperti ini ? hormati kaptenmu yang baru seperti kamu menghormatiku sebagai kapten" aku mengangkat dagunya hingga matanya menatap mataku.

"Aye aye kapten" Dia memberi penghormatan terakhir padaku.

Ya kru kapalku satu satunya sudah memulai pelayarannya yang baru bersama dengan kapten yang baru pula. Kini tugasku sebagai kapten sudah selesai, ya mungkin sudah waktunya untuk sedikit waktu istirahat.

Pesta pernikahan tadi membuatku cukup lelah. Ya aku memang sudah tidak semuda dulu lagi, beberapa kegiatan kecil sekarang sudah membuat badanku kelelahan. Aku mencari tempat untuk menyendiri, sekedar mengingat kembali memori memori masa lalu.

Sekarang aku melewati masa masa tuaku dengan kesendirian. Sepertinya sudah terlambat untuk memulai petualangan cinta di usia segini. Selama ini cintaku terfokus pada adikku sehingga tidak membiarkan cinta yang lain masuk ke dalam kehidupanku. Eh!?, entah kenapa tiba tiba aku teringat pada Yona.

"Permisi"

Seorang wanita, sepertinya seumuran denganku membuyarkan lamunanku. Tunggu, sepertinya aku kenal dengan seseorang yang sering melakukan ini.

"Yona ?"

"Ternyata masih inget"

"Ngapain ke sini ?"

"Hmmm, aku lagi mencari seorang kapten yang tangguh, yang bisa membawaku mengarungi lautan yang bernama kehidupan"

"Hahaha" aku hanya tersenyum, kenapa aku bisa tidak menyadarinya ? Yona yang selama ini selalu membantuku, selalu ada di saat aku membutuhkannya, aku tidak tahu apa alasannya tapi sepertinya aku tahu siapa pria yang dimaksud, pria yang telah merebut hatinya.

"Gimana ? tertarik ?"

"Tentu saja, mari kita berlayar" aku berdiri dan mengulurkan tanganku pada Yona "Maaf, selama ini aku tidak menyadari keberadaanmu"

"Tidak apa apa, terima kasih, kini kau telah menyadari keberadaanku" Dia menitikkan air mata, sepertinya itu air mata bahagia.

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 85.8K 193
"Oppa", she called. "Yes, princess", seven voices replied back. It's a book about pure sibling bond. I don't own anything except the storyline.
135K 6.2K 35
"I can never see you as my wife. This marriage is merely a formality, a sham, a marriage on paper only." . . . . . . She was 10 years younger than hi...
553K 8.5K 85
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...
89.7K 3.1K 52
"𝐓𝐫𝐮𝐭𝐡, 𝐝𝐚𝐫𝐞, 𝐬𝐩𝐢𝐧 𝐛𝐨𝐭𝐭𝐥𝐞𝐬 𝐘𝐨𝐮 𝐤𝐧𝐨𝐰 𝐡𝐨𝐰 𝐭𝐨 𝐛𝐚𝐥𝐥, 𝐈 𝐤𝐧𝐨𝐰 𝐀𝐫𝐢𝐬𝐭𝐨𝐭𝐥𝐞" 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 Caitlin Clark fa...