|✔| Kedua

By aksara_salara

245K 26.3K 3.1K

Ketika anak pertama merasa memiliki beban karena selalu di tuntut untuk menjadi yang terbaik, anak bungsu men... More

Lembar 1
Lembar 2
Lembar 3
Lembar 4
Lembar 5
Lembar 6
Lembar 7
Lembar 8
Lembar 9
Lembar 10
Lembar 11
Lembar 12
Lembar 13
Lembar 14
Lembar 15
Lembar 16
Lembar 17
Lembar 18
Lembar 20
Lembar 21
Lembar 22
Lembar 23 [END]
Lembar 24; Kenangan Semu

Lembar 19

8.3K 953 41
By aksara_salara

"Lepasin gue!" Dengan kedua mata yang tertutup, Daksa berusaha memberontak dari ikatan tali yang kini melingkupi tubuhnya. Tangannya terikat ke belakang, dengan tubuh yang terus bergerak gelisah.

"Nggak sebelum lo mau nolong temen-temen kita."

Berkat laporan dari Andika dan Nuraga, kini polisi berhasil menangkap tiga pria yang terlibat dalam kecelakaan itu. Dan masih ada empat pria lagi masih dalam pengejaran.

Namun tiga pria yang tertangkap masih bungkam. Karena mereka tahu, bahwa teman-temannya akan datang bersama Daksa, dan membebaskan mereka. Membuat polisi cukup murka karena tindakan mereka.

"Masalah itu bukan urusan gue lagi! Lepasin gue!"

Geram, satu pria menampar wajah Daksa sampai wajah cowok itu menoleh ke kanan. Rasa anyir darah langsung terasa di indera pengecapan, membuat Daksa meludah.

"Kalau lo mau keluar hidup-hidup, bebasin temen-temen kita." ucap pria yang memukul Daksa tadi.

"Nggak! Gue nggak sudi nolong temen kalian!"

Dua pria lainnya maju, mulai memukuli Daksa sampai cowok itu pingsan. Tindakan mereka segera dihentikan oleh sang ketua. Jika diteruskan, Daksa bisa mati saat ini juga.

Ruangan menjadi hening. Baru saja si ketua hendak membuka mulut, suara tembakan terdengar dari luar. Mereka berlari, memeriksa keadaan, takut-takut polisi lah yang datang.

Namun mereka tak menemukan apa pun selain semak-semak. Beberapa detik setelahnya, seseorang mendobrak pintu belakang diiiringi dengan langkah kaki yang bersahutan.

Belum sempat melarikan diri, pria-pria itu berhasil di tangkap oleh si penyusup. Mereka dibuat tak sadarkan diri. Beberapa orang berjaga, lalu sisanya membawa Daksa pergi.

Ada satu cowok yang melepas masker hitamnya. Menatap datar ke arah Daksa yang kini berada di dalam mobil. Wajah penuh luka Daksa menimbulkan ledakan amarah di dadanya.

Karena luka itu ... tak sebanding dengan milik Jenggala.

            ◗◗◗      

"Pa, sudah tiga hari. Kenapa polisi belum juga menemukan Daksa?" Penampilan Dayita terlihat kacau dengan lingkaran mata yang menyeramkan. Sejak tiga hari lalu, wanita itu tak pernah nyenyak dalam tidurnya.

Nuraga hanya bisa mengusap bahu sang istri. Lelaki itu pun sama bingung nya dengan Dayita. Segala cara sudah dia lakukan untuk menemukan Daksa. Namun sampai hari ini, tak ada kabar baik tentang putranya.

Sedangkan Sahmura dan Antonio masih terus mencari Daksa. Bertanya pada teman-teman jauh Daksa. Tiga hari ini juga Sahmura tak sempat pulang ke rumah. Di temani Antonio, Sahmura pergi ke Bandung.

Adiknya itu anak tongkrongan, dan Sahmura yakin, bahwa lingkup pertemanan Daksa amat luas. Antonio juga berkata, bahwa Daksa sering pergi ke Bandung bertemu teman-temannya yang lain.

"Sabar, Ma. Ada baiknya kita berdoa untuk keselamatan Daksa."

"Daksa ... kamu dimana, Dek?" Tangis Dayita pecah. Hatinya selalu gelisah. Pikiran buruk selalu memenuhi kepalanya.

Suara dering telepon milik Nuraga memecah keheningan. Lelaki itu segera mengangkat panggilan yang ternyata berasal dari Andika.

Beberapa menit saling bercakap, panggilan diputus oleh sang lawan bicara. Dengan gerakan lembut, Nuraga membawa tubuh bergetar sang istri ke dalam pelukan.

"Para pelaku yang menyebabkan kecelakaan Jenggala sudah tertangkap, Ma." ucapnya.

Dayita mengusap wajahnya kasar. "Syukurlah. Semoga mereka mendapat ganjaran yang setimpal."

"Tapi, Ma, Andika bilang, bahwa mereka disuruh oleh orang lain. Dan sampai saat ini, mereka masih bungkam."

"Jadi, orang itu telah merencanakan ini sebelumnya?"

"Benar, Ma."

"Siapa pun orang itu, Mama tidak akan pernah memaafkannya." ucap Dayita bersungguh-sungguh. Tetapi apabila wanita itu tahu siapa dalang dibalik ini semua, akankah Dayita tetap mengeraskan hatinya?

     ◗◗◗

"Papa dari mana aja?" Jenggala meraba sekitar, lalu menemukan tangan Andika dan langsung menggenggamnya erat.

Kemarin malam, Jenggala sudah kembali ke rumah Andika. Dan saat ini keduanya tengah duduk di ruang tamu. Jenggala sengaja menunggu Andika di ruang tamu.

Awalnya Andika hanya tinggal seorang diri di rumah ini. Namun begitu tahu Jenggala setuju tinggal bersamanya, Andika langsung mencari dua asisten rumah tangga untuk menjaga Jenggala sekaligus.

Andika membalas genggaman sang putra. "Papa habis dari kantor polisi. Mereka masih belum mau buka suara. Padahal Papa ingin tahu siapa orang yang menyuruh mereka." kata Andika menjelaskan.

Mendengar itu, Jenggala justru tersenyum tipis. "Papa tenang aja, sebentar pagi dia akan datang. Sebentar lagi dia akan memohon ampun sama kita."

"Nak?" Nada suara Andika berubah serius. Kini lelaki itu duduk menghadap sang putra. "Kamu sebenarnya tau siapa dia?"

"Iya, tau."

"Lalu kenapa nggak bilang sama Papa? Atau kalau kamu nggak mau Papa tau, setidaknya kamu harus kerja sama dengan polisi. Masalah ini harus segera diusut, Nak."

"Belum saatnya. Biarkan aku main-main dulu sama dia."

"Jenggala—"

"Dia harus tau bagaimana gelapnya dunia ini tanpa cahaya. Dia harus tau, bagaimana rasanya berjuang sendirian untuk sembuh. Dan dia harus tau, bagaimana rasanya menjaga mental agar tetap waras, Pa." ucapan Jenggala memotong kalimat Andika.

Andika menatap lekat-lekat wajah yang sangat mirip dengan wanita itu. Wanita yang telah melahirkan Jenggala. Lalu Andika membawa tubuh Jenggala ke dalam pelukan. Mengusap punggung rapuh sang putra dengan hangat.

"Papa di sini, kalau kamu butuh apa-apa, jangan segan minta tolong sama Papa."

"Hm. Makasih, Pa." Kemudian Jenggala menyembunyikan wajahnya di dada bidang Andika.

  ◗◗◗

Sayang sekali, hari ini Andika harus meninggalkan Jenggala sampai besok. Karena tuntutan pekerjaan, mengharuskan Andika pergi ke Surabaya selama sehari, dan akan kembali besok siang.

"Bi, saya titip Jenggala. Tolong perhatikan dia, dan jangan tinggalkan dia sendirian." ucap Andika pada wanita setengah baya yang kini berdiri di samping Jenggala.

"Tenang saja Tuan, saya akan menjaga Mas Jenggala dengan baik."

Andika bernapas lega. Lalu memeluk sekali tubuh putranya. "Papa pergi dulu. Kamu jaga diri baik-baik, ya? Kalau ada apa-apa cepat kasih tau Papa."

"Pa, kita cuma nggak ketemu sehari. Pliss, Papa jangan lebay!"

Mendengar nada kesal dari Jenggala, Andika justru terkekeh. "Suka-suka Papa dong. Yaudah, Papa pergi, ya, Nak?"

"Iya. Hati-hati. Jangan genit di sana. Awas aja nanti pulang bawa mama baru."

"Siap laksanakan perintah!"

"Bye, Pa!" Jenggala melambaikan tangan sebagai salam perpisahan.

Begitu mobil Andika menjauh, mobil sedan hitam memasuki pekarangan. Bibi yang bertugas mengurus rumah lantas mengatakan bahwa ada seseorang yang datang.

Jenggala menepuk lengan Bibi dengan lembut. "Bi, itu teman-teman saya. Hari ini saya mau pergi, tadi Papa udah bilang, 'kan?"

"Iya, Mas. Tapi Mas hati-hati, ya."

"Bibi tenang aja."

Yang datang adalah Sena dan Tama. Keduanya lantas membantu Jenggala memasuki mobil, lalu melaju meninggalkan pekarangan rumah Andika.

Sena bersama Jenggala duduk di belakang, menjadikan Tama sebagai supir. Kini Sena mengalihkan tatapannya pada Jenggala. "Beneran udah siap ketemu dia?"

Butuh beberapa detik bagi Jenggala untuk merespon. "Hm. Lebih cepat lebih baik."

"Tenang," Sena menggenggam tangan Jenggala yang terkulai di samping tubuh. "Gue dan Tama akan selalu berada di samping lo."

Jenggala hanya mengangguk. Karena ia tahu, ia memiliki Sena dan Tama yang akan selalu berada di sisinya, apa pun yang terjadi.

Penculikan Daksa dari pria-pria itu adalah ide Jenggala. Dan kini hanya Jenggala, Sena serta Tama yang tahu dimana Daksa. Ketiganya telah merencanakan semuanya dengan sebaik mungkin.





Jangan lupa bismillah bestie, mari siapkan hati :)

Aksara juga mau minta maaf kalau baru bisa update. Soalnya di akhir bulan seperti ini, kerjaan aksara lebih banyak dari pada hari-hari biasanya. Mohon dimaklumi, ya, ehehe.

Segini dulu, kapan-kapan kita ketemu lagi. Byeeeee


Dunia khayalan,
24 Mei 2022

Continue Reading

You'll Also Like

327K 19.6K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
1.6M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.2M 45.8K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
7.1M 297K 60
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...