(QS. Asy-Syuuraa ayat 32).
(QS. al-Baqarah: 164).
(Q.S. al-Rahman: 24).
(Q.S. al-Ankabut: 65).
(Q.S. al Ankabut: 43).
(Q.S. Al Anfal: 25).
Al-Bukhari (2361).
At-Tirmidzi (2173) dan Ahmad (4/268).
(HR. Ibn Majah dari Abu Bakar, hadits no. 3995).
(BUKHARI – 2489).
(Musnad Ahmad, 4: 268, 269).
(Musnad al-Humaidi, 3:919).
(HR Bukhari Nomor 4205 dan Muslim 7037).
Dalam perspektif humanisme yang menjadikan manusia menjadi objek terpenting dari berbagai konsep kehendak bebas dengan keberlangsungan,mempertahankan dan mengembangkan potensi diri tentu membutuhkan kendali diri (self control) yang didasari oleh kebenaran mutlak (absolut) dari esensi manusia itu sendiri. Sehingga mampu menjadi khalifah yang memahami bahtera kehidupan yang meliputi berbagai bentuk dinamika berkehidupan pada tiap gelombang rasa dan frekuensi dengan substansi keseimbangan masing-masing sebagai penyempurna kehidupan.
Anggaplah dirimu sebagai perwira laut yang memegang kendali tertinggi di atas kapal.
Dan hanya dengan kesatuan yang terjaga yang mengetahui arah untuk berlayar
Kesatuan emosionalitas,rasionalitas dan spiritualitas dalam aktualisasi kehambaan sehingga tersusun nilai etika,moral dan akhlak sebagaimana pada batas-batasnya, terlebih dalam menjaga hablum minallah dan hablum minannas ataupun amar ma'ruf nahi munkar, sehingga mampu menyelaraskan frekuensi dengan Tuhannya
Puncak pengendalian diri adalah mampu mengenali diri sendiri, hal tersebut dapat dilakukan melalui metode dan pendekatan tassawuf,esoterisme,metafisik dan epistemologi islam.
Sejalan dengan proses kesadaran dalam mengenali sifat sifat yang menghiasi diri seperti fitrah,an-nafs,al-qalb,al-aql dan ruh, jiwa akan perlahan menemukan ketenangannya sehingga dapat mengerti hakikat diri dan hidup yang sebenarnya.
Dengan begitu seorang perwira baru dapat menentukan arah untuk berlayar.
Perhatikan kalimat ini
Getaran yang tersembunyi pada tiap gelombang rasa adalah jauhar, asalnya adalah karsa, ialah johar awal yang satu wujud kesatuan dengan johar akhir, keadaannya adalah parsah, keberadaannya adalah alif dan ketiadaannya adalah syahdat jati, yang hidup sebelum berwujud wujudnya bertempat pada nuqad, jisimnya berlapis 7 saling terikat kuat, apabila tiap pintunya terbuka maka akan menjadi titik, puncaknya adalah dzat, perangkatnya adalah cecair,debu dan unsur, tempatnya adalah darah, hilangnya menyatu, kembalinya pada alif tiada mendengar,melihat,merasa dan mengetahui, jika berwujud maka tiada lah ada, jika tiada wujud maka ada lah ada.