VENESIA - Carrington #3

By NaTaYoung

269K 10.9K 573

(18+) MENGANDUNG UNSUR DEWASA DAN KEKERASAN! 🌹🌹🌹🌹🌹 Siena Valletta Kennedy, gadis asal Milan yang selalu... More

VENESIA • Blurb + Cast
VENESIA • Prolog I
VENESIA • Prolog II
VENESIA • Part 1
VENESIA • Part 2
VENESIA • Part 3
VENESIA • Part 4
VENESIA • Part 5
VENESIA • Part 6
VENESIA • Part 7
VENESIA • Part 8
VENESIA • Part 9
VENESIA • Part 10
VENESIA • Part 11
VENESIA • Part 12
VENESIA • Part 13
VENESIA • Part 14
VENESIA • Part 15
VENESIA • Part 16
VENESIA • Part 17
VENESIA • Part 18
VENESIA • Part 19
VENESIA • Part 20
VENESIA • Part 21
VENESIA • Part 22
VENESIA • Part 23
VENESIA • Part 24
VENESIA • Part 25
VENESIA • Part 26
VENESIA • Part 27
VENESIA • Part 28
VENESIA • Part 29
VENESIA • Part 30
VENESIA • Part 31
VENESIA • Part 32
VENESIA • Part 33
VENESIA • Part 35
VENESIA • Part 36
VENESIA • Part 37
VENESIA • Part 38
VENESIA • Part 39
VENESIA • Part 40
VENESIA • Part 41
VENESIA • Part 42
VENESIA • Part 43
VENESIA • Part 44
VENESIA • Part 45
VENESIA • Part 46
VENESIA • Part 47
VENESIA • Part 48
VENESIA • Part 49
VENESIA • Part 50
VENESIA • Part 51
VENESIA • Part 52
VENESIA • Part 53
VENESIA • Part 54
VENESIA • Part 55
VENESIA • Part 56
VENESIA • Part 57
VENESIA • Part 58
VENESIA • Part 59
VENESIA • Part 60
VENESIA • Part 61
VENESIA • Part 62
VENESIA PART 63 - 73
VENESIA • Part 63
VENESIA • PART ENDING
Voucher Karyakarsa

VENESIA • Part 34

2.7K 135 9
By NaTaYoung

Playlist : XXXTENTACION - changes

Sekumpulan remaja berlarian menuju laut membuat suasana ramai dan agak kacau. Drake menarik Siena mendekat ke tubuhnya saat orang-orang itu berlari mendekati merek.  Mereka berhamburan menaiki gondola, ber-selfie, bermain voli pantai, bermain pasir dan lainnya.

Drake merengkuh pinggang Siena, agar tidak tertabrak oleh remaja itu. Aroma parfum kayu Cendana Siena melekat di hidungnya. Drake mendekatkan wajahnya pada tubuh Siena, menyesap aroma yang sudah lama tidak ia rasakan. Ini wangi kesukaan Leah Orsyne, mendiang kekasihnya dulu memiliki wangi yang sama dengan parfum Siena. Ia merindukan wangi ini, bukan hanya sekedar parfumnya saja, tetapi Drake juga merindukan Leah. Sudah berapa lama ia tidak merasakan aroma parfum ini dari tubuh seseorang. Drake memejamkan matanya dan menarik nafas dalam-dalam, menikmati aroma itu.

Siena membuka matanya perlahan. Drake masih memejamkan matanya. Entah kenapa, Siena malah memperhatikan wajah itu. Menikmati pemandangan Dewa Yunani didepannya.

Drake mengambil nafas dalam sebelum membuka kedua matanya. Menatap Siena, kembali datar. Ia tidak boleh terjebak dengan lautan biru milik Siena. Drake melepaskan pelukannya pada Siena dan mengambil jarak.

Siena menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Ikut mengambil jarak. Ia membuang wajahnya pada laut, takut Drake akan melihat rona merah di pipinya.

Setelahnya, suasana menjadi canggung. Tidak ada yang berniat bicara. Drake memandang sekitarnya, laut Venesia yang sangat teduh dan menyatu dengan alam membuatnya senang memandangi kota itu. Kemudian ia melirik kearah Siena, gadis itu masih betah memusatkan perhatiannya pada laut, rambut pirangnya berterbangan keluar dari kepala jaket.

"Aku ingin menaiki gondola." Kata Drake, ia memerhatikan sebuah gondola berwarna yang terparkir di pinggir laut. Gondola itu menganggur, tidak ada yang menaiki.

Siena menoleh pada Drake. Mengerutkan keningnya melihat pria itu mendekati laut, kedua tangannya didalam saku jaket. Pun Siena mengikuti pria itu.

Drake tampak berbicara dengan pemilik gondola, tak lama kemudian, dia memberikan beberapa lembar uang pada orang itu. Lalu pemilik gondola itu pergi menjauh.  Drake menatap Siena, "naiklah," titahnya datar.

Siena mendekat ke perahu khas Venesia itu, ia bertopang pada gondola dan akan menaikinya, namun ombak yang cukup besar membuat perahu bergoyang, Siena kehilangan keseimbangan, hingga akan jatuh.

Untung, Drake sigap menangkapnya. Pria itu menahan punggung dan memegang tangannya. Mereka saling tatap. Mereka tampak intim. Sebagian pengunjung tersenyum melihat momen itu.

"Hati-hati," peringat Drake.

Siena menegakkan tubuhnya. Tolong jangan salah tingkah. "Maaf, aku akan berhati-hati. Terimakasih." Ia menatap tidak enak pada Drake. Bersyukur pria itu menolongnya, jika tidak, mungkin Siena sudah jatuh dan bajunya basah.

Drake mengulurkan sebelah tangannya pada Siena. Gadis itu menatap tangan dan wajah Drake bergantian, tidak mengerti apa maksud pria itu.

"Naiklah, aku akan memegangimu."

"Hm...yeah, okay." Siena memegang tangan Drake. Sengatan listrik bertegangan rendah menjalar sampai ke seluruh sarafnya. Siena menarik nafas pelan lalu menaiki gondola itu dengan sedikit mengangkat roknya sepaha agar memudahkannya naik.

Setelah Siena duduk manis di gondola itu, Drake melompat ke atasnya. Mereka duduk berhadapan. Dia mengambil dua dayung sekaligus. Dibantu oleh pemilik gondola, orang itu membantu mendorong gondola menjauh dari bibir pantai. Setelahnya, Drake mendayung gondola itu mendekati laut.

Pemandangan dari laut yang bisa ditangkap Siena adalah laut biru yang enak, rumah-rumah kuno penduduk yang bertingkat-tingkat karena dibangun di atas bukit. Siena dapat melihat kota Venesia dengan warna-warni bangunannya.

"Ini sangat indah." Pujinya. Dia tidak bosan untuk memuji Venesia yang memang sangat menawan. Dia sudah pernah menaiki gondola bersama Miguel sepuluh bulan lalu, dan sampai sekarang, Venesia masih tidak berubah. Penuh kekaguman.

Venice was the first place for him to find peace. Drake tidak akan melewatkan satu detik pun saat ini untuk tidak menatapi Venesia. Venesia akan selalu melekat dihatinya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Drake mendayung dengan tenang saat mereka sudah lumayan jauh dari pinggir pantai. Hanya ada mereka berdua tanpa orang lain di sana. Ia menatap Siena, gadis itu berbaring menghadap langit sambil memejamkan matanya. Damai.

"Besok, aku akan pulang ke California." Gumam Drake pelan.

Walaupun suara angin menderu kuat, Siena masih menangkapnya dengan jelas. Ia bangkit dan menatap Drake bingung.

"Lalu?" Ia mengerutkan keningnya. Tidak mungkinkan pria itu mengajaknya kesini hanya untuk berpamitan? Siena menggeleng-gelengkan kepalanya.

Drake tidak menjawab. Ia meletakkan sepasang dayung itu di sampingnya, lalu berbaring menghadap langit. Ia memakai kacamata hitamnya. Rencananya sebulan lagi, dia akan kembali ke Venesia, namun bertepatan dihari itu, memperingati hari kematian Leah. Drake sangat bimbang. Dia tidak bisa begitu saja membatalkan peresmian yang sudah ditentukan, tapi mencoba tidak menghadiri acara peresmian itu, sangat tidak mungkin. Drake pasti akan merindukan Venesia.

Setiap tahunnya, Drake akan pulang ke Inggris saat memperingati hari kematian Leah. Dia tidak pernah melewatkannya. Sudah bertahun-tahun berlalu, namun Drake masih belum bisa melupakan gadis itu. Terhitung sudah tujuh belas tahun Leah meninggalkannya. Sebuah apresiasi untuk Drake yang tidak bisa mencinta lagi selama itu. Tahun-tahun yang dilaluinya tanpa Leah adalah mimpi buruk. Drake tidak tahu harus berbuat apa. Dia terjebak dalam cinta yang sudah mati. Bodoh memang. Setiap hari itu tiba, Drake akan menghabiskan waktunya di makam Leah maupun rumah papan yang memiliki kenangan mereka.

Langit melukiskan wajah Leah yang tersenyum. Tanpa sadar, Drake juga ikut tersenyum.

Dia memang menyedihkan. Begitu banyak tawaran cinta yang datang, tetapi Drake masih setia dengan Leah.

Apa pria itu ingin hidup sendirian seumur hidup? Tanpa pendamping?

Siena tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Drake. Tapi hari ini, dia memerhatikan wajah Drake yang sering sayu. Apa itu hanya perasaannya saja? Entahlah. Dia ikut berbaring dengan arah berlawanan, kakinya memanjang hingga sejajar dengan wajah Drake, begitupun sebaliknya. Bermenit-menit berlalu. Siena tidak bisa fokus. Ia terus melirik pria itu. Deru ombak dan suara angin mengisi keheningan.

Tak tahan lagi, Siena bangkit. Menatap Drake ketus. "Sebenarnya kau kenapa? Apa ada masalah? Ceritalah padaku, mungkin aku bisa membantu. Temanku bilang, aku adalah pendengar yang baik."

Drake benci ocehan. Ia bangkit, menatap Siena datar melalui kacamata hitamnya. Diam-diam, dia menikmati wajah cemberut Siena. Tetapi tidak ada rasa didalam hatinya, semua wanita sama saja, kecuali Evelyn dan Leah.

"Hello? Do you hear me? Drake!" Siena mengguncang pelan bahu pria itu.

"Drake? Kau sering melamun ya. Do you---," Siena mengguncang bahu keras itu dengan kuat.

"I do." Jawab Drake cuek. Matahari semakin tinggi, Drake mengambil sepasang dayungnya dan mulai mendayung.

"Kalau begitu ceritakan padaku. Apa masalahmu. Bukan karena kau seorang pemberantas masalah yang memiliki bisnis intelegensia, kau tidak punya masalah pribadi, kan? Hahaha." Garing. Siena tetap tertawa pelan. Perlahan surut. Ia berdecih sinis, apa memang Drake Carrington tidak punya ekspresi lain selain wajah datar ditambah tatapan mematikannya?

Siena melirik Drake disela tawanya, pria itu tidak berekspresi. "Ehm, apa kau sedih karena akan pulang ke California? Tapi kenapa? Bukannya Amerika adalah rumahmu."

"Rumahku di Inggris." Ucap Drake spontan.

"Hm, yuh, okay... Kau bisa melawak juga rupanya. Hahaha."

Drake menggelengkan kepalanya melihat Siena. Gadis aneh. Bagian mana dari kata-katanya yang mengandung humor?

"Oh, wait, Ma perché sei tornato in America invece che in Inghilterra? (Kenapa kau pulang ke Amerika, bukannya ke Inggris?)"

"Kau tidak akan mengerti."

"Apa yang tidak aku mengerti?" Siena mencetus.

Drake menatap manik biru Siena dalam. "Kehidupanku." Gumamnya pelan. Namun, begitu banyak arti dalam satu kata yang baru saja diucapkannya. Tidak ada yang bisa memahaminya.

"Oh, ikannya lucu sekali. Hiu bercorak ikan Nemo. Hihi, cantiknya." Siena mengalihkan pembicaraan. Dia mulai mengatakan sesuatu yang tidak jelas pada ikan itu, bahasa ikan.

Gadis itu makin menggila. Drake mendengus dingin. Melanjutkan mendayung gondola. Ikan hiu? Bercorak Nemo? Yang benar saja. Mana ada ikan seperti itu.

Wajah Siena berubah murung saat tahu Drake tidak merespon lelucon garingnya. Ia menopang dagunya dan menatap Drake kesal. "Aku hanya mencoba menghiburmu. Tapi kau itu seperti es batu, sangat keras, dingin dan tidak tahan menyentuhmu lama-lama. Kau harus menghargai usahaku dengan ikut tertawa. Tertawa itu menyenangkan tahu, kau harus banyak tertawa jika ingin hidupmu cemerlang. Dan jangan tampilkan tatapan mautmu pada orang lain. Cukup padaku saja, oke? Nanti mereka bisa lari ketakutan kalau kau begitu."

Ingatkan Drake jika dia benci ocehan tidak jelas, namun kali ini dia mencerna kata-kata Siena. Apa yang dikatakan gadis itu tak sepenuhnya salah.

Drake merangsek maju dan menggenggam tangan Siena. Gadis itu terkejut, ia terpaku, tak melakukan perlawanan sedikitpun.

"Aku tak tersentuh, Siena. Jangan mencoba menyentuhku atau kau akan terbakar." Pesannya.

Efek gugup, Siena mengangguk. Wajah Drake menghipnotisnya. Dia tenggelam dalam lautan bening milik Drake.

"Berjanjilah satu hal Siena."

"A-apa?"

"Saat Natal tiba, tunggu aku disini. Di atas gondola. Nantikan aku datang." Bisik Drake penuh sesal. Ia menundukkan kepalanya. Kenapa dadanya sangat sesak, Ya Tuhan?

     "Damn!" Disisi lain, Miguel terus mengumpat karena Siena mengabaikan teleponnya.

To be continued

3/4/22

Siena Valetta Kennedy

Drake Vincent Carrington

Miguel Benedict

❤️
Na Ta Young


Continue Reading

You'll Also Like

201K 9.1K 37
⚠⚠WARNING⚠⚠⚠ ⚠⚠ADULT KONTEN ⚠⚠ CERITA INI MENGANDUNG BANYAK UNSUR DEWASA!! Vanessa meninggalkan Jakarta, meninggalkan segalanya di kota itu. Meningga...
1.1M 66.8K 93
Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau me...
63.3K 3.5K 51
Pertama kali publish : 16 Desember 2018 [PRIVATE ACAK] Kana Schumacher, gadis ceria dengan tampang manisnya. Siapa pun akan senang berdekatan dengan...
108K 8.4K 43
#2 The Eagle Five Series | Bisa dibaca terpisah _____________________________________ Alexander adalah pria menawan dengan sejuta pesona dan senyuman...