RANGGA [SCUTTIVO]

By fikaprisyall_

5.8K 170 14

[Dianjurkan untuk follow terlebih dahulu sebelum membaca] ••• Kisah Rangga, pemimpin geng Scuttivo yang palin... More

RANGGA - INTI SCUTTIVO
02. Pembantu Baru Scuttivo
03. Berunding Untuk Kunjungan Rutin Scuttivo
04. Calon Pacar, Katanya
VISUALISASI TOKOH
05. Derox
06. Salting
07. Persiapan ke Boyolali
08. Go to Boyolali

01. Jepit Hitam Naura

757 24 2
By fikaprisyall_

hello!

semoga kalian suka yaaa! jangan lupa untuk vote and comment sebelum ataupun sesudah membaca!

selamat membaca!

•••

Seorang gadis mungil nan cantik turun dari sebuah mobil BMW Z4 yang berhenti tepat didepan gerbang SMA Kencana. Senyum terpatri di wajahnya yang nyaris sempurna. Tak lupa, sebuah jepit rambut berwarna hitam yang menempel di sisi kiri rambutnya.

"Naura masuk ya, Ayah!" Seru Naura kecil.

Dinaura Fedhiana Utomo. Gadis berusia 17 tahun itu memiliki wajah yang sangat cantik. Semuanya nyaris sempurna. Tatapannya yang selalu sendu dan caranya berbicara lembut mampu menghipnotis semua orang disekitarnya.

Gadis yang selalu dipanggil Naura, gadis yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Gadis berprestasi yang selalu membawa nama baik sekolah dan keluarga.

"Iya, sayang! Belajar yang rajin, ya!" Balas sang Ayah. Jordan Utomo. Pengusaha sukses di Indonesia. Tak sedikit orang yang mengenal Jordan. Hampir seluruh warga Negara Indonesia tahu siapa Jordan. Pemilik perusahaan Jor'd Company.

"Ayah pergi, see you, princess!"

Naura melambaikan tangannya ketika mobil BMW yang dibawa sang Ayah melaju membelah keramaian kota. Naura menerbitkan senyum kecilnya, kemudian melangkahkan kakinya masuk ke area sekolah.

Naura terus berjalan melewati siswa-siswi yang berlalu lalang di koridor. Kepalanya menunduk, menatap kakinya yang terus melangkah dengan seulas senyum tipisnya.

Bruk!

Naura tersentak kaget, ketika dahinya menabrak sesuatu yang keras. Ia meringis kecil, mengelus kasar dahinya.

"Masih pagi, udah sial aja, sih!" Dumel Naura. Bibirnya mengerucut lucu. Naura belum tahu, jika yang ia tabrak adalah dada bidang milik Rangga.

"Kalo jalan jangan nunduk, untung aja nabrak gue. Bukan nabrak tiang!" Tegur Rangga.

Naura melotot kecil, kepalanya mendongak menatap seseorang didepannya. "Hah? Jadi yang gue tabrak itu Rangga?!" Batin Naura.

Naura menyengir. "Hehe, sorry ya, Ga." Ujar Naura. "Gue duluan, ya!"

Naura berlari kecil meninggalkan Rangga yang tengah mengangguk pelan. Rangga tersenyum kecil mengingat wajah Naura yang melotot tadi, itu sangat menggemaskan dimata Rangga.

Mata Rangga membulat sempurna, secepat mungkin ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Rangga menghela nafasnya pelan, kemudian hendak melangkahkan kakinya. Namun ia urungkan, sebab dirinya merasakan sesuatu yang ditendang kecil oleh kakinya tadi.

Rangga menunduk, ia menyerit bingung. "Pita?" Gumamnya.

Ia mengambil pita berwarna hitam tersebut dan memperhatikannya. Seperti pernah melihatnya, Rangga sesekali memejamkan matanya mencoba mengingat siapa pemilik pita hitam itu.

Seperkian detik, Rangga mengangguk-anggukan kepalanya pelan, setelah tahu pemiliknya siapa. Rangga menyimpan pita hitam itu di saku celananya. Kemudian melanjutkan langkahnya menuju XII IPA 2, kelasnya.

•••

Saat ini, Naura sudah menduduki kursinya. Tepatnya di kelas XII IPA 3. Naura tengah sibuk dengan buku paket fisika. Hari ini, akan diadakan ulangan harian dikelasnya. Maka dari itu, Naura berniat belajar sebelum ulangan itu dimulai.

Ia mulai membaca materi-materi penting yang akan keluar di soal UH-nya nanti. Sesekali mengangguk kecil seolah paham dengan materi yang tengah ia baca.

"Rajin banget, Nau!"

Naura terlonjak kaget, kemudian mendengus pelan. "Ngagetin, ah!"

Perempuan berambut sepunggung itu terkikik. "Segitu fokusnya, lo? Sampai kaget begitu." Ujar Aliqa.

Aliqa Azzahra Aninditho. Sahabat Naura sejak SMP. Perempuan periang dan juga sangat ramah.

"Iya, fokus banget, lo!" Timpal perempuan dengan pipi chubby. Dia Ivanni.

Ivanni Aquerette El Barack. Perempuan berdarah Amerika-Indonesia. Ivanni adalah perempuan yang jago dalam bela diri. Apalagi ia sering memimpin anggota karate di ekskul-nya. Menggantikan guru pembimbing yang tidak bisa mengajar di waktu tertentu. Tentu saja, Ivanni merupakan perempuan pemberani.

"Nanti nyontek, ya, Nau." Ujar Zielda.

Zielda Valerie. Perempuan yang biasa dipanggil Zizie. Zizie adalah perempuan penyuka keju. Makanan apapun dan minuman apapun yang bersangkutan dengan keju, pasti Zizie akan suka. Dan juga, Zizie adalah K-popers garis keras. Oh, ya, Zizie ini merupakan kekasih Bintang, anggota inti Scuttivo.

Naura spontan menggeleng. "Belajar, dong!" Sungut Naura.

"Yaelah, Nau! Gitu amat lo, sama gue." Ujar Zielda. Ia menatap Naura dengan bahu yang melemas.

Sedangkan Naura, gadis itu hanya menggidikkan bahunya acuh.

Aliqa memicingkan matanya menatap Naura, dirinya merasa ada yang kurang. Setelah menyadarinya, Aliqa berbicara. "Nau! Tumben lo nggak pakai jepit rambut hitam favorit lo itu?" Tanya Aliqa.

"Eh, iya! Jepit rambut lo mana? Kok tumben?" Timpal Ivanni heran.

Naura mengerutkan dahinya heran. Dirinya merasa, ia memakai jepit rambut itu tadi pagi. Dengan cepat ia meraba rambutnya. Ah, benar! Tidak ada jepitan dirambut-nya.

"Loh? Kok hilang?! Gue inget banget, tadi pagi gue pakai, kok! Seriusan!" Tutur Naura. Gadis itu mencoba meraba saku baju putihnya, namun nihil, tidak ada.

"Kalo dipakai, pasti ada, lah! Gak mungkin anjir, jepit-nya punya kaki, terus jalan sendiri." Ujar Zielda.

Naura berdecak kesal. "Seriusan, deh. Tadi pagi gue sempet pakai, tau!"

"Jatuh kali, Nau! Lo sempet lari-lari nggak, tadi?" Tanya Aliqa.

Naura menggeleng. "Enggak."

"Keman-"

Kriingg! Kriingg!

Mendengar bel berbunyi, sontak Aliqa, Ivanna, dan Zielda duduk di kursinya masing-masing. Sedangkan Naura, gadis itu masih mencoba mengingat-ingat keberadaan jepit rambut favorit-nya.

•••

Kini, Naura berjalan menyusuri koridor kelas XI yang ia lewati tadi pagi. Saat ini, sudah jam istirahat pertama. Tadi, ketiga sahabatnya mengajak ia untuk mengisi perut di kantin. Namun dirinya menolak, ia ingin mencari jepit kesayangannya dahulu.

Terbukti, saat ini, Naura menundukkan kepalanya sembari berjalan pelan, bola matanya melirik kesana-kemari guna melihat setiap sudut lantai keramik di koridor ini. Siapa tahu, jepit-nya jatuh di sekitaran sini.

Merasa lelah. Naura berhenti dan berkacak pinggang. "Huh! Kemana, ya? Apa jangan-jangan diambil orang?"

Naura menekuk wajahnya sebal. "Ihh! Kemana, sih! Capek banget nyari-nya."

Kalau orang lain yang kehilangan jepit nya, hanya sebuah jepit. Sudah dipastikan, bahwa jepit itu akan di ikhlaskan hilang begitu saja. Namun beda dengan Naura. Ia akan mencari ke sudut manapun sampai jepit itu ditemukan.

Jepit itu hadiah ulang tahunnya 6 tahun yang lalu dari Almarhum Kakek-nya yang meninggal karena serangan jantung. Naura, sangat menyayangi dan mencintai Kakeknya.

Kakek Abra tersenyum samar melihat cucu kesayangannya tengah tertidur disamping ranjang, dengan posisi duduk dan memegang erat tangan-nya.

Tangan Kakek Abra terulur untuk mengusap kepala gadis kecil itu dengan penuh kasih sayang.

"Eugh-"

"Kakek!" Seru Naura kecil. Senyumnya mengembang sempurna melihat sang Kakek sudah bangun. Tadi Kakek Abra mengeluh pusing, kemudian Naura menyuruhnya istirahat sejenak.

"Gimana? Udah nggak sakit lagi kan kepalanya? Atau Kakinya sakit? Pegel? Ayo bilang! Biar Naura pijitin!" Cerocos Naura.

Kakek Abra terkekeh geli. "Kakek udah gak apa-apa, sayang."

Naura menghela nafas lega. "Huh! Alhamdulilah .. terus, sekarang Kakek mau apa? Mau makan? Biar Naura ambilin dan suapin." Tawar gadis kecil itu antusias.

Senyum Kakek Abra mengembang, ia sangat suka jika cucu nya sangat peduli dengannya. "Kakek nggak mau makan. Udah kenyang. Kakek cuma mau minta tolong sama cucu kesayangan Kakek, ini!" Ujar Kakek Abra.

Jari telunjuknya, menoel gemas pucuk hidung Naura. Membuat Naura tersenyum malu.

"Kakek mau minta tolong apa?" Tanya Naura.

"Ambilkan kotak kecil berwarna hitam di laci itu." Ujar Kakek Abra. Jarinya menunjuk sebuah laci kecil didekat ranjang tidurnya.

"Oke, deh! Tunggu, ya!"

Gadis kecil berusia 11 tahun itu, berjalan mendekati laci. Membukanya perlahan. Matanya berbinar menatap sebuah kotak perhiasan didalam laci tersebut. Ia segera mengambilnya dan memberikan nya kepada sang Kakek.

Kakek Abra tersenyum, kemudian mengambil benda tersebut. "Terimakasih, cantik!"

Naura tersenyum malu. "Sama-sama, Kek!"

"Tapi, kotak itu isinya apa, Kek? Apa itu perhiasan punya Nenek?" Tanya Naura heran.

Kakek Abra menggeleng pelan. Ia membuka kotak itu. Dan terpampang lah jepit rambut berwarna hitam yang sangat cantik.

"Wahh! Jepit rambut?! Bagus banget jepitnya!" Seru Naura dengan girang.

"Naura mau jepit ini?" Tanya Kakek Abra.

Naura mengerutkan dahinya. "Kalau ditanya, ya pasti mau, dong! Tapi kan, itu bukan punya Naura." Ujar Naura.

Kakek Abra tersenyum lembut. Meraih jepit rambut tersebut dan memakaikan nya pelan di sisi kiri rambut Naura. "Ini hadiah Kakek untuk Naura. 3 hari yang lalu, Naura ulang tahun kan? Maaf ya, Kakek lupa untuk ngucapinnya. Dan sebagai gantinya, jepit ini Kakek berikan untuk Naura." Ujar Kakek Abra.

Naura membulatkan matanya. "Serius, Kek? Jepit ini buat, Naura?" Tanya gadis kecil itu memastikan.

Kakek Abra mengangguk kecil sembari tersenyum.

Naura tersenyum kegirangan, ia bangkit kemudian memeluk erat sang Kakek. Wajahnya ia tempelkan di dada Kakek Abra. "Makasih, Kakek! Naura sayang banget sama Kakek! Melebihi apapun! Naura janji bakal jaga, simpan, dan pakai jepit ini sampai kapanpun!" Ujar Naura.

Kakek Abra tersenyum samar, ia mengelus pelan kepala Naura. Naura memejamkan matanya, menikmati elusan penuh kasih sayang dari sang Kakek.

Beberapa menit kemudian, Nafas Kakek Abra mulai memberat, matanya pun sudah mulai memberat. Elusan tangannya mulai berhenti perlahan.

Tersenyum lembut, Kakek Abra berbicara meskipun sedikit susah. "K-kakek sangat menyayangi, mu."

Setelah itu. Kegelapan mulai menyerang Kakek Abra.

Naura yang merasakan Elusan dari sang Kakek terhenti, pun mendongak menatap wajah damai sang Kakek. Mata itu sudah tertutup rapat.

"Kakek?" Panggil Naura pelan.

Tidak ada sahutan.

"Kakek? Kakek tidur, ya?" Tanya Naura.

Masih tidak ada sahutan.

Naura mulai panik, matanya berkaca-kaca. "MAMA! PAPA!" Teriaknya memanggil sang orangtua.

"Kenapa, sayang? Ada apa?" Tanya Jordan-Ayah Naura, panik.

"Kenapa Kakek nggak mau bangun?!" Naura memegang erat tangan sang Kakek yang sudah sangat dingin.

"Kenapa tangan Kakek dingin? Kakek kedinginan, ya, Pa?" Tanya Naura polos.

Jordan mendekat, memeriksa denyut nadi sang mertua. Ia memejamkan matanya sejenak, kemudian menghembuskan nafas nya pelan.

"Innalilahi wa innailaihi raji'un"

"KAKEK!!"

Naura menitikkan air matanya, mengingat hal itu. Namun, dengan cepat ia menyeka nya. Menghela nafasnya pelan. Kemudian melanjutkan mencari jepit rambut miliknya.

"Tunggu!"

Naura yang tadinya hendak melangkahkan kakinya, pun ia urungkan. Mendengar suara berat dari seseorang yang memanggil namanya.

Naura berbalik badan. Ah! Itu Rangga. "Kenapa?"

Rangga merogoh saku celananya. Mengambil jepit yang sempat ia temukan tadi, kemudian menyodorkan nya ke arah Naura.

Sontak, mata Naura berbinar-binar ketika melihat jepit yang ia cari sekarang sudah berada dihadapannya. Tapi? Kenapa jepit miliknya bisa ada ditangan Rangga?

"Kok ada di, lo?" Tanya Naura heran.

Rangga berdecak. Mengapa gadis didepannya ini banyak tanya! Tinggal ambil saja apa susahnya, sih?!

Tangannya terulur untuk memegang kepala Naura dengan lembut, kemudian memakaikan jepit hitam tersebut di sisi kiri rambut Naura.

Naura terkejut, begitupula dengan siswa-siswi yang menyaksikan kejadian ini secara langsung. Rangga, adalah laki-laki yang susah sekali di ajak berbicara ataupun berinteraksi jika bersama perempuan.

Tapi kali ini, Rangga berinteraksi dan berbicara dengan Naura. Hal itu, membuat murid SMA Kencana yang menyaksikan menjerit gemas. Rangga, mengeluarkan sifat hangat nya pada Naura!

"Tadi, gue temuin di sini. Mungkin jatuh, karena tadi pagi kita tabrakan." Tutur Rangga.

"Ah! O-oh .. makasih, ya! Gue duluan!" Ujar Naura. Gadis itu melenggang pergi, melangkah dengan cepat. Ia malu, apalagi ini menjadi yang pertama, kepalanya disentuh oleh laki-laki selain Ayah Jordan.

Tanpa sadar, Rangga tersenyum kecil. Melihat punggung Naura yang sudah mulai menjauh.

•••

"Ciee ... Kayaknya, ada yang lagi jatuh cinta, nih!" Sindir Bumi menggoda.

"Siapa, tuh?" Timpal Bagas, laki-laki itu tersenyum jahil, sembari melirik ke arah Rangga yang tengah sibuk dengan ponselnya.

"Ada! Orang-nya lagi main handphone, inisialnya R!" Ujar Bumi.

Rangga yang merasa tersindir, pun, meletakkan ponselnya dimeja Warung BuSur. Menatap Bumi dengan alisnya yang terangkat sebelah.

"Apa?" Tanya Rangga, pura-pura tidak tahu.

"Alis lo kenapa, Ga? Menceng sebelah? Alis lo struck?" Ejek Dennis, diakhiri dengan tawa kencangnya.

"Sialan lo, Den!" Umpat Rangga.

"Aduh! Aduh! Jatuh cinta pandangan pertama, ya gini, nih!" Ujar Bintang.

"Apa ya? Em ... Oh! Aku jatuh cinta pandangan pertama pada gadis pemilik jepit rambut hitam!" Usul Annas, seolah-olah memberi judul sinetron untuk kisah cinta Rangga.

"Ah! Itu mah kepanjangan! Yang bener ini, nih! Gadis pemilik jepit hitam yang memikat hati!" Koreksi Bumi diakhiri kekehan kencangnya.

Bintang ikut tertawa, memperlihatkan lesung pipinya. "Hahaha! Anjir! Kayak judul Sinetron, ya, kawan."

"Ngurusin idup orang, idupnya aja kaya benang kusut." Celetuk Bima. Laki-laki itu berbicara, namun pandangannya tak lepas dari ponsel yang berada digenggaman-nya.

"Mulut lo, bang! Minta dijepit pakai jedai punya Bu Surti!" Ujar Bumi.

"Bacot!" Tekan Bima, laki-laki itu menatap adik kembarannya dengan datar.

"Lo suka sama Naura, Ga?" Tanya Bintang serius.

Rangga menggidikkan bahunya. "Maybe." Rangga tak munafik, ia merasakan sesuatu hal yang berbeda ketika berdekatan dengan Naura. Sesuatu hal yang bisa dibilang nyaman. Apalagi saat menatap mata teduh milik Naura, jantungnya akan berdetak 2 kali lipat lebih cepat dari biasanya.

"Yah, Ga! Naura incaran gue, tau! Jangan tikung gue, lah!" Ujar Dennis. Laki-laki itu kembali menunjukkan sisi playboy nya.

Annas menoyor kepala Dennis. "Dasar playboy! Liat yang cakep dikit, langsung aja!" Sungut-nya.

"Lo-"

"Ngaca!" Sindir Bima pada Annas. Ucapan Bima, membuat Dennis tertawa dalam hati. Akhirnya ada yang mewakili.

Annas memegang dada nya pura-pura shock. "Astagfirullah, mulutmu, mas!"

"Najis, kaya babi!" Ujar Bima.

jleb!

"Anjir, terplanting!"

•••

hai! hai! hai!

gimana? suka nggak sama part ini?

maaf yaa kalau kurang seru, soalnya aku baru pemula hehe

bilang ke aku yaa, kalau ada kesalahan kata atau kalimat yang buat kalian kurang nyaman!❤❤

jangan lupa follow instagram aku yaa:
—@ceritafika_

salam hangat, fika.
Bandar lampung.


Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 84.4K 141
Soon to be Published under GSM Darlene isn't a typical high school student. She always gets in trouble in her previous School in her grandmother's pr...
200K 9.9K 56
ငယ်ငယ်ကတည်းက ရင့်ကျက်ပြီး အတန်းခေါင်းဆောင်အမြဲလုပ်ရတဲ့ ကောင်လေး ကျော်နေမင်း ခြူခြာလွန်းလို့ ကျော်နေမင်းက ပိုးဟပ်ဖြူလို့ နာမည်ပေးခံရတဲ့ ကောင်မလေး နေခြ...
502K 14.5K 53
what happened when the biggest mafia in the world hid his real identity and married an innocent, sweet girl?
231K 6.8K 49
we young & turnt ho.