What should we do?

By Secrettaa

337K 32.3K 5.3K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan singkat di lampu merah justru menjad... More

PROLOG
ARJUNA ARTAWIJAYA
ARIKA ANGELINA
1 | PERTEMUAN PERTAMA
2 | CEMARA
3 | PERMINTAAN ARIKA
4 | 00:00
5 | VAMPIR
6 | PECAL AYAM
7 | HUKUMAN
8 | INSIDEN DI TAMAN
9 | TAMU SPESIAL
10 | MALL
11 | SEKOLAH
12 | TEMAN BARU
13 | BAD MOOD
15 | ROOFTOP
16 | NATAYA BAGASKARA DAN DUNIANYA, ANGKASA
17 | ARJUNA VS ARION
18 | TIDAK BISA DITEBAK
19 | TETAP TEMAN
20 | I LOVE YOU
21 | SUNSET
22 | SEMUA PERLU JEDA
23 | SALAH PERASAAN
24 | PROMISE
25 | IT'S OKAY
26 | PULANG
27 | PARTY
28 | BEAUTIFUL NIGHT WITH BEAUTIFUL GIRL
29 | SHE'S COME
30 | FAMILY SECRET
31 | BACK TO SCHOOL
32 | MY LOVE
33 | LOOKING NIGHT SKY
34 | CAN WE ALWAYS TOGETHER?
35 | PEOPLE'S HAVE PAIN
36 | I'M SORRY
37 | SUNSET
38 | SELAMAT TIDUR
39 | MEET AGAIN
40 | YOU MUST STILL LIFE
SEE YOU

14 | PAGI BAHAGIA

4.5K 393 12
By Secrettaa

JANGAN LUPA SENYUM DAN BAHAGIA HARI INI SEMUANYA🍉

Follow wp : Secrettaa
Ig : aleeeeeeeee_0019

Jangan lupa vote+komen

🌻HAPPY READING🌻
_
_
_

"Kenapa, Mas? Katanya mau tidur." Lina menatap heran sang suami yang terus saja menatapnya. Seolah ada yang ingin dikatakan, tapi enggan memulai obrolan.

"Kalau nggak ada yang mau diomongin aku tinggal tidur ya."

Baru saja Lina hendak memejamkan matanya, tapi sebuah pelukan hangat dari Darma membuatnya urung.

"Kenapa, Mas?" Untuk kedua kalinya Lina bertanya. Ia hanya berharap kali ini suaminya benar-benar membuka suara, karena jujur saja ia sudah sangat mengantuk sekarang.

"Apa aku salah ya masukin Arika ke sekolah itu."

Setelah Darma berkata demikian, justru Lina yang sekarang bungkam.

"Harusnya aku masukin Arika ke sekolah yang sama dengan Arion, tapi itu juga nggak mungkin ...."

"Mas, aku tahu ini bukan cuma persoalan sekolah mana yang baik untuk Arika. Aku tahu arah pembicaraan kamu, tapi aku mohon untuk sekarang jangan bahas itu dulu ya."

Darma hanya mengeratkan pelukannya, tidak tahu lagi harus berkata apa sebab ini memang salahnya yang terlalu terburu-buru mengambil keputusan tanpa mau mendengarkan sang istri.

"Aku cuma takut Arika bakal pe--"

"Enggak! Arika nggak akan kemana-mana Mas. Stop bahas ini, jangan buat aku sedih lagi."

"Maaf, maafin aku," gumam Darma yang masih bisa di dengar jelas oleh Lina.

Lina mengusap kasar air matanya, entah kenapa jika membahas sang anak bungsu membuatnya merasa emosional.

Sedangkan Darma yang mengetahui jika istrinya menangis semakin merasa bersalah. Ia tidak tahu bahwa pada akhirnya semua menjadi serumit ini. Bukan hanya perihal sekolah, bukan hanya perihal anak-anaknya saja, tapi perihal dirinya sendiri yang sudah begitu jahat pada mereka yang tidak tahu apa-apa. Mungkin jika dulu ia bisa menerima semuanya dengan lapang dada dan mengikhlaskan yang sudah seharusnya pergi, semua tidak akan serumit sekarang. Dan kemungkinan yang pasti adalah ia tidak akan pernah bisa melihat senyum si bungsu seperti sekarang.

Untuk kemungkinan yang terakhir, Darma ingin egois sekali saja, tapi keegoisannya justru adalah awal kebohongan untuk dirinya dan keluarga atau bahkan orang-orang disekitarnya. Hanya menunggu waktu, cepat atau lambat tidak akan ada lagi yang bisa ia pertahankan. Namun, lagi-lagi Darma ingin egois, ia akan mempertahankan semuanya apapun akhirnya.

•••

Sebab benda kesayangan Arika sudah kembali diperbaiki dan bisa dipakai lagi, pagi ini gadis itu tampak bersemangat ingin pergi sekolah sendiri.

Namun, semua tidak semudah itu karena ayah dan abangnya kompak menolak keinginan gadis yang lagi-lagi pagi ini memakai bandana kuning di kepalanya. Membuat sang empu mendesah kecewa.

"Bun, masa Ayah sama Bang Al nggak bolehin Alika belangkat sendili sih, Alika 'kan mau ajak Janet ke sekolah. Bial Janet liat sekolah Alika," adunya pada sang bunda yang pagi ini tampak berpakaian rumah biasa, sepertinya wanita itu tidak bekerja hari ini.

Lina memeluk tubuh putrinya dan menggusap punggung Arika menenangkan. "Dengerin apa kata Ayah sama Abang, ya."

Arika semakin mencebikkan bibirnya, mengetahui sang bunda ternyata sama saja dengan dua laki-laki yang masih menatap padanya.

"Apa liat-liat Alika?!"

"Anak Bunda nggak boleh gitu dong, nggak sopan," nasehat Lina.

"Habisnya Alika tuh kesel bunda ...."

Lina hanya tersenyum dan merapikan tatanan rambut sang putri. Ternyata anaknya tumbuh dengan baik, meski tampak polos dan nyaris tidak tahu banyak hal Lina tetap bersyukur. Lagipula ia sadar alasan sikap Arika tidak seperti anak sebaya lainnya karena pola asuh mereka sendiri. Mereka terlalu takut, bahkan mungkin baru diumur tujuh belas tahun ini mereka sedikit membebaskan Arika.

"Bahaya kalo pergi sendirian, biar Ayah antar aja," ujar Darma yang berhasil menyadarkan Lina dari lamunannya.

"Mana ada bahaya, olang Alika pasti diikutin sama Om-Om kacamata hitam. Nanti meleka ngawasin Alika. Alika 'kan juga bisa bela dili, nggak ada yang belani macam-macam sama Alika," tutur Arika masih berusaha membujuk sang ayah.

"Kalo udah ingat jalan ke sekolahnya, baru boleh," celetuk Arion seraya menghampiri motor kesayangannya. Laki-laki itu sudah siap berangkat, tetapi setelah mengingat perkataan sang abang semalam ia mengurungkan niatnya pergi. "Berangkat sama Abang aja."

"Sama Ayah!"

Arion menatap malas ayahnya, tidak berniat berdebat ia hanya diam saja. Lagipula jika bukan karena perintah Artan dia juga pasti tidak akan mengajak gadis pecinta kuning itu menaiki motornya.

"Maaf menyela Tuan, tapi pagi ini Tuan sudah ada janji dengan beberapa klien penting."

Sepertinya tanpa perlu berdebat dengan ayahnya, Arion sudah menang duluan. "Sini, berangkat sama Abang. Sekalian beli susu pisang."

Mendengar nama minuman kesukaannya disebut, Arika pun langsung menaiki jok motor Arion dan melupakan keinginan untuk berangkat sendiri mengunakan Janet.

Sedangkan Darma mau tidak mau harus mengalah, bagaimana ia bisa lupa jika pagi ini sudah ada janji. "Jangan ngebut," ucap Darma sebelum Arion melajukan motornya.

Meski singkat Arion merasa hangat. "Kami pergi dulu, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam, hati-hati ya!" ujar Lina seraya melambaikan tangan pada Arika yang juga sedang melakukan hal sama.

"Dadah Bunda!"

"Kamu beneran di rumah aja hari ini?" tanya Darma setelah kedua anaknya pergi. Menatap heran sang istri yang tidak biasanya mau menghabiskan waktu di rumah.

Lina mengangguk, berjalan menghampiri Darma yang masih saja berdiri di depan mobil mewah berwarna hitam. Ia merapikan dasi dan kerah baju suaminya agar lebih rapi. "Aku mau buat kue, udah lama nggak ngacak dapur."

"Kan bisa beli."

"Rasanya beda loh Mas. Sana, masuk mobil. Kasian tuh udah ditungguin dari tadi."

Darma melirik jam di tangannya, lalu berpamitan pada Lina, tidak lupa juga sebuah kecupan hangat ia berikan.

"Mas pergi dulu, kamu di rumah hati-hati dan jangan banyak pikiran ya."

Mendengar itu, entah kenapa Lina hendak tertawa. "Yang ada Mas tuh yang harusnya hati-hati."

"Iya juga ya," gumam Darma polos. "Nanti Mas usahain pulang cepat," tambahnya setelah sudah duduk di kursi penumpang sebuah mobil mewah.

Lagi-lagi Lina mengangguk saja, ia menatap kepergian mobil itu seraya tersenyum.

Tak mau berlama-lama di sana, Lina pun langsung bergegas ke dapur. Ia tidak sabaran untuk memasak kue kesukaan keluarganya.

Beralih dari Lina, kini Arion dan Arika sudah sampai di supermarket. Seperti janji laki-laki itu yang akan membelikan sang adik susu pisang, di sinilah mereka sekarang-sebuah supermarket yang terlihat masih sepi.

Arika sibuk berlarian mencari jajanan yang di sukainya, setelah sebelumnya mengambil empat kotak susu pisang tanpa memedulikan tatapan tajam dari Arion.

"Kalo gini mah, lama-lama habis uang gue," gerutu Arion seraya menerima sebungkus snack yang baru saja Arika ambil dan memasukkannya ke dalam keranjang belanja.

"Em, apa lagi ya?" monolog Arika menatap sekitarnya.

"Udahan ya belanjanya, nanti telat ke sekolah," timpal Arion dengan senyum terpaksa, menatap sang adik yang langsung terdiam, tetapi tak lama kemudian mengangguk.

"Oke deh, belanjanya u-eh, ada coklat Bang!" teriak Arika heboh, seperti orang yang baru saja menemukan hal menakjubkan.

Arion mengusap kasar wajahnya, sepertinya uangnya akan benar-benar habis kali ini. "Ya udah ambil, cepetan."

"Udah diambil kok Bang, nih!" Arika menunjukkan lima buah coklat yang ia ambil tepat di depan wajah Arion.

Sontak Arion melototkan matanya dan langsung mengambil empat coklat lainnya, seraya berkata, "Satu aja, nanti sakit gigi kalo banyak-banyak. Gue juga ntar yang dimarahin Bang Artan."

"Satu aja? Telus Abang bicala apa lagi tadi?" tanya Arika seraya menggaruk pipi chubby nya membuat Arion gemas melihatnya.

"Nggak ada. Cepetan kita bayar." Arion menggenggam erat tangan yang tampak mungil itu, membawanya ke arah kasir segera. Tidak tahu saja Arion bahwa adiknya tengah terkekeh karena berhasil mengerjai dirinya.

"Telnyata Bang Al mau aja dibohongin Alika, padahal tadi Alika pula-pula ga dengel doang," gumam Arika pelan yang untungnya Arion tak dengar sebab laki-laki itu sibuk mencari dompetnya.

"Ini aja Kak?"

"Hm," jawab Arion seraya mengangguk dan mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya.

Arika yang penasaran dengan isi dompet sang abang pun berjinjit, berniat mengintip.

Namun, Arion lebih dulu menutup dompetnya ketika sudah mengeluarkan uang yang diperlukan.

"Kok dompet Bang Al tipis banget ya? Beda sama dompetnya Bang Altan, selalu tebel," gumam Arika.

Arion yang tidak sengaja mendengar itu hanya mendengus sebal, mengambil belanjaan yang sudah dibayar dan membawa Arika agar segera keluar.

"Kita langsung ke sekolah ya, Bang?" tanya Arika ketika sudah duduk di motor besar milik Arion.

Laki-laki itu mengangguk, menatap sebentar kaca spion yang menampilkan raut menggemaskan sang adik dan tak lama kemudian motor itupun melaju kencang, berbaur bersama kendaraan lainnya.

Perjalanan pagi ini sangat menyenangkan menurut Arika, karena ia bisa merasakan udara pagi dan melihat bagaimana ramainya jalan yang dipadati oleh kendaraan. Walaupun ini adalah hal biasa bagi orang lain, tapi bagi Arika yang hidupnya hampir selalu menghabiskan waktu di rumah saja, pemandangan seperti ini sangat jarang sekali ia lihat.

Tapi Arika tidak perlu khawatir lagi, masa-masa itu sudah ia lalui dan tepat ketika umurnya menginjak tujuh belas tahun beberapa minggu yang lalu, perlahan ia merasakan rasanya kebebasan. Terlebih sekarang ia bisa bersekolah, jadi bisa dipastikan mulai sekarang ia lebih bisa menikmati dunia luar.

Asik menikmati perjalanan ternyata membuat Arika tak sadar bahwa motor Arion sudah berhenti melaju. Ia menatap sebentar gerbang yang menjulang tinggi itu, tak lupa juga menampilkan senyum lebar.

"Makasih ya, Bang," ucap Arika yang sudah turun dari jok motor Arion dengan senyum yang tak pudar sedikitpun.

"Ingat, jangan dekat-dekat sama Arjuna. Gue nggak suka."

Arika yang semulanya menampilkan senyum bahagia, langsung terdiam.

Namun, tak lama setelahnya, perempuan pecinta warna kuning itu kembali bersuara. "Kak Juna baik loh, Bang."

"Kata gue jangan dekat-dekat sama dia. Lo cukup turutin apa yang gue bilang, paham?" Entah kenapa Arion emosi ketika Arika memuji Arjuna dan tanpa sadar ia membentak sang adik.

Refleks Arika menundukkan kepala dan meremas kuat rok sekolah.

"Nyelemin, masih pagi udah malah-malah," gerutunya.

"Ngomong apa lo?" Sarkas Arion kembali membuat Arika semakin menundukkan kepala dan menggeleng lemah.

"Alika ndak bicala apa-apa."

"Gue pergi, ingat kata-kata gue!"

"Iya, kalo ndak lupa Alika pasti inget," gumamnya ketika Arion sudah pergi dari sana.

"Bang Al malah-malah telus, sampai ulat lehelnya keliatan. Selem banget, untung tadi udah jajan. Alika kan jadinya nggak kesel sama Abang, tapi ini tellalu banyak dan Alika nggak bakal bisa habisin." Tatapannya yang semula sibuk melihat belanjaannya tadi, kini beralih pada pak satpam yang tampak berdiri di dekat gerbang-menunggu para murid AHS masuk.

"Pak, ini buat Bapak." Arika memberikan satu susu pisang dan beberapa jajanannya pada pak satpam yang terlihat ragu ingin mengambilnya.

"Nggak pa-pa loh Pak, Alika ikhlas kok."

"A-ah iya, terima kasih nak Alika," ujar sang satpam seraya tersenyum.

"Dibilangin nama Alika tuh Alrrikia," gerutu Arika yang sudah berjalan masuk ke area sekolah.

_
_
_

Ayo spam next!

Jangan lupa follow ig: aleeeeeeeee_0019
Dan mampir ke tiktok juga ya

Thanks for reading and i hope you are still with me until the end🌻

Kam, 9 Februari 2023
13:34

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 280K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
290K 26.7K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
3.5M 179K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
299K 13.7K 18
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...