Falling In Love (GS)

By itsme_karinaaa

504 82 29

"Tidak ada kata menyerah dalam kamus ku" "Terserah kamu saja" Semua berawal dari kisah anak SMA yang mengejar... More

Bagian Pertama

Bagian Kedua

177 37 7
By itsme_karinaaa

Jika Nolan dan Leon lari tergopoh-gopoh menghampiri Marko, maka berbeda dengan Davin dan Narest. Perlu kalian ketahui Davin masih sangat dendam dengan Saka setelah kejadian tadi. Kurang puas hanya menendang sekali. Harusnya ia buat sekarat pemuda itu.

Setelah mendengar Marko terjatuh yang posisinya dekat garis finish. Davin segera memberi kode untuk Narest yang langsung ditangkap oleh pemuda itu. Mereka berdua berlari menjauhi kerumunan. Melepas jaket yang dikenakan Narest, mengendap perlahan dibelakang pemuda yang hanya duduk tidak ikut melakukan selebrasi bersama teman-temannya.

Setelah Narest membekap mulut Saka dengan jaketnya, mereka berdua segera menyeret pemuda itu menjauhi kerumunan. Tentu saja Saka memberontak namun malah mendapat satu pukulan dari Davin.

Tempat gelap dipinggir jalan raya yang sepi penduduk menjadi pilihan mereka untuk menghabisi lelaki itu. Saka sangat terkejut setelah jaket yang tadi dikenakan untuk menutup wajahnya kini di buka kasar oleh Narest.

"Kalian ngapain, anjing?"

Bughh..

Dugh..

"Akhhh"

Satu pukulan dan satu tendangan mendarat pada kepala dan rahang Saka. Benar-benar sebenci ini mereka pada Saka.

"Lepasih gue berengsek. Akhhh"

"Mana ada pemangsa melepaskan mangsanya, bodoh"

"Tau nih, lo sekolah berapa tahun deh? Ginian aja enggak tau. Mangkanya di otak lo jangan ada perempuan doang, goblok" Narest menonyor keras kepala Saka.

"Anjing lo pada. Lihat aja, enggak akan bisa kabur lo dari gue"

"Lihat muka gue" Tangan Narest ia bawa untuk mencengkeram kuat rahang Saka. Membuat pemuda itu mengeram tertahan.

"Gue anak kepala polisi, kalo lo mau tahu" Lanjutnya. Biarkan dia sombong untuk saat ini. Pemuda didepannya ini memang sesekali perlu diberi pelajaran.

Sial, Saka lupa.

"Lo pegang" Ucap Davin pada Narest.

Saka sudah dijadikan samsak oleh dua pemuda itu, darah segar sudah keluar dari mulutnya.

"Uhukk.. uhuk.."

"Ini sebagai gantinya karena boss lo udah main curang. Lo harus ngerasain apa yang dirasain Marko"

Dughh..

Satu tendangan terakhir Narest berikan. Setelah itu mereka pergi meninggalkan Saka yang mulai tidak sadarkan diri. Saka sudah pasrah jika dia ditemukan hanya tinggal nama. Dia salah memilih lawan.

***

"Lo kemana aja sih, anjing?" Nolan segera menghampiri kedua temannya yang berjalan cepat kearahnya.

"Sorry. Gue sama Davin ada perlu sebentar tadi. Marko didalam?"

"Iya masih ditangani. Duduk dulu, bro" Ucap Leon yang mencoba menengahi.

Nolan masih memandang curiga pada kedua temannya tersebut. Membuat Davin yang dilihat seperti itu sedikit risih.

"Ngapain lo?"

"Lo yang ngapain, anjing?"

"Cukup. Kita didepan ruang operasi. Kalo mau ribut silahkan keluar. Lo mau bunuh-bunuhan juga gapapa" Leon cukup lelah dengan sikap teman-temannya. Tidak ada yang menjawab, hanya kesunyian yang melingkupi mereka. Jelas saja saat ini sudah tengah malam lebih.

"Gue sama Narest habis mukulin Saka sampek sekarat" Ujar Davin.

"Thanks, lu udah mewakili kita" Davin cukup terkejut dengan jawaban Nolan. Lebih terkejut lagi dengan jawaban Leon.

"Yuda jangan lupa yang buat Marko sampek kayak gini. Enggak akan gue biarin lepas"

Jam terus berputar, ketika operasi pada pasien selesai. Bahkan keempat pemuda itu sudah teridur di kursi tunggu.

"Permisi"

Nolan yang terbangun terlebih dahulu segera menegakkan tubuhnya.

"Keluarga pasien?"

"Ya? Ah itu, orang tua pasien masih diluar negeri. Saya sebagai sahabat yang membawanya kemari" Bohong, mama dan papa Marko masih tertidur nyenyak di rumah. Mereka bahkan lupa untuk menghubungi orang tua Marko. 

"Baik. Pasien akan segera dipindahkan ke ruang ICU agar mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Untuk administrasi segera dilunasi. Terima kasih" Perempuan yang Nolan anggap perawat itu segera pergi setelah memberi tahunya.

"Heh anjing. Bangun lu pada. Bangunnn"

"Ckk, apasih?"

"Marko beres operasi. Mau dipindah ke ruang ICU. Masalahnya kita belum kasih kabar ke orang tuanya"

"Lah iya. Kok bisa lupa sih?" Narest terperanjat dari duduknya.

"Lo hubungi deh. Gue masih ngantuk" Hindar Leon.

"Pakek handphone Marko aja" Ucap Davin. Mereka memang setakut ini dengan papa Marko.

"Iya, pesan aja jangan telepon" Imbuh Narest.

"Kirim ke mamanya aja jangan papanya" Nolan ikut menimpali.

"Anjing, cupu lo semua"

"Kayak lo enggak aja" Ucap Narest.

"Iya gue juga maksudnya" Leon pasrah mendapat tabokan dari tangan Narest.

Mama

"Ma, Marko kecelakaan. Sekarang lagi di RS. XXX

Kalo kesini jangan ajak papa dulu ya, Ma

Salam manis Marko"

Mama hampir saja menjatuhkan handphonya setelah membaca pesan singkat dari putranya.

"Kenapa sayang?"

"Oh.. enggak kok pa. Papa mau berangkat sekarang?"

"Iya, mungkin sekitar seminggu di Singapura. Jaga diri baik-baik ya. Kalo Marko berulah lagi kamu marahin aja"

Setelah melihat kepergian sang suami untuk menuju bandara. Mama segera menuju kamarnya untuk bersiap-siap. Perasaan putranya semalam berpamitan untuk pergi tidur, lalu bagaimana bisa putranya mengirim pesan singkat kalo saat ini sedang berada di rumah sakit?. Wanita paruh baya yang masih tampak cantik itu segera mengedari mobilnya menuju rumah sakit dimana putra tunggalnya dirawat.

"Mama, disini"

Mama bisa melihat penampilan 4 pemuda sangat kucel. Mamah tidak habis pikir.

"Dimana Marko?"

"Marko belum sadar. Tadi selesai operasi sekitar subuh, Ma" Jelas Nolan.

"Aduh-aduh mama pusing. Terus siapa tadi yang kirim pesan ke mama?"

"Aku, ma. Enggak berani telepon. Takut yang angkat papa" Cengir Leon.

"Bersyukur kalian, papa satu minggu kedepan ada pekerjaan di Singapura" Kalimat itu menjadi sebuah penenang untuk keempat pemuda itu. Aman batinnya. Hingga tanpa sadar helaan nafas berat lolos dari empat bibir pemuda itu.

"Kalian kucel banget tau. Enggak ganteng. Pulang dulu sana semua. Mandi, istirahat. Baru nanti kesini lagi" Ucap satu-satunya wanita disana.

"Mandi doang, istirahat disini. Sekalian nemenin mama"

"Aduh, ini rumah sakit ya Davin bukan hotel punya keluarga kamu. Cepat pulang" Ucapannya itu mutlak. Yang mau tidak mau segera di iyakan oleh mereka.

Mereka akhirnya pulang kerumah masing-masing. Berjanji nanti sore kesini lagi.

Setelah kepergian mereka, mama segera masuk keruangan dimana sang anak dirawat. Ternyata Marko sudah sadar. Bahkan sudah berkedip-kedip menggemaskan, menurut mama.

Mama yang melihat Marko sudah sadar segera memencet tombol darurat untuk memastikan kondisi sang anak.

"Ini berapa?"

"Dua"

"Ini?"

"Ma, please deh. Marko enggak amnesia. Kenapa sih? Mama enggak ngajak papa kesini kan?"

"Nahh ini baru sadar beneran"

Srekk..

"Permisi"

"Saya akan periksa putra anda terlebih dahulu"

"Silahkan, Dok"

Mata Marko tidak berkedip sedikit pun dari bidikan obsidiannya. Wanita ini begitu cantik dan anggun, batinnya.

"Nak, ada yang sakit?"

Tidak ada jawaban darinya. Hanya saja tangannya sudah berpindah ke arah jantung yang kini berdetak cepat karena tidak sengaja terjadi kontak mata dengan suster cantik ini.

"Dokter, detak jantung pasien meningkat"

"Nak, kamu dengar saya?"

"Dokter saya dengar. Saya udah enggak apa-apa. Tapi saya masih hidup kan?" Ucap random Marko. Tatapannya tidak beralih sedikitpun.

"I..iya. Kamu masih hidup"

"Tapi, kenapa ada bidadari disini?"

"What?"

"Awww" Lengan kanannya di cubit oleh sang mama.

"Mama kenapa sih? Sakit tahu"

"Aduh maaf dokter. Saya rasa anak saya sudah sembuh deh. Maaf tadi sudah mengganggu kegiatan dokter dan para suster" Ucap mama.

"Tidak perlu meminta maaf, bu. Ini memang sudah tugas kita. Kalo begitu saya izin permisi dahulu" Ketika para orang-orang itu ingin keluar dari kamar inap Marko. Pemuda itu menghentikan langkah semuanya.

"Aku mau ngobrol sama suster yang itu"

"Saya?"

"Iya. Ini demi kenyamanan pasien"

Mama sendiri sudah menepuk jidat dengan tingkah sang putra. Bikin malu saja.

"Baiklah, suster Hana kamu temani pasien terlebih dahulu. Saya dan lainnya akan keluar"

"Baik, dokter"

Mama ikut keluar setelah para dokter dan perawat meninggalkan ruangan itu. Beralasan ingin pergi ke kantin rumah sakit.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Gue Marko. Lo?" Bukannya menjawab pertanyaan perempuan cantik itu. Marko malah melempar pertanyaan yang sangat tidak terduga.

"Saya Hana, salah satu suster dirumah sakit ini. Kenapa?"

"Tidak ada, hanya ingin berkenalan. Tolong setelah ini lo yang menjadi suster pribadi gue"

"Tidak bisa seperti itu dong, Marko. Tugas saya banyak" Hana tidak habis pikir dengan pemikiran anak orang kaya didepannya ini.

"Baiklah, biar mama gue yang ngomong langsung sama kepala rumah sakitnya"

"Marko. Okay fine. Kamu bisa memencet tombol itu untuk memanggil saya. Saya permisi"

Senang sekali bukan dia mendapat perawat cantik seperti suster Hana. Marko sedikit mensyukuri kejadian tadi malam. Bahkan senyum manisnya tidak kunjung reda dari bibir yang selalu melontarkan kalimat kasar itu.

"Berengsek" Umpatnya setelah mengingat kelicikan lawan mainnya semalam.

***

TBC

Teman-teman maaf yaaaa. karin bener bener kehilangan alur menulis buat lanjutin book True Love. enggak janji tapi akan selalu karin usahakan okay, dearr ❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

1M 47K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
1M 45.8K 37
Kalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan...
5.2M 282K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
1M 14.1K 34
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...