Neroncia✔️

By cinderianaxx

1.1M 71.1K 32K

"Selain jago jebol gawang, gue juga jago jebol hati Cia." -Neron Bramasta Gabino "Banyak cewek yang pengen ni... More

1. GAGAL PDKT
2. PERJODOHAN
3. PERDEBATAN DAN CEMBURU
4. KISS AFTER ARGUING
5. WANNA CONFESS?
6. WANNA FIGHT WITH ME?
7. WANNA PLAY WITH ME?
8. RABA-RABA
9. PRACTICE
10. SECOND LEAD MOMENT
11. EX
12. WE MEET AGAIN
13. SURPRISE
14. BETWEEN LOVE AND FIGHT
15. APOLOGIZE
16. MAINAN?
17. PROMISE
18. BAPER
19. PERTEMUAN
20. SUSHI DATE
21. VALERIE & NAGARA
23. BIKINI
24. PANTAI
25. PERTANDINGAN
26. AFTER MATCH
27. SWIMMING POOL
28. PLANNING IN THE FUTURE
29. BUKU HAMIL
30. FINAL CHAPTER: PREGNANT
CERITA NAGARA-VALERIE

22. VILLA

21.3K 1.3K 880
By cinderianaxx

Tekan "3" apabila Anda ingin mempunyai pacar kayak cowok wattpad

Tekan "4" apabila Anda ingin punya sugar daddy

Belum nyampe target, aku udah update lohh hehehe

Happy reading!❤️

Setelah jalan-jalan dari mall, Valerie dan Nagara baru saja sampai di rumah. Sedari di mobil, cewek itu mendadak diam. Perubahan drastis sikap sang puan membuat cowok itu bingung. Bertanya segan, tak bertanya penasaran.

Kini Valerie termenung di sofa ruang tengah, air mata perlahan meluncur begitu saja dari kedua netra perempuan itu. Tatapannya kosong, entah apa yang ada di pikirannya.

Sontak, Nagara yang tadinya mau masuk kamar seketika menghampiri Valerie. "Valerie, lo kenapa?" Sorot mata khawatir tampak jelas terlihat.

Valerie menengok sekilas ke arah Nagara—mengusap kasar air matanya. "Lo bentak gue terus dari tadi."

Nagara tak menyangka bahwa omelannya di mall membuat Valerie tersinggung. "S-sorry ...."

Valerie bangkit dari sofa. "Gue mau ke dalam dulu."

Nagara turut bangkit dari sofa. Ia memegang pundak cewek itu. "Are you okay?"

Cewek itu menggeleng. "Enggak."

Nagara mau tak mau harus menghilangkan gengsinya. Ia merentangkan kedua tangan, memberi isyarat bahwa dirinya mau dipeluk oleh Valerie. "Sini."

Valerie menabrakkan tubuh ke Nagara, kedua tangan memeluk cowok itu. Ia terisak daam dekapan hangat sang lelaki, "Jangan marah-marah kayak tadi, gue beneran sakit hati. Gue juga nggak mau ngerepotin lo terus, tapi si bayi minta nempel sama Papanya terus."

Nagara mengelus surai Valerie. "Gue nggak masalah lo repotin, walaupun kadang rada kesel, tapi gue nggak enak sama Nerom dan Cia."

"Mereka pasti ngerti karena gue lagi hamil. Gue bukannya mau dimaklumin terus, tapi gue gak bisa kontrol diri kayak biasanya. Sejak hamil, gue jadi banyak mau. Sorry, gue ngerepotin orang-orang terus."

Nagara tak mau berdebat lagi. "Hm."

Valerie melepas pelukannya. Ia mendongak menatap Nagara. "Nagara."

"Hm?" sahutnya.

"Mau cium lo."

"Hah?"

"Gue mau cium lo. Boleh, nggak?" ulang Valerie.

Nagara mengangguk pelan. Ia tak mau membuat Valerie kecewa. Bukannya ia cinta dengan cewek itu sampai menjaga perasaannya, tapi karena anaknya ada di dalam kandungan sang perempuan, ia berusaha baik kepadanya. "Boleh."

Valerie perlahan berjinjit, mendekatkan bibir ke bibir Nagara, membuat sang pria memejamkan mata. Tempo lambat ini menyebabkan kedua tangan mereka refleks saling mengusap punggung.

Valerie melepas tautannya. Ia tersenyum sembari menatap kedua retina Nagara. "Makasih."

***

Beberapa hari kemudian, sesuai janji Neron, ia membawa Cia ke Pulau Dewata. Setelah dua jam perjalanan udara, akhirnya mereka sampai di Bandara Ngurah Rai Bali.

"Yuhu, akhirnya kita sampai di Bali!" Cia tampak gembira ketika menginjakkan kaki di Bandara.

Neron merangkul Cia. "Kamu seneng, Sayang?"

"Iya, Neron," jawabnya sembari mengangguk. "Makasih banyak udah bawa aku ke sini."

"Iya, sama-sama," balas Neron.

"Btw, kita nginep di mana?" tanya Cia.

"Villa di Ubud, Cia. Nanti ada mobil yang dateng jemput kita. Aku cuma nganter kamu bentar, besok aku harus udah di hotel tempat club aku nginep."

Cia mengangguk paham. "Oke."

Tiba-tiba, Nagara dan Valerie datang menghampiri kedua sejoli itu. Seperti yang kalian tahu bahwa Nagara dan Neron satu club bola.

"Hai, Cia! Kita ketemu lagi!" sapa Valerie pada Cia.

"Hai, Valerie! Gue kira lo nggak ke sini," ujar Cia tersenyum ramah.

"Ke sini, dong, soalnya Nagara mau main, sekalian mau nonton langsung pas club dia main di stadion," jelas Valerie.

Cia mengangguk paham. "Terus, lo tinggal di mana?"

"Di villa yang ada di Ubud," papar Valerie.

Mata Cia seketika memicing. "Apa jangan-jangan villa kita deketan?"

"Mungkin," jawab Valerie.

"Semoga deketan, ya, biar gue bisa jagain lo, apalagi lo lagi hamil, takutnya kenapa-napa kalo sendirian," ungkap Cia.

"Iya, memang deketan, Cia. Gue udah nanyain Neron sebelumnya." Kini Nagara yang menyahut.

Cia mengacungkan jari jempol. "Bagus kalo gitu."

Di sisi lain, Neron menatap mobil yang datang dari kejauhan ke arah mereka. Ia menengok pada Cia. "Kayaknya mobil kita udah dateng. Ayo naik ke sana."

Mereka pun turut melihat ke arah tatapan Neron. Benar saja, mobil itu berhenti tepat di depan mereka.

"Kita satu mobil sama Valerie dan Nagara, Si Monyet ini bego ga nyari mobil dulu sebelum ke sini buat Valerie, soalnya rencananya dia mau langsung ke hotel club." Neron memberitahu.

"Lo yang bego," cibir Nagara.

"Ayo masuk," ajak Neron pada mereka.

Mereka mengangguk, lalu masuk ke dalam mobil. Supir yang menjemput mereka menggunakan mobil Fortuner, sehingga bisa menampung empat orang. Kini Valerie duduk dengan Cia di tengah, sedangkan Neron dan Nagara duduk di jok belakang.

"Selamat datang di Bali," ujar sang supir. Supir ini Neron sewa dari kenalannya di Bali.

"Matur suksma, Bli Putu," balas Neron.

"Cia, tau nggak?" Valerie membuka topik.

"Nggak tau," jawab Cia.

Valerie berdecak malas. "Iyalah gak tau, soalnya gue belum bilang."

"Prik, ga jelas," cibir Nagara.

Valerie mengalihkan atensinya ke Nagara. "Diem lo netijen julid."

"Nyenyenye," ejek Nagara.

Valerie kembali ke posisi semua, ia tak mau memperpanjang perdebatan dengan Nagara karena hanya akan membuang tenaga. Ia kembali bicara pada Cia. "Cia."

"Kenapa, Vale?" sahut Cia.

"Gue pengen makan ayam betutu di villa lo. Boleh, ya?" Valerie menatap Cia penuh harap.

"Boleh, kok. Nanti gue pesenin lewat Bagong Food, ya," jawab Cia sembari tersenyum.

"Yey, makasih!" pekik Valerie kegirangan.

"Makan mulu," ejek Nagara.

"Biarin!" seru Valerie menjulurkan lidah pada Nagara.

Nagara menggeleng heran. "Kita naruh pakaian lo di villa dulu, baru ke villa Cia. Oke?"

"Oke!" jawab Valerie.

Di tengah perjalanan, barisan wanita Bali membawa buah-buahan di atas kepala dengan alas membuat mobil berhenti sejenak. Ada pecalang—petugas keamanan tradisional yang bertugas untuk menjaga, mengamankan, aktivitas warga desa adat dalam melaksanakan kegiatan keagamaan yang mengatur jalanan karena ada upacara adat.

"Wow, ada upacara adat. Gue suka ngelihat cewek Bali bawa buah di atas kepala gitu, pada kuat, ya, anjir, bawa buah segitu beratnya." Valerie menatap kagum mereka.

"Udah biasa mereka mah. Pas gue kecil, Nenek gue biasa bawa gitu kalo ada upacara adat," jawab Cia.

"Nenek lo orang Bali?" tanya Valerie.

"Yap. Sebenernya gue orang Bali. Papa gue orang Bali, tapi lahir di Jakarta, sedangkan Mama orang Lombok yang merantau ke Jakarta buat kerja, cuma karena lama tinggal di Jakarta, gue nggak bisa bahasa Bali, paling cuma tau 'nggih', 'ten', 'sing', 'cicing'."

*nggih= iya (bahasa Bali halus)
*ten= tidak (bahasa Bali halus)
*sing= tidak (bahasa Bali kasar)
*cicing= anjing

Valerie semakin tertarik dengan topik ini. "Mirip kayak bahasa Jawa, ya?"

"Iya, memang mirip."

"Btw, cicing bahasa Sunda sama bahasa Bali sama atau beda?" tanya Valerie.

"Beda. Cicing bahasa Bali artinya anjing, kalo bahasa Sunda artinya diam," jawab Cia.

"Jadi kebayang kalo orang Sunda ngobrol sama orang Bali pake kata cicing, takutnya salah paham."

Cia tertawa kecil. "Iya juga, ya."

Di sisi lain, Nagara dan Neron melihat interaksi istri mereka, membuat Nagara tersenyum senang. Ia berbisik pada Neron, "Bro, istri kita kayaknya deket banget, apalagi Valerie Dugong rewel banget sama Cia, terus Cia sabar hadapi Valerie. Gimana kalo kita jodohin anak kita nanti?"

Cowok itu mendelik kesal. "Muatamu! Gue nggak mau jodohin anak, biarin anak gue kelak nyari jodoh sendiri," ujar Neron.

"Ya udah, kalo gitu gue mau jodohin anak gue sama anaknya Steven."

Neron menatap aneh Nagara. "Steven aja kagak punya pacar, lo udah ngomongin anak. Cia juga belum hamil."

"Ya, kan, nanti maksud gue, nggak sekarang," jawab Nagara.

"Pentingin pendidikan anak dulu lah, urusan jodoh belakangan," saran Neron.

Nagara menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Iya juga, ya."

"Jangan lupa buat asuransi buat anak biar anak lo terjamin hidupnya. Amit-amit gitu kalo kita meninggal, gue udah buat asuransi buat bekel anak gue."

"Kayaknya lebih siap lo punya anak ketimbang gue."

"Gue karena tau mau dijodohin waktu itu, makanya nyari tau hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga, sedangkan lo karena insiden. Lo nggak bisa nyalahin diri karena nggak siap, wajar karena lo juga shock bisa berumah tangga secepat ini," jelas Neron.

Nagara tahu Neron punya sisi serius. Ia paham mengapa cowok itu bisa jadi pemain bola top di Indonesia. Selain usahanya keras, lelaki itu juga visioner. "Tolong bantu gue kalo ada apa-apa, ya? Gue awam banget masalah kayak gini."

Neron menepuk bahu Nagara. "Yoi, pasti."

***

Lautan kapuk kini menjadi tempat Cia beristirahat setelah satu jam perjalanan dari Bandara ke villa ini. Neron yang bersiap-siap untuk ke hotel tempat club-nya menginap seketika tak rela harus berpisah sementara dengan Cia.

"Akhirnya kita sampai villa, badanku rasanya mau remuk. Tumben ke Bali setelah sekian lama." Cia menggesek-gesekkan tangan di kasur seperti penguin di atas salju.

"Kamu istirahat aja dulu, nanti suruh Valerie masuk sendiri biar kamu nggak terganggu istirahatnya," saran Neron.

"Iya, Neron."

"Aku sama Nagara mau ke hotel dulu, ya, lusa aku tanding lawan Bali FC. Besok sore aku harus latihan, temen-temenku juga nanti malam baru dateng ke hotel. Maaf nggak bisa nemenin. Aku janji bakal nemenin kamu pas udah selesai tanding."

Cia bangkit dari kasur. Ia mengangguk. "Gapapa, Neron. Aku ngerti, kok. Semangat latihannya, harus fokus. Oke?"

Neron mengecup pipi Cia. "Oke, Sayang."

"Dih? Pake cium-cium segala!" Cia pura-pura protes.

"Kecupan basah yang manja sebelum aku ke hotel." Neron mengedipkan sebelah matanya.

"Anjir, bahasanya." Cia bergidik geli seraya tertawa kecil.

"Ya udah, aku berangkat dulu."

"Kamu naik apa ke sana?" tanya Cia.

"Naik Bagong Car sama Nagara," jawab Neron.

Cia tersenyum tipis. "Oke, hati-hati, ya."

"Siap, Cia," balas Neron, lalu mengambil kopernya.

"Neron," panggil Cia.

"Apa, hm?" sahut Nero

"Cium dulu sebelum berangkat." Cia mengetuk bibirnya.

Cup.

Neron tersenyum. Ia mengecup kilat bibir Cia.

"Yang lamaan dikit, dong!" protes Cia mencebik kesal.

Neron mengacak gemas rambut Cia. "Manjanya." Ia melumat bibir cewek itu sebentar, lalu melepaskannya.

"Bye, Sayang!" seru Cia.

"Bye, bye!"

"Aku ikut nganterin," ujar Cia.

"Oke."

***

Villa tempat Valerie dan Cia menginap bersebelahan. Oleh karena itu, ia cepat sampai ke sana guna memberikan salam perpisahan pada Neron. Selain itu, mobil Bagong Car sudah diam di sana menjemput kedua pria tampan itu.

"Eh, Cia. Baru aja gue mau ke sana." Valerie menatap antusias Cia.

"Nanti aja sekalian sama gue ke villa."

"Yey!" seru Valerie.

Di sisi lain, Nagara dan Neron memasukkan koper ke dalam bagasi dibantu oleh sang supir paruh baya. Setelahnya, sang supir menutup pintu bagasi mobil.

"Hati-hati, Gara." Valerie melambaikan tangan pada Nagara.

"Hm. Gue berangkat dulu, lo jangan ngerepotin Cia," peringat Nagara.

"Tenang aja, gue nggak merasa direpotin, kok," ujar Cia.

"Baguslah, semoga lo nggak bohong, soalnya Valerie rada rewel." Nagara menatap sinis Valerie, membuat cewek itu memalingkan wajah dari sang suami.

"Iya, santai aja."

"Aku masuk mobil dulu, jaga diri baik-baik. Kalo duit kurang, chat aja aku," pamit Neron pada Cia.

Cia mengangguk. "Iya, Neron."

Nagara mengetik di layar ponsel, lalu mengirimkannya pada Cia. "Cia, lihat chat."

"Oke," balas Cia.

Cia merogoh saku guna mengambil ponsel. Di layar benda pipih tersebut terpampang jelas pesan yang cowok itu kirimkan.

Nagara: Tolong jangan kasih Valerie ambil job endorse dulu, nanti dia kecapekan. Kemarin untung dia udah selesaiin semua job-nya. Jangan bilang ke dia kalo gue bilang gini, nanti dia kepedean

Cia: WKWKWK SIPPPP👍

Kedua pria itu masuk mobil duduk di kursi belakang supir. Mereka menutup pintu, lalu melambaikan tangan dari dalam kendaraan beroda empat kepada mereka. Para wanita turut membalas lambaian tangan itu.

"Cia, ayo kita ke villa lo, nggak sabar pengen makan ayam betutu," ujar Valerie setelah menatap kepergian mobil yang mereka tumpangi.

"Ayo."

Cia menggandeng tangan Valerie ke villa itu. Tak butuh waktu tiga menit, mereka sudah sampai di sana. Villa ini eksklusif hanya untuk dirinya dan Neron, jadi tak ada siapa-siapa di sini. Staff yang berjaga hanya diam di depan.

Valerie mengedarkan pandangan ke sekeliling villa. "Wah, villa-nya bagus. Siapa yang pilihin villa-nya?"

"Neron," jawab Cia.

"Ah, nggak jadi bagus."

Cia mengerut kening. "Kenapa gitu?"

"Nanti lo salah paham, terus cemburu. Gue nggak mau kita main jambak-jambakkan."

"Gue gak suka ribut karena cowok. Kalaupun gue cemburu, yang pertama kali gue interogasi Si Neron. Harusnya tanya orang terdekat dulu, baru tanya baik-baik ke ceweknya. Bukan main labrak doang atau buat konten sindir-sindiran. Lagipula, lo sama Neron udah lama putus, gue mah santai aja," jelas Cia.

"Hm, gue belum tentu bisa kayak lo kalo Nagara diambil cewek lain. Gue memang nggak pernah labrak ceweknya kalo diselingkuhin sama mantan gue dulu, kalo keinginan untuk labrak, sih, ada, cuma jadi dendam dan pengen dorong pasangan gaje ke jurang karena dongkol."

"Pasti dongkol, kok, itu manusiawi, tapi kalo ada masalah kayak gitu, saran gue jangan asal main labrak, yang ada masalah makin runyam. Kalo beneran selingkuh, ya udah ambil aja sana, ngapain gue ngemis-ngemis cinta? Gue pasti sakit hati kalo diselingkuhin, tapi gue nggak mau jatuhin harga diri demi cowok. Lebih baik gue marahin cowok gue ketimbang marahin selingkuhannya. Toh, dua-duanya sama-sama salah. Mau ceweknya yang genitin, kek, tetep aja gue bakal nyalahin cowok gue dulu karena ga bisa jaga hati."

"Setuju, sih, soalnya jaman sekarang apa-apa cewek mulu yang dipojokkin. Misalnya ada cowok selingkuh sama cewek, pasti ceweknya yang lebih disalahin, dikata jalang, blabla, jarang cowoknya yang disalahin. Ada aja pasti yang belain 'wajar cowok khilaf' halahhh, bacot."

Cia tertawa melihat Valerie emosi. "Tampaknya Anda sangat emosional, Bung."

"Habisnya kesel, anjir! Netijen demen amat hujat orang dan langsung percaya konten selingkuh begitu," jelasnya menggebu-gebu.

"Ya, begitulah netijen +62, suka ngurus orang, tapi diri sendiri belum tentu bener," ujarnya. "Kita pesen ayam aja, yuk."

"Ah!"

"Lo kenapa, Valerie?"

——-

Spam emoticon kesukaan kamu di sini👆

Spam "Neron" di sini kalo mau next

Spam "Cia" di sini kalo mau next

400 komen aku update yaa

Tbc❤️

Continue Reading

You'll Also Like

901K 58.6K 50
Seharusnya aku meminum pil kontrasepsi! Bukannya malah minum pil penyubur! Well, because of my stupid brain, I'm get pregnant! start 5 Agustus 2019. ...
8.4M 619K 64
Warning! cerita ini mengandung kehaluan tingkat tinggi nyengir jomblo kuy! :) Kendrick Evans Alexander lebih akrab dipanggil Kendrick atau Ken, la...
57.3K 3.1K 34
Tahap Revisi "Aku tak tau sejak kapan rasa ini muncul. Rasa sayang yang melebihi sebelumnya. Rasa ingin memilikimu sebagai kekasih ku bukan hanya seb...