World Means Survival

By kohillatte

6.4K 586 52

Ketika buku yang ia baca menjadi sebuah kenyataan dan hanya dialah yang tahu bagaimana cara untuk bertahan hi... More

Chapter 1 : Prologue - Survival Destruction
Chapter 2 : Ep. 1 - Fictional story has turned to Reality, I
Chapter 3 : Ep. 1 - Fictional story has turned to Reality, II
Chapter 4 : Ep. 2 - First Main Scenario, I
Chapter 5 : Ep.2 - First Main Scenario, II
Chapter 6 : Ep. 2 - First Main Scenario, III
Chapter 7 : Ep. 2 - First Main Scenario, IV
Chapter 8 : Ep. 3 - Main Lead, I
Chapter 9 : Ep.3 - Main lead, II
Chapter 10 : Ep.4 - Winterly Military, I
Chapter 12 : Ep. 4 - Winterly Military, III
Chapter 13 : Ep.4 - Winterly Military, IV
Chapter 14 : Winterly Military, V
Chapter 15 : Past, I
Announcement <WMS SERIES>
REVISI
Chapter 1 : Prologue - Mysterious
Chapter 2 : Ep.1 - Colliding Worlds
Announcement
SPECIAL CHAPTER ; < WMS Lead Characters >

Chapter 11 : Ep.4 - Winterly Military, II

94 23 3
By kohillatte

Davine menggenggam sang protagonis dengan sangat erat, untunglah orang itu tidak menyuruhku menyerahkan Luke atau hal semacamnya. Hanya saja, aku merasa risih dikarenakan pedangnya yang tidak diturunkan sama sekali dan masih menempel disekitar leherku.

Aku tidak bisa menoleh sama sekali, bahkan berbicara pun tidak. Tetapi...

[Frost King bersama dengan anda!]

[Frost King bersama dengan anda!]

[Frost King bersama dengan anda!}

Notifikasi itu terus muncul dan sangat menggangguku!!

Ini membuatku sangat frustasi.

Dan disatu sisi aku tidak bisa percaya karena orang yang menangkapku adalah Frost King itu sendiri? Kacau dan gila, aku tidak memprediksinya, bahkan mengetahui keberadaannya pun tidak sama sekali. Inikah kekuatan dari sang Frost King?

Ada sebuah cara supaya aku berbicara dengannya, hanya saja... Apakah leherku akan tetap aman atau tidak?

Kalau aku mati disini, aku tidak bisa membiarkannya. Meskipun aku sadar 100% bahwa kemungkinan besar Luke Salvatore, sang protagonis, tidak membutuhkanku. Aku berjanji kepada diriku sendiri untuk mengetahui akhir cerita ini!

Haruskah aku mencobanya?

Tapi, apakah aku akan baik baik saja?

Dengan penuh pertanyaan, sepertinya tubuhku terlihat tidak bisa diam sama sekali sehingga Frost King itu sendiri mengajakku berbicara.

"Kau... Bisakah kau diam? Atau kau ingin mati?" 

Aku tidak bisa menatapnya, tapi aku tahu tatapannya saat ini sama dengan tatapannya ketika melihat kecoa.

"Aku- bolehkah aku berbicara?"

"Jika itu tidak penting, maka tidak perlu."

"Ini... penting!"

Frost King menghela nafas dan mengamankan pedangnya, mungkin ia melakukan hal itu supaya aku dapat berbicara lebih leluasa tanpa mengkhawatirkan leherku. Betapa bijaksananya dia, seperti yang diharapkan dari sang Frost King.

Aku menoleh dan melihatnya ia mengendarai kuda, uh... Apakah di Insula Glaciata ada kuda yang tahan terhadap dingin? 

Baik, lupakan dulu hal itu. Mari kita berbasa-basi terlebih dahulu dengannya.

Aku berjalan mundur sembari menggendong Luke, kemudian memberikan senyuman pada Frost King untuk menyapa.

"Terimakasih sudah melepaskan pedang itu dari leherku!" 

Frost King terdiam dan mengapa justru ia menunjukkan wajah jijik kepadaku?!

Berbicara dengan penampilannya, dia memang tidak mengecewakan, sesuai dengan yang dideskripsikan didalam buku dan bahkan lebih indah untuk dilihat secara nyata.

"Ahem, apa yang ingin kau bicarakan?" 

Tatapannya serius dan dalam, membuatku ngeri melihatnya.

"Ah, aku bisa melihat masa depan-"

Pedang tajamnya kini berada diujung leherku dan bahkan leherku sedikit tergores, apakah ini ancaman atau akhirnya?

"Jika kamu berbicara yang tidak-tidak lagi, aku aka-"

"Bunuh aku."

"Apa?"

"Bukankah kamu ingin membunuhku, Winter Frost?"

Kini keadaannya berbalik, Davine memberikan tatapan yang dalam kepada Frost King dan membuat Frost King tertawa.

"Menarik" Seringainya,

"Siapa namamu?" 

"Davine Levinth, panggil saja aku Davine."

"Baiklah, mari kita bicarakan hal yang ingin kau bicarakan nanti di camp."

"Y-ya? Kau membuat Camp disini?!"

Frost King- tidak, Winter turun dari kudanya dan berjalan disampingku. Ia menyerahkan kudanya pada bawahannya.

"?"

"Anak itu..."

"Dia adikku,"

"Begitu."

Kami bisu terhadap satu sama lain, ini pertama kalinya aku berbicara dengan orang yang memiliki status sosial lebih tinggi selain bosku saat bekerja.

Tak lama kemudian, aku jadi ingat Matheo.

"Dimana Matheo?"

"Siapa itu Matheo? Apa dia pacarmu?" Wajahnya terlihat tidak senang dan ia menggerutu.

"Apa yang kau katakan...? Dia temanku yang bersembunyi denganku."

"Kami tidak menangkap siapapun selain dirimu, dan apa pula tadi namanya... Matheo?"

"A-apa? Jangan bercanda!"

"Hei awas, kau ingin menjatuhkan anak itu?"

"Hmph."

Terdapat senyuman seringai pada wajah Winter, para bawahannya yang melihat hal itu tidak dapat percaya.

Itu- adalah hal yang pertama kali para bawahan Winter tahu dan lihat dan juga hal yang Davine tidak sadari sama sekali.

Davine merasa tangannya mati rasa, ia sudah membopong Luke sangat lama. Tidak mungkin ia meminta tolong pada Winter, karena itu akan aneh. Tetapi, Winter peka terhadap keadaan dan tanpa Davine meminta dia mengambil paksa Luke.

"Apa yang kau lakukan-"

"Aku tahu tanganmu mati rasa, jadi diamlah. Aku sedang membantumu dan Camp sudah tidak jauh, lihatlah di depan sana."

Davine menoleh ke depan, dia melihat banyak tenda berdiri di depan. Ia berlari dengan cepat menuju kesana dan melambaikan tangannya pada Winter.

"Winter Frost, aku tiba lebih dulu!" Ledeknya.

"Ha."

Setelah semua pasukan tiba bersamaan dengan Winter sang Frost King, mereka semua beristirahat. Tentu saja Davine berada di ruangan yang sama dengan Winter. Mereka membicarakan hal yang tadi ingin Davine ucapkan.

Mereka duduk berhadapan satu sama lain dengan api yang menyala disekitar.

"Dimana adikku?"

"Ada di dalam tenda."

"Baguslah, terimakasih."

"Apakah aku akan mendapatkan ciuman dari tuan putri?"

"Apa?"

"Bukankah seharusnya begitu?"

"Bajingan gila, ku bunuh kau." Gerutu Davine.

"Ah, lihatlah. Tuan putri ini justru melukai hatiku setelah aku membantunya."

Dengan wajah jijik, Davine sungguh tidak percaya.

"Haha, bercanda. Jadi, apa yang ingin kamu katakan setelah kamu berkata kamu bisa melihat masa depan?"

"Sebagai Frost King, bukankah kamu memiliki kemampuan untuk mengetahui masa depan juga?"

Winter terkejut dan terdiam sejenak, kemudian dia tertawa.

"Tidak ku sangka kamu cukup tahu banyak, siapa kamu? Utusan Arcadia kah?"

Winter sudah siap untuk mengeluarkan pedang, namun dengan cepat Davine mencegahnya.

"Tunggu. Aku bukanlah berasal dari Abyss ataupun Arcadia!"

"Lalu darimanakah kamu? Tidak mungkin, kamu pasti salah satu dari kubu mereka. Jika kamu bukan Arcadia, maka kamu dari Abyss."

"Tidak,"

"Aku berasal dari Epoch!"

Mata Winter membulat mendengar kalimat itu terlontar dari Davine, ia berdiri dari tempat duduknya.

"Maaf,"

"Tiba-tiba aku merasa tidak enak badan. Aku pergi dulu."

"Apa? Mau kemana kau-"

Belum selesai berbicara, Winter pergi.

Karena Winter tidak ingin mendengarkan, tidak ada hal lain lagi selain memperhatikan kondisi Luke. Ia kembali ke dalam camp.

Hari itu, Davine masih tidak sadar dengan perkataannya sendiri.

Ia tidak sadar kalau kata "Epoch" menjadi luka yang membekas pada sebagian orang.

Continue Reading

You'll Also Like

171K 2.2K 30
mikha and aiah found out na mag tita sila!!
226K 23.8K 30
الرواية بقلمي أنا إنتصار لخضاري (غيمة) سأقاضي كل من ينقلها بدون إذني . 🍂تنتقل فتاة المدينة للعيش في بيت جدتها في الريف بعد ذلك الحادث الذي تسبب في م...
73.8K 2K 40
*•.~(Harry Potter x Fem! Reader) *** "I love you," Harry whispered into her ear that sent a shiver down Y/N's spine. "I love you so much, Y/N... it's...
124K 5.4K 27
Inspired by Arsenic Blues by 11QueenSupreme11 and Young Gods by phoenix1770, but with my own plot. This is a mix of reactions and story. What happens...