MENCURI PERAN (Terbit)

Por sindipitaloka

3.3M 476K 31.5K

Transmigrasi Setiap langkah yang Raquel pijak pada lantai koridor sekolah selalu membuatnya menjadi pusat... Más

Raquel Katie Caesar
Gaia Alexandra Miller
Transmigrasi
Berbeda
Prince of School
Drama
Bertemu
Cerita dalam cerita
Terbongkar
Langkah awal
Curiga
Gabriel
Topeng
Mencari sekutu
Mengambil miliknya
Reaksi
Terancam
Cast
Kesempatan
Pengakuan
Mendengar
Pembicaraan
Chiko
Seleksi
Hasil
Mengakhiri pertunangan
Mimpi
Siapa pemenangnya?
Olimpiade
Bertukar posisi
Ketakutan dan Penyesalan
Kesenangan
Keributan
Berita
Tercapai
Kenalan lagi
Berulah
Sisi lain
Kecelakaan
Kejadian
Penculikan
Vote cover| Q & A
PO mulai tanggal 14 Februari - 7 Maret
Update lagi
Menyelamatkan Gaia

Mimpi buruk

59.3K 7.9K 802
Por sindipitaloka

   Chiko melangkah menuruni anak tangga dengan sesekali bersiul dan merapikan rambutnya. Dari bawah dia melihat mamahnya sedang berdebat dengan kakaknya. tatapan mata ibunya jelas menggambarkan jika dia sedang kecewa, sesuatu yang langka Jordan yang selalu dibanggakan kini terlihat kotor dimata ibunya

Plak!

Mamahnya menampar Jordan dengan keras hingga dia memalingkan muka. Chiko tersenyum menarik sudut bibirnya, dia sudah tahu konflik pertengkaran antara mereka.

"Apa yang kamu lakukan kepada Selya, Jordan! Selya selalu mengadu di buku diary nya kalau takut sama kamu, dia menulis kalau kamu mengancam akan membunuhnya." Ucap Neta marah lalu melemparkan buku diary kepada Jordan.

Jordan mengusap pipinya yang terasa perih, batinnya sudah dipenuhi emosi yang menggebu-gebu. Hanya karena sebuah buku diary mamahnya berani menamparnya. Dan dia juga bertanya-tanya darimana datangnya buku itu. Bahkan Jordan sudah menebak jika orang yang mendapatkan buku diary itu adalah Chiko. Tidak mungkin Chiko tetap diam saja setelah dituduh sebagai pembunuh selama beberapa tahun.

"Kasus itu sudah lama mah, tidak seharusnya kita membahasnya lagi apalagi Chiko yang menjadi penyebab sepupuku bunuh diri. Dan hanya karena sebuah buku, mamah mau melemparkan kesalahan Chiko padaku. Aku tahu mamah sangat menyayanginya tapi..."

"Jangan membalikkan fakta! mamah kenal betul tulisan tangan Selya, Jordan! Kamu mau tahu alasan Mamah mempercayai Chiko? Dari dulu Chiko sangat menjaga Selya jadi tidak mungkin dia melakukan hal buruk pada Selya sedangkan mamah memperhatikan kamu menatap Selya berbeda, bahkan Selya sampai menjaga jarak denganmu. Mamah harap kamu tidak mengecewakan mamah Jordan." Ucap Neta dengan menatap Jordan kecewa

Jordan hanya diam memalingkan wajah dan mata tajamnya tak sengaja menangkap kehadiran Chiko berdiri pada anak tangga yang juga menatap Jordan datar.

__✿__

Gaia mendongak menatap sekitarnya dengan pandangan aneh. Dia tiba-tiba berdiri didepan toko bunga yang tidak Gaia ketahui tempatnya.

"Gue yakin beberapa detik lalu masih malam, kenapa sekarang jadi siang, dan kenapa di toko bunga. Apa gue lagi mimpi?" Tanya Gaia kepada dirinya sendiri.

Seorang pemuda mengenakan seragam putih abu-abu baru saja keluar dari toko bunga itu. Gaia mengalihkan pandangannya padanya dan seketika matanya terpaku, jantungnya seakan berhenti berdetak. Orang itu adalah Rey, kakaknya dikehidupannya dahulu. Dia melihat Rey menggenggam setangkai mawar putih dengan sorot mata sendu.

"Dia benar-benar Reynaldi." Gumam Gaia kemudian berlari mendekati Rey dan hendak meraihnya, namun tangannya menembus kulit tangan Rey. Gaia terkejut, dia berkali-kali menyentuhnya tapi tetap tak bisa.

"Beneran mimpi ternyata," lirih Gaia tersenyum kecut. Harusnya dia tahu tidak mungkin baginya bertemu Rey di sini karena mereka berbeda dunia dan waktu yang memungkinkan hanya didalam alam bawah sadar Gaia.

Rey berjalan pergi dari toko bunga, dan Gaia mengikutinya. Sudah lima menit Gaia mengikuti Rey berjalan yang entah mau kemana. Langkah Rey berhenti di sebuah makam membuat Gaia penasaran. Rey lalu meletakkan mawar putih diatas gundukan tanah dan duduk bersimpuh.

"Hai kita bertemu lagi, hari ini gue cuma bawa setangkai mawar putih." ucap Rey memaksakan senyum.

Sedangkan Gaia masih berdiri kaku, tangannya berkeringat dingin. Detak jantungnya serasa berhenti sesaat melihat batu nisan yang tertulis namanya 'Raquel Katie Caesar'. Dia sudah tahu hal ini pasti terjadi, tapi tetap saja rasanya sesak.

"Lucu ya, gue melihat makam gue sendiri padahal gue hidup." Ucap Gaia lalu tertawa hambar.

"Baru tiga bulan lo pergi, dan gue masih terjebak dalam kenangan bersama lo. Lo sadar nggak El, lo itu hampir mengisi setiap momen dihidup gue dan lo seenaknya pergi tanpa pamit, gue harus hidup seperti apa setelah lo nggak ada. Raquel, mamah sering nangis karena rindu putri kesayangannya. Gue sebenarnya pengen nenangin mamah El tapi gue juga pengen nangis." Ucap Rey lalu tertawa getir diakhir ucapannya.

Gaia diam terpaku. Mendengar keluhan Rey membuatnya terpukul, sesak rasanya melihat keluarganya menderita karena dirinya. Dia bahkan hampir melupakan dunia asalnya dan melupakan fakta kalau keluarga aslinya juga kehilangan dirinya.

"Rey maaf." Hanya sepatah kata maaf yang bisa Gaia ucapan meskipun Rey tak bisa mendengarnya.

"Raquel gue mau lanjutin kuliah di Kanada, kemungkinan gue akan menetap disana. Gue mau buka lembaran baru tanpa lo, jadi nanti gue nggak bisa kesini lagi buat jenguk lo." Ucap Rey setelah berdiam lama. "Raquel gue kangen, gue pengen peluk lo." Ucapnya lagi lalu memeluk batu nisan dibarengi suara tangis yang tersedu-sedu.

Lutut Gaia seketika lemas dan jatuh terduduk di tanah. Setetes air matanya mengalir tanpa bisa dia cegah. Dia tidak tahan melihat Rey semenderita ini karena dirinya belum lagi orang tuanya.

"Rey lo dekat, tapi rasanya jauh banget. Gue juga ingin meluk lo." Lirih Gaia dengan nafas tercekat.

Telinga Gaia tiba-tiba berdengung, dia seketika menutup telinganya dengan kedua tangan dan mata Gaia mendadak buram dan gelap. Setelah beberapa saat tak merasakan apapun, Gaia kemudian kembali membuka mata dan dia sudah berpindah tempat di kamarnya.

Nafasnya berhembus tak beraturan dan keringat membanjiri pelipisnya. Gaia terbangun pada dini hari karena mimpi buruk. Gaia langsung duduk memeluk lututnya dan menangis terisak masih teringat Rey dan kenyataan kalau dia sudah meninggal.

"Rey, gue rindu kalian," lirih Gaia dengan suara bergetar.

__✿__

"Harusnya gue nggak terjebak disini arrgh."
Sepanjang malam Gabriel uring-uringan karena harusnya malam tadi dia bersama Gaia bukan mengurus berkas-berkas dokumen yang menumpuk, namun posisinya yang seorang CEO Queen Gate Hotel dan dia harus melakukan kewajibannya.

Sedangkan Erik, paman Gabriel dari pihak ibu sekaligus manajer hotel geleng-geleng kepala melihat tingkah keponakannya. Karena tak biasanya sefrustasi ini hanya karena setumpuk dokumen.

"Segera lanjutkan pendidikan S2 mu Gabriel, jangan buang-buang waktumu dengan mengulang SMA lagi." Ucap Erik yang tidak ditanggapi oleh Gabriel. Memang benar Gabriel sudah lulus kuliah S1 pada saat usianya 17 tahun. Gabriel masuk SD saat usianya baru 4 tahun, dan saat SMP dia menyelesaikan studinya hanya dalam waktu 2 tahun begitu juga saat SMA. Namun entah apa yang membuat Gabriel mengulang lagi SMA nya.

Gabriel hanya asik menatap jam tangan dan ponselnya bergantian.
"Jam tiga pagi dia udah bangun belum ya? Kalau gue telfon kira-kira ganggu nggak ya?" Ucap Gabriel bermonolog. Sedangkan Erik tersenyum kesal karena diabaikan. Dia sebenarnya tahu jika Gabriel saat ini sedang kesal karena dipaksa untuk segera menyelesaikan pekerjaannya malam ini padahal Gabriel sudah bilang kalau dia punya acara sendiri.

"Aku dengar orang tuamu akan bercerai, kamu sudah tahu itu?" Tanya Erik lagi beralih topik.

"Telfon nggak ya?" Gumam Gabriel lagi-lagi mengabaikan Erik. Cukup sudah kali ini Erik sangat kesal dengan sikap keponakannya yang menyebalkan.

"Udah-udah pergi aja sono! Biar gue yang urus sisanya! Nggak usah sok ngambek lo kayak cewek!" Ucap Erik emosi, bahkan dia menggunakan panggilan lo-gue saking emosinya.

"Dari tadi lah om!" Balas Gabriel sewot. Gabriel langsung mengambil handphone dan kunci mobilnya dan pergi dari ruangan itu.

"Gini amat punya ponakan, pengen uninstall aja rasanya." Gumam Erik menahan kesal.

__✿__

Mobil Gabriel berhenti di luar mansion Gaia. Gabriel tahu ini masih terlalu pagi dan dia tak ingin membangunkan Gaia jadi dia hanya akan duduk di mobil sambil menunggu pagi tiba. Gabriel memfokuskan pandangannya pada balkon kamar Gaia yang masih menyala terang.

Gabriel mengernyit,
"Apa dia udah bangun?" Gumam Gabriel lalu mengambil ponselnya dan menelpon Gaia untuk memastikan rasa penasarannya. Dan benar saja panggilannya langsung diangkat oleh Gaia.

"Halo"

Gabriel tersenyum singkat mendengar suara Gaia.
"Pagi cantik."

"Lo tahu ini jam berapa?"

"Harusnya gue yang nanya kenapa lo belum tidur jam tiga pagi."

"Gue udah tidur tadi. Ada apa lo nelpon gue?"

"Keluar dulu kalau mau tau, gue tunggu di luar gerbang. Jangan lama-lama, gue udah kangen soalnya."

"Lo ngapain dirumah gue?"

"Kangen."

Panggilan dimatikan sepihak oleh Gabriel. Dia keluar dari mobil dan berdiri didepan gerbang mansion menunggu Gaia. Setelah beberapa menit akhirnya Gaia keluar dan berlari kecil menghampirinya. Gaia berdiri dihadapannya masih menggunakan piama dan rambut yang sedikit berantakan. Gabriel tersenyum simpul, Gaia tetap terlihat menggemaskan dimatanya. Namun senyumnya memudar kala melihat mata Gaia yang sembab juga hidungnya yang sedikit memerah, sudah jelas jika dia habis menangis.

"Lo nangis?" Tanya Gabriel.

"O-oh itu tadi gue baca novel sad ending jadi terbawa suasana." Balas Gaia sambil mengusap sisa air matanya, bahkan dia menghindari kontak mata dengan Gabriel.

"Udah bohongnya?" Balas Gabriel datar membuat Gaia terdiam. Gaia hendak berbicara lagi namun Gabriel langsung memeluknya erat. Gaia sedikit terkejut, dia pikir Gabriel akan marah padanya karena membohonginya.

"Are you okay?" Ucap Gabriel pelan. Mata Gaia kembali berkaca-kaca, Gaia balik memeluk Gabriel tanpa mengatakan apapun dan Gabriel hanya mengelus rambut Gaia tanpa bertanya.

"Ini bukan dunia gue, gue nggak seharusnya ada disini, gue harusnya udah mati tapi gue malah terjebak di raga orang lain." Ucap Gaia pelan setelah berdiam lama.

"Apa dunia lo lebih baik daripada disini sampai lo nggak betah hidup didunia ini?" Balas Gabriel membuat Gaia terdiam sejenak, dia tak menyangka Gabriel akan membalas ucapannya yang terdengar ngawur.

"Lo paham ucapan gue, lo percaya?" Tanya Gaia dengan tatapan tak percaya.

"Kalau lo yang ngomong gue percaya," balasan Gabriel malah membuat Gaia menatapnya aneh, bukan itu jawaban yang ingin dia dengar. Bahkan jika Gaia jadi Gabriel pun dia tidak akan percaya.

"Gue punya ternak dinosaurus, lo percaya?" Ucap Gaia membuat Gabriel seketika tertawa.

"Gue mengamati lo. Lo pernah bilang kan kalau lo tahu semua tentang gue, bahkan hal kecil yang nggak pernah gue ucapkan sekalipun, dan sepertinya bukan gue satu-satunya. Bahkan gerak-gerik lo seakan bisa memprediksi kejadian yang akan terjadi, tapi lo mencegahnya. Gue berusaha memahami lo dan mencari kata logis untuk menyimpulkan keanehan itu tapi sia-sia. Maka dari itu gue mencoba percaya dengan perkataan lo." Ucap Gabriel menjelaskan. Gaia diam-diam tersenyum lega. Dia bersyukur Gabriel masih mau memahaminya meski tau semua itu.

"Lo nggak penasaran gue siapa dan darimana?" Tanya Gaia lagi, Gabriel menggeleng.

"Nggak ada yang berubah meskipun gue tahu.  Kenyataannya lo ada disini dan gue butuh lo disini, jadi jangan pernah berpikir kehadiran lo itu sebuah kesalahan. Dan jangan pernah bahas kematian lagi, gue hancurin dunia ini kalau sampai gue kehilangan Lo." Ucap Gabriel serius menatap mata Gaia dalam.

Gaia menatap Gabriel terpaku. Gaia tak menyangka ada orang yang perduli kepadanya di dunia yang masih asing baginya.

"Udah puas natap guenya? Gimana, udah suka sama gue?" Ucapan Gabriel membangunkan Gaia dari lamunannya. Sial! Dia sangat malu sekarang. Sedangkan Gabriel menahan senyum saat melihat pipi Gaia yang memerah.

"Ikut gue!" Ucap Gabriel menggandeng tangan Gaia

"Kemana?" Balas Gaia mencoba bersikap biasa.

"Ke ternak dinosaurus." Balas Gabriel sembari menahan tawa. Gaia tersenyum kesal, bisa-bisanya Gabriel membully nya habis habisan.

_____________________________________

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen sebanyak banyaknya
Terimakasih 🥰

Seguir leyendo

También te gustarán

248K 356 17
Kumpulan cerita dewasa part 2 Anak kecil dilarang baca
1.5M 79.6K 41
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...
342K 19.6K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
464K 30.6K 25
Bagaimana jika kamu sedang tidur dengan nyaman, tiba tiba terbangun menjadi kembaran tidak identik antagonis?? Ngerinya adalah para tokoh malah tero...