When an Antagonist becomes He...

By daydreambeing

870K 113K 3.4K

[Complete Fantasy Story #1] Mulanya, Cha Yurim hanya diberi amanah oleh Seo Yeonhwa, sahabatnya. Untuk menjag... More

00 | Prolog
01 | Transmigrasi
02 | Persiapan
03 | Semua mata tertuju kearahku
04 | Pesta Debutante
05 | Pesta Debutante (2)
06 | Ingatan lama? atau Prediksi?
07 | Apakah aku sanggup?
08 | Sihir yang bangkit
09 | Lahirnya Ailyn yang baru
10 | Kisah miliknya, sang Protagonis
11 | Kisah miliknya, sang Protagonis (2)
12 | Kisah miliknya, sang Protagonis (3)
13 | Bertemu
14 | Langkah dari Irene
15 | Target selanjutnya
16 | Tidak takut apapun
17 | Sesuatu yang terlupakan
18 | Hal yang berbahaya
19 | Untuk menjadi lebih kuat
20 | Tekad untuk melawan
21 | Dendam yang tak kunjung surut
22 | Dua orang yang merindukan dirinya
23 | Kupu-kupu dan bunga yang ia rindukan
24 | Raja yang merindukan Ratunya
25 | Teman baru, tunggangan baru
26 | Tuan muda berwajah dingin
27 | Keluarga yang saling mengeratkan pelukannya
28 | Namanya yang tertulis dalam ramalan
29 | Pergi ke negeri asing
30 | Pergi ke Negeri asing (2)
31 | Serigala dan Mangsanya
32 | Serigala dan Mangsanya (2)
33 | Gadis dalam ramalan
34 | Sang Putri dan Rahasianya
35 | Dia, Pangeran berdarah dingin
36 | Ingatan yang kembali
37 | Awal mula dari bencana
39 | Kisah miliknya, sang Antagonis
40 | Kisah miliknya, sang Antagonis (2)
41 | Kisah miliknya, sang Antagonis (3)
42 | Kebenaran dari sebuah kesalahan
43 | Pertarungan Sengit
44 | Amarah yang tak terbendung
45 | Dua bintang bercahaya
46 | Akhir dari kebencian
47 | When an Antagonist becomes Heroine (Selesai)
48 | Epilog
EXTRA CHAPTER (1)
EXTRA CHAPTER (LAST)
CHARACTER BIODATA pt.1

38 | Pergolakan dua kubu

8.4K 1.3K 70
By daydreambeing

Terdengar dentuman yang sangat keras saat aku hendak mengambil kuda milikku. Jarak antara kandang kuda dan rumah utama memang cukup jauh, sehingga aku tidak tahu apa yang sedang terjadi di bagian depan. Dengan cepat aku menarik Morgan keluar dari dalam kandang, namun tiba-tiba muncul seorang assassin menahanku.

"Siapa lagi kau?! Minggir, jangan halangi aku!" ucapku kesal.

"Justru kau tidak boleh menyingkirkanku."

"Hah? Bicara apa kau?"

"Kuda yang kau pegang itu, adalah kuda milikku."

Aku menatap pria itu dengan tajam, namun pria itu masih bergeming tak menyingkir dari pandanganku.

"Aku tidak punya waktu untuk meladenimu."

"Aku tidak bohong, bila anda tidak percaya, anda bisa lihat simbol yang ada di bokong dan kalungnya. Itu adalah simbol khusus milikku."

Aku memeriksanya dan benar saja, terdapat simbol aneh di bokongnya Morgan. "Kau, kau siapa?" tanyaku dengan waspada.

"Aku? Aku pemilik kuda itu, namaku Felix. Jadi bagaimana nona? Apa kau bisa serahkan kuda itu padaku? Sepertinya di tempat ini akan terjadi masalah, aku ingin membawa kudaku pergi atau dia akan mati."

Felix Calder?!

Saat aku membutuhkanmu, kau menghilang bagaikan nyamuk... Saat aku tidak membutuhkanmu lagi, kenapa kau malah muncul sekarang sih?!

Saat ini aku sudah tidak butuh kehadiranmu tahu!

"Tapi aku membutuhkannya!"

Aku tidak ingin membuang waktuku untuk meladeni Felix, namun kuda hitam ini adalah miliknya, aku juga tidak bisa berbuat apapun selain memohon padanya.

Felix menatap Ailyn yang terlihat bersungguh-sungguh, ia pun akhirnya hanya bisa merelakan kuda kesayangannya pada Ailyn. "Baiklah akan kupinjamkan kudaku, namun aku ikut memantaumu!" ucap Felix.

Aku pun mengangguk lalu dengan cepat menaiki Morgan. Aku memacu Morgan menuju jalur tersembunyi di labirin mawar milikku, kebetulan sekali keadaan disana cukup sepi sehingga lebih mudah bagiku untuk menerobos keluar.

"Memangnya kau mau pergi kemana? Bukankah situasi sekarang sedang berbahaya? Lihatlah rumahmu sampai terbakar seperti itu." Meski dengan kecepatan penuh, Felix masih mampu mengejar kecepatan milik Morgan. Bahkan ia masih sempat mengajakku mengobrol sambil melompati pohon.

"Aku hendak pergi menuju pusat kota! Aku ingin menyelamatkan tuan putri! Dan lagi, rumah bisa di bangun kembali!" balasku.

Aku terus memacu Morgan, mengambil jalan pintas dari hutan sihir menuju area festival. Bahkan dari kejauhan, sudah terdengar suara musik yang sangat besar, menandakan bahwa festival telah dimulai. Jalanan kota menjadi sangat ramai dan penuh cahaya, dan tanpa membuang waktu lagi, aku langsung bergegas pergi ke panggung utama festival

Lady... Apa anda baik-baik saja?

Rakyat mengerumuni area utama festival, dimana Charlotte tengah menari dengan lihainya. Semua orang dalam perasaan gembira, hingga tidak akan ada satu pun dari mereka yang menyangka bahwa festival ini adalah sebuah bencana. Alunan musik semakin lama semakin menuju puncaknya. Dari atas singgasana, terlihat Frederick dan Elyssa yang duduk bersampingan.

"Selamat untuk Putri Mahkota! Lady Elyssa!"

Rakyat yang menonton tarian dari Charlotte pun ikut menari dan terpukau, mereka semua tersenyum dan menikmati acara yang sebenarnya adalah perangkap mematikan putra mahkota. Beberapa dari mereka bahkan ada yang melemparkan Elyssa sebuah buket bunga, dan memberikan doa.

"Tarian milik tuan putri, sungguh sangat menawan Yang Mulia," ucap Elyssa.

"Tentu saja, aku secara khusus memintanya menari di acara ini untukmu," balas Frederick.

Frederick yang melihat adiknya telah menari dengan gemulainya pun menyeringai. Berbeda dengan Elyssa yang tak terlalu menikmatinya, wajahnya terlihat sedikit muram.

Dari kejauhan, Killian tengah memantau kondisi dari Charlotte atas perintah Ailyn. Setelah mendapat perintah untuk menjaga Charlotte sebelum Ailyn datang, Killian benar-benar memastikan keamanan Charlotte dengan baik.

Aku penasaran, kapan Lady Ailyn akan tiba. Musiknya hampir selesai...

Sekarang, musik hampir mencapai klimaksnya, dan Ailyn belum saja tiba. Hal itu membuat Charlotte cemas, karena dia takut sesuatu terjadi pada Ailyn. Namun tak berselang lama, Ailyn muncul diantara kerumunan rakyat yang tengah menari.

"Minggir! Minggir!" Suara yang menyeru dengan lantang itu sangat dikenali oleh Charlotte, seketika Charlotte berhenti menari saat mendengar seruan dari Ailyn yang semakin mendekat. Dilihatnya Ailyn yang datang menunggangi kuda.

"Tuan putri! Cepat naik keatas kuda!" seru Ailyn.

Melihat kemunculan Ailyn yang mengacaukan acaranya, Frederick dengan murka menatap Ailyn dengan tatapan membunuh. "Kau! Apa yang kau lakukan!! Pengawal, tangkap wanita itu!" seru Frederick.

Ailyn dengan cepat menarik kudanya lalu memacunya menuju istana, menerobos kerumunan warga yang menyaksikan.

Frederick melihat arah yang dituju oleh Ailyn, dan itu mengarah ke istana. Dengan cepat ia memerintahkan pasukannya untuk mengejar Ailyn dan Charlotte yang sudah melesat jauh.

"Yang Mulia, apa saya harus bergerak sekarang?" tanya Elyssa.

"Belum! Kau belum boleh melakukan apapun! Biarkan para pengawalku yang mengurusnya!" balas Frederick.

Dengan emosi, Frederick membanting gelas wine yang ada di dekat kursinya. Seketika, semua orang yang melihat sikap Frederick pun menjadi takut dan khawatir, menciptakan sedikit kericuhan di area utama festival.

✧✧✧✧

"Lady! Kita akan pergi kemana?"

"Kita akan pergi ke kediaman Duke Alroux!"

"Hah? Kenapa pergi kesana? Bukankah akan berbahaya bila kita pergi kesana?"

"Tidak, aku ingin menyelamatkan seseorang!"

Ailyn terus memacu dan memacu kuda miliknya, kediaman Duke Alroux tidak terlalu jauh dari istana, sehingga pasukan Frederick yang mengejar tidak tahu kalau Ailyn berbelok arah. Ailyn dan Charlotte pun tiba di area belakang kediaman Duke Alroux, dia pun turun dari kuda lalu bersiap untuk memanjat tembok pembatas.

"Lady, apa yang sedang lady lakukan?!" Killian berhasil menyusul setelah mengikuti Ailyn dan Charlotte dari belakang. Ia tidak mengerti tindakan Ailyn yang justru pergi ke kediaman Alroux ketimbang langsung menerobos ke istana.

"Aku hendak menyelamatkan seseorang terlebih dahulu, dia orang yang sangat penting untukku."

"Kalau begitu kenapa anda membawa orang ini?!"

Killian menunjuk kebelakang, terlihat Felix yang ternyata ikut menyusul Ailyn hingga ke kediaman Alroux. Karena sama-sama berprofesi sebagai assassin, tentu saja keduanya tahu identitas masing-masing. Charlotte yang tidak mengerti apa yang terjadi hanya bisa kebingungan dengan pembicaraan Killian dan Felix.

"Aku datang karena kudaku saja, memangnya seperti kau? Apa kau telah berganti pekerjaan menjadi penjaga gadis?" ejek Felix.

"Ha? Apa kau ingin bertarung denganku?! Ah, lupakan. Aku tidak mungkin bertarung dengan seseorang yang baru saja terperosok di lembah karena kudanya mengamuk," balas Killian memprovokasi.

Killian dan Felix akhirnya beradu mulut, melihat 2 orang itu bertengkar membuatku kesal. Karena aku seperti melihat Caius dan Leon, sedang bertengkar. Aku mengeluarkan pedangku dan menodongkannya pada Killian dan Felix.

"Bila kalian berdua masih saja bertengkar, akan kugantung kaki kalian diatas pohon!" ucapku berteriak.

Melihat Ailyn emosi seperti itu, Felix kemudian berbisik pada Killian.

"Sekarang aku mengerti kenapa kau melayaninya..."

"Masih beruntung kau hanya ditodongkan sebuah pedang, dulu kepalaku hampir hancur terkena tendangan miliknya."

Felix pun terdiam saat membayangkan apa yang dialami oleh Killian. Sebagai seseorang yang memiliki kemampuan bertarung yang baik, dan hampir setara dengannya, tentu saja pengalamannya dapat dijadikan informasi untuk mengukur kuat atau tidaknya musuh. Jika Killian sampai berkata demikian, tentu saja hal itu tidak bohong.

Apa sebaiknya kuberikan saja kudaku padanya...

Melihat Killian dan Felix sudah lebih tenang, aku meminta putri Charlotte untuk bersiap, karena aku hendak menggendongnya dan membawanya masuk ke dalam kamar Elyssa yang terlihat persis di depan mata. Aku mengumpulkan energiku dan melompat jauh, memang cukup sulit melakukannya karena selain membawa pedang, aku menggendong seorang manusia di punggungku.

Aku melompat begitu tinggi hingga akhirnya tanganku berhasil meraih pembatas balkon di kamar Elyssa. Aku menarik tubuhku keatas dan kami berhasil masuk ke dalam kamar Elyssa yang rupanya telah dipenuhi energi sihir gelap.

Energi sihir gelap yang sungguh pekat!

Dengan cepat aku menggunakan sihir pencari jiwa untuk menemukan jejak jiwa Rivette. Aku menemukan jejak jiwanya, hanya saja jiwanya terasa begitu lemah yang membuatku khawatir dengan keadaan Rivette.

"Lady, apa anda sudah menemukannya?"

"Sudah, hanya saja dia terkurung di suatu tempat. Sepertinya ada ruangan lain di kamar ini."

"Biar aku bantu mencari."

Charlotte menggunakan sihirnya untuk mencari ruangan yang tersembunyi. Dan dia menemukan sebuah formasi sihir yang aneh di balik rak buku. Saat Ailyn memeriksanya, ternyata formasi sihir itu hanya bisa dipatahkan dengan sihir sang pemilik saja. Namun hal itu bukan menjadi masalah untuk Ailyn, dia pun membuka paksa formasi sihir itu dengan sihir suci miliknya. Akhirnya formasi sihir itu pun pecah dan terbukalah jalan menuju ruang rahasia.

Charlotte kagum dengan kemampuan sihir Ailyn yang hebat. Sebelumnya ia mendengar rumor kalau putri bungsu keluarga Erchau tidak dapat menggunakan sihir, namun semua rumor itu terbantahkan saat ia melihat langsung, bagaimana Ailyn memecahkan formasi sihir yang rumit.

Sebenarnya siapa yang ingin diselamatkan oleh Lady Ailyn?

Keduanya pun bergegas masuk ke dalam lorong rahasia, yang begitu gelap dan sunyi. Ailyn dan Charlotte terus berlari hingga akhirnya mereka masuk menemukan ruang penelitian tersembunyi milik Elyssa. Dengan sedikit harapan di hatinya, Ailyn pun mencari Rivette ke segala sisi, dan akhirnya ia menemukan Rivette dalam kondisi tak sadarkan diri. Tubuhnya terikat rantai sihir, dan mulutnya ditutup oleh kain.

"Rivette!" Ailyn berlari kearah Rivette lalu memeluknya. Terlihat ada bekas luka cambukkan yang mulai membusuk di seluruh tubuhnya. Ailyn menangis saat melihat gadis kecil itu dalam kondisi menyedihkan. Dengan cepat ia mengobati Rivette dengan pil obat dan sihir healing.

"M-Maafkan aku Rivette, aku bukan tuan yang baik!" ucap Ailyn terisak-isak.

Charlotte tidak dapat berkata apapun lagi saat melihat gadis yang berada dalam dekapan Ailyn penuh dengan luka. Meski tengah diobati dengan sihir healing tetap saja, luka seperti itu butuh waktu yang lama untuk pulih, terlebih harus mendapatkan pemantauan khusus untuk memastikannya pulih dengan baik. Ailyn ingin terus mengobati Rivette hingga lukanya membaik. Hanya saja, tidak ada waktu lagi untuk menyelamatkan Kaisar dan Permaisuri bila Ailyn terus mengobati Rivette.

"Lady, biar saya saja yang mengobati gadis itu! Sebaiknya lady cepat pergi ke Istana!" seru Charlotte.

"T-Tapi..."

"Aku bisa melakukan sihir medis, anda harus bergegas pergi! Anda harus menyelamatkan Kaisar dan Permaisuri! Barang bukti kejahatan kakak ada padaku, dan aku akan menunggu disini sembari mengobatinya. Aku akan menyusul anda setelah semua sudah terkendali!"

Benar... Aku punya hal yang harus kulakukan.

Ailyn mengangguk setuju lalu menitipkan Rivette pada Charlotte. Dia pun keluar dari ruangan rahasia itu dengan cepat lalu melompat keluar dari kamar Elyssa. Terlihat Killian dan Felix yang masih menunggu di luar tembok, dengan wajah masam Ailyn memerintahkan Killian untuk berjaga di sekitar kamar Elyssa, dan hal itu membuat Killian penasaran dengan apa yang terjadi.

"Saya kan bertugas melindungi anda lady! Biarkan saya mengikuti anda!" seru Killian.

"Tidak. Kau harus melindungi putri Charlotte. Terlebih, di dalam sana ada Rivette yang sedang terluka parah. Kau harus melindunginya seperti kau melindungiku!" tegas Ailyn.

Rivette? Pelayan yang sering bersamanya itu? Jadi selama ini dia diculik?!

"Aku akan pergi ke istana sekarang. Aku percayakan keamanan tuan putri dan Rivette padamu Killian." Ailyn langsung menaiki kudanya lalu memacunya pergi menuju Istana.

✧✧✧✧

Sekarang, gerbang Kekaisaran penuh dengan pasukan White Horse yang sedang melindungi keamanan Kaisar dan Permaisuri. Dari luar, muncul sekumpulan pasukan berkuda tak dikenal hendak memaksa masuk ke area Istana. Tentu saja Leon tidak mengizinkannya, terlebih pasukan itu mengenakan lencana asing tak dikenal.

"Dari pasukan mana kalian? Apa yang kalian lakukan disini?!" tanya Leon denga lantang.

Seorang anggota dari pasukan asing itu menjawab. "Kami adalah pasukan Yang Mulia putra mahkota, putra mahkota meminta kami untuk mengamankan Istana Timur!"

Leon terkejut, karena putra mahkota tidak memiliki otoritas untuk memerintahkan hal itu. Lantas ia memerintahkan pasukannya untuk menahan pasukan yang mengaku sebagai kiriman Frederick. Tak mungkin Leon mengizinkan mereka masuk setelah mendapatkan informasi kalau Frederick akan memberontak.

"Beraninya kalian mengabaikan perintah putra mahkota!"

Leon mengeluarkan dan menodongkan pedangnya kearah pasukan Frederick.

"Aku, Leonardo Eckhard de Erchau. Aku diberi kewenangan oleh Yang Mulia Kaisar untuk melindungi Kaisar dan Permaisuri! Dan aku juga diberi kewenangan atas perlindungan Istana Timur, siapapun tidak berhak memerintahku dan pasukan White Horse selain Yang Mulia Kaisar dan Permaisuri!" seru Leon.

Pasukan Frederick pun terdiam, mereka tidak dapat berkata apapun lagi. "Benar sekali, kau adalah orang setia Kaisar. Tapi sekarang Kaisar tengah berbaring diatas ranjangnya, dan aku sebagai penerusnya diberi hak untuk mewakilinya." Frederick datang dengan ratusan pasukan berkuda di belakangnya. Ekspresi wajahnya terlihat dingin dan dia memancarkan aura jahat yang begitu kuat.

"Sebelumnya Yang Mulia Kaisar memberiku hak untuk mewakili dirinya dalam segala urusan, dan aku menggunakan hak itu untuk memerintahmu membukakan gerbang Istana. Apa kau ingin melawan kehendak Kaisar?" ucap Frederick sembari menunjukan segel Kaisar pada Leon.

Leon terdiam sejenak, ia tidak pernah tahu kalau Frederick menerima benda itu. Dengan hati yang berat, Leon memerintahkan pasukannya untuk membuka gerbang Istana Timur. Dan dengan angkuh, pasukan Frederick masuk ke area istana dengan ekspresi mengejek.

"Satu lagi, pasukan milikku akan berjaga disini. Sebaiknya kau pergi memeriksa tempat lain. Menurutlah, adik perempuanmu sudah mengacau festival putri mahkota. Buat aku mempercayaimu meski keluargamu telah membuat masalah."

Setelah memberi perintah yang seakan mengejek itu, Frederick masuk kedalam istana bersama Elyssa. Leon tidak mengerti maksud ucapan Frederick, terlebih ia tidak bisa menghubungi Arion sama sekali. Kini ia merasa khawatir dengan kondisi keluarganya disana.

Di kejauhan, Ailyn masih terus memacu kudanya, hingga akhirnya ia melihat sekumpulan pasukan dengan simbol asing berjaga di depan gerbang istana.

Frederick sudah masuk ke dalam! Aku harus menemukan kak Leon terlebih dahulu.

Ailyn menggunakan sihir kamuflase lalu menyamar menjadi pasukan Frederick. Para pengawal tidak menyadari hal itu, sehingga mereka mengizinkan Ailyn untuk masuk ke dalam. Ailyn berlari kesana kemari, mencari dimana Leon berada, namun ia tidak menemukannya.

Dengan berani, ia bertanya pada pasukan lain dimana Leon berada dan mereka mengatakan bahwa Leon sedang berjaga di area belakang Istana Timur. Tanpa ragu, Ailyn berlari mencari Leon kearah yang dituju, dan dia menemukan Leon yang sedang siaga.

"Siapa kau? Bukankah putra mahkota memerintahkan pasukannya untuk berjaga di gerbang utama? Kenapa kau kemari?" tanya Leon dengan amarah.

Sepertinya Frederick membuat kak Leon marah. Lihat ekspresinya, dia benar-benar kesal.

Ailyn memudarkan sedikit sihir kamuflase miliknya, dan dia menunjukkan wajah aslinya pada Leon.

"Ly-!"

"Sstt! Diamlah! Jangan memancing keributan kak!"

Leon mengangguk.

"Kenapa kau ada disini? Apa yang terjadi?!"

"Cukup rumit menjelaskannya, yang pasti adalah Frederick sedang mempersiapkan pasukannya untuk memberontak! Kakak harus melawannya sekarang, atau seluruh pasukannya akan datang menyerbu istana!"

"Apa?! Memberontak?!"

"Ya, sekarang di rumah sudah ada pasukan miliknya yang sedang menyerbu. Tidak hanya kediaman kita, seluruh anggota fraksi bangsawan tengah dalam kondisi darurat, Kaisar dan Permaisuri sedang dalam bahaya!"

"Lantas apa yang harus kita lakukan? Putra mahkota memegang segel Kaisar di tangannya!"

"Urusan Kaisar dan Permaisuri serahkan saja padaku, aku akan menyelinap masuk kedalam. Kakak cukup menahan pasukan Frederick diluar."

Setelah mengatakan rencananya pada Leon, Ailyn berbalik dan hendak berlari ke dalam Istana, namun Leon menahan tangannya.

"Jangan, itu terlalu berbahaya!" seru Leon.

Ailyn tersenyum pada Leon dan mengatakan, "Percayakan saja padaku, kakak."

Tanpa sadar Leon melepaskan genggamannya saat adik kecilnya mengatakan hal berani seperti itu. Dengan sihir kamuflasenya, Ailyn menerobos masuk kedalam, mencari dimana kamar yang mulia Kaisar dan Permaisuri berada.

✧✧✧✧

Frederick tengah mengunjungi kamar Kaisar dan Permaisuri yang masih terbaring diatas kasur masing-masing. Keduanya dalam kondisi setengah sadar, hanya saja mereka tak sanggup untuk bangkit dan hanya mampu berkata-kata. Untuk menghindari kecurigaan, Frederick memasang sihir peredam suara, agar Kaisar dan Permaisuri tidak dapat mendengar suara keributan.

"Ibunda... Sudah waktunya pemimpin Kekaisaran ini berganti, oleh karena itu, anda jangan menyalahkanku nanti."

"Aku terpaksa melakukan ini, karena ini juga salah kalian yang tak membelaku saat kekuasaanku ditekan begitu saja oleh fraksi bangsawan. Dan kalian juga terlalu lembut dan takut pada pihak fraksi bangsawan. Sebagai seorang penguasa, kalian seharusnya lebih kuat dan dominan!"

Elyssa turut mengunjungi Kaisar dan Permaisuri, sebagai tunangan sekaligus putri mahkota, merupakan hal wajib baginya untuk terus berbuat baik pada Kaisar dan Permaisuri.

"Aku akan memeriksa diluar, kau jaga ibuku disini."

Frederick keluar meninggalkan kamar Permaisuri, diiringi oleh pengawalnya di belakangnya. Setelah diberi obat, yang sebenarnya adalah racun, Permaisuri pun tertidur lelap. Tubuhnya terlihat semakin kurus dan lemah, melihatnya dalam kondisi seperti itu, membuat hati kecil Elyssa sedikit terusik.

Elyssa teringat dengan mendiang ibunya, Lady Lillian. Ibunya meninggal karena penyakit yang menggerogoti tubuhnya, sebagai seorang pewaris tunggal Duke Alroux, ibunya banyak memberinya kasih sayang yang tak ia dapatkan dari sang ayah. Sehingga saat ia melihat kondisi tak berdaya Yang Mulia Permaisuri, Elyssa merasa sedikit iba.

"Lady Elyssa, ada seseorang yang menyelinap kemari!"

Sejak kepergian ibunya, sang ayah menjadi semakin tempramental, membuatnya hidup dalam tekanan. Di saat-saat seperti itu, ia berhasil menemukan seseorang yang mau menggenggam tangannya tanpa ragu. Tapi ia sangka, orang itu hanya mengasihi dirinya.

"Biarkan saja dia, kebetulan aku punya hal yang ingin dibicarakan."

Mendengar seruan pengawal yang berjaga, Elyssa keluar dari kamar Permaisuri. Tak perlu ia tebak, ia sudah menduga orang yang akan datang mengunjungi kamar Permaisuri. Dan dengan jarak 100 meter dari samping kanannya, terlihat Ailyn datang dengan nafas terengah-engah akibat bertarung dengan pengawal yang menjaga kamar Permaisuri.

"Wah-wah, kau sampai datang kemari. Apa yang ingin kau lakukan? Situasi sedang tidak aman, apa kau ingin memberontak?" tanya Elyssa .

"Memberontak? Bukan aku yang memberontak, tapi kalian! Kalianlah yang ingin berkhianat!" balas Ailyn.

Elyssa tertawa terbahak-bahak saat mendengar ucapan Ailyn.

"Berkhianat? Kami tidak berkhianat, hanya saja sudah waktunya untuk mengganti kekuasaan lama dengan kekuasaan baru," ucapnya.

Dengan sihirnya, Elyssa membuka formasi sihir ruang dimensi miliknya. Membawa masuk Ailyn ke dalam ruang dimensi, agar ia semakin leluasa dalam menghabisi sekaligus menyelesaikan permasalahan di hatinya yang terus mengganjal.

Ruang dimensi milik Elyssa begitu gelap dan menyesakkan. Ruang dimensi miliknya tercipta dari aura sekaligus representasi suasana hati pemiliknya. Karena ruang dimensi Elyssa hitam gelap, ini menandakan bahwa Elyssa tidak merasa bahagia sama sekali.

"Gelap? Tidak ada apapun? Sunyi? Begitulah yang aku rasakan selama beberapa tahun ini."

Suara Elyssa menggema, namun Ailyn tak dapat melihat dirinya sama sekali.

"Kenapa seperti ini? Bukankah setelah mencuri sihirku hidupmu berubah?!"

"Memang benar aku mendapatkan apa yang aku mau, tapi kenapa?! Kenapa pandangan semua orang tetap tertuju padamu!? Aku lebih banyak berusaha seumur hidupku ketimbang dirimu, tapi kenapa? Yang selalu terlihat bersinar hanya kau seorang?!"

"Apa karena kau seorang putri Grand Duke? Kasta keluargamu lebih tinggi dari keluargaku? Tapi kau hanyalah seorang pecundang yang bahkan tak bisa hidup tanpa bayanganku!"

Ailyn bergeming sejenak.

"Lantas? Apa semua itu salahku?!"

"Ya, itu semua salahmu! Dulu aku dibuang oleh ayahku sendiri, dan kaulah yang membawaku dari kegelapan itu. Tapi ternyata, kau hanya mengasihiku, agar aku terlihat menyedihkan dan kau terlihat bersinar bukan!?"

"Hah? Apa yang kau bicarakan? Aku tidak pernah menganggapmu seperti itu!"

"Jangan berbohong! Aku mendengar semuanya, 10 tahun yang lalu di taman belakang rumahmu! Kau mengatakan itu pada Leon!"

Mataku terbelalak mendengarnya, apa yang dia maksud adalah hari itu? Saat Leon bertanya padaku tentang Elyssa? Jadi dia datang pada hari itu dan dia mendengar semuanya?

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 243K 83
(#Musim kedua) Aku mendapatkan sebuah kehidupan yang lebih sempurna di bandingkan para adik-adikku. Aku berhasil lulus pendidikan menengah atas, keti...
215K 18.6K 19
Follow dulu sebelum baca πŸ˜– Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
1.1M 140K 42
[TAMAT] [ORIGINAL / BUKAN TERJEMAHAN] Seorang anggota intelejen profesional terpaksa meregang nyawa saat gagal menuntaskan misi. Namun takdir berkata...
2M 102K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...