Hari senin....
"Maaf Pak, ada perwakilan dari Yorath ingin bertemu. Belum ada janji, apa mau diterima?" kata Devi, sekretarisku melalui sambungan telepon.
"Suruh masuk aja" jawabku, palingan juga Kenzo, mau ngomongin bisnis.
Eh, Tapi ternyata bukan, yang dateng malah Jiel.
Bocah ini dari sejak pulang dari Manchester gak henti-hentinya bikin senam jantung.
"Siang Bapak Kenandra" sapanya sopan banget. Dia bahkan pake setelan jas kasual, bukan style Jiel yang biasanya pake baju santai kemana-mana. Keren sih tapi aku belum siap liat dia sedewasa itu. Jielku harusnya yang manis kek bocah.
"El, kenapa gak bilang mau kesini. Kan kakak bisa jemput"
"Saya Jazziel, CEO Yorath kidz"
Oh my...... 🤨🤨🤨
Aku gak punya pilihan lain selain ngikutin caranya dia, dia bilang dia dateng secara resmi dan pengen ngomongin masalah bisnis.
Yang katanya Jiel ke kantor cuma mau perkenalan resmi, tapi akunya menggiring pembicaraan terus sampir dua jam-an kita ngomongin soal bisnis, tapi misalkan ada yang nanya kesimpulannya apa aku sendiri juga gak tau. Aku terlalu fokus sama Jiel sampe gak tau apa yang dia omongin. Bagus aja semua, aku OK-in aja.
Setelah semuanya selesai, aku balik lagi ke mode Kak Andra nya.
"El, lanjut makan siang yuk" aku ngajak karena memang sudah masuk jam makan siang.
"Gak bisa, maaf. Soalnya aku udah janjian sama orang Barbershop".
"Mau ngapain?"
"Ngapain lagi ke barber, ya potong rambut lah"
"Kenapa dipotong, kan bagus"
"Sebenernya hari ini aku belum resmi kerja. Jadi, lusa aku baru mulai kerja dan tentunya rambutku harus rapi. Gak mungkin juga pakai rambut kayak gini ke kantor"
"Tapi kan kamu baru aja punya rambut ini, belum aja sebulan"
"So?? Yang penting udah pernah" cueknya. Trus dia balik jalan kearah pintu keluar.
Susah banget ni anak diyakinin!
Saat dia hampir sampai pintu, aku menariknya dan memeluknya dari belakang, berharap menghentikan langkahnya.
"Jangan kek gini plis, ini kantor ntar banyak yang liat" tolaknya. Jiel berusaha melepaskan pelukanku tapi gak berhasil sampe dia menyerah sendiri.
"Gak adaaa... " kataku meyakinkan dia. Karna memang ruanganku tertutup.
"......."
"Gak usah dipotong, gak usah dirubah. Kakak tau Jiel suka, jadi lakuin aja. Disini gak papa kog rambutnya kek gini"
"Disini gak papa, tapi aku kerja di Yorath. Gak mungkin lah"
Aku melepaskan pelukan, badannya kubalik ke arahku. Kumainkan anak anak rambutnya, bikin dia sedikit geli yang lucu.
"Siapa bilang kamu kerjanya di Yorath? Kamu kerja disini, ruangan kamu udah kakak siapin. Abis ini kita kesana"
"Ah??"
"Kamu CEO Yorath, tapi sesuai kesepakatan tugasmu megang marketing produk baru kita. So, kamu kerjanya disini, bersama tim marketing disini"
"Jangan ngada-ada deh"
"Lagian El, di Yorath kamu ketemunya sama Kenzo dan ibu-ibu pegawai pabrik. Gak papa, gak usah terlalu formal. Mereka aja banyak rambutnya diwarnain".
"Masa sih? Tapi kan.... "
"Udah, kita beli bakso yuk. Nanti kakak critain sambil jalan" Aku mengajak Jiel keluar kantor dan dia dalam mode manut sekarang ini, entah kenapa. Mantra bakso kayaknya.
Sebenernya Warna rambut Jiel juga bukan yang norak banget buat kantoran. Klo di dalem ruangan jatohnya kek dark grey, gelap wajar. dan aku masih betah liat dia dengan rambut itu. Sayang banget kalau harus dipotong.
Dulu ketika dia bilang pengen manjangin rambut pas udah jadi mahasiswa, tapi aku gak bisa nurutin itu.
.
.
Rencana kita buat makan bakso berubah, Jiel bilang dia belum biasa sama cuaca yang panas setelah balik Indo jadinya dia pengen buru-buru pulang. Akhirnya tadi aku pesen doang buat dibungkus.
Dan beneran sampe apartment dia langsung ngacir ke kamar mandi buat mandi trus ganti baju. Dia pake kaos n celana pendek aja. Bistu dia ngambil es krim di kulkas, makan baksonya ditunda dulu katanya. Ini baru Jiel yang aku kenal.
"Sini El..." Rengekku minta Jiel duduk lebih deket sama aku. Lama aku gak ke apart ini, semuanya masih sama.
"Sama aja" ngeyel.
"El, pliss"
"NO!"
Aku merebut mangkok eskrim dari tangannya yang buat dia terpaksa ngikutin ke sampingku. Aku meletakkan kepalaku dibahunya, mencium wangi lemon dari lehernya.
"Kak, geli ah" protesnya. Dia meletakkan mangkok eskrim trus start maen game online di hapenya.
"El, kakak boleh ngomong?"
"Mmmm... " fokusnya El masih di game.
"Kamu kog jadi nyuekin kakak terus"
"Nyuekin itu klo sama sekali gak peduli. Lha ini saya masih biarin anda senderan sama saya. Gitu dibilang cuek?" ngegas bayiknya.
"Tapi Jielnya kakak agak galak sekarang"
"Aslinya emang gini. Kenapa? Takut? Mau lari?"
"Eh, enggaklah. Cinta jangan lari"
"Huek"
"Eeelll... "
"Hhmm.."
"Kamu capek banget pasti ya?"
"Dih, sok tau"
"Soalnya Kamu tiap detik muter-muter dipikirannya kakak aja daritadi" basi banget ini..
"Dih, basi ah. Gak update gombalannya! "
"Eell..."
"......"
"Eell..."
"....."
"El.. El.. El... "
"Apasih!"
"Kamu udah pulang. Jadi, jawaban kamu apa?"
"Jawaban yang mana?"
"El, kakak serius lho"
"Lha iya ini juga serius. Yang mana yang mau dibahas??"
Aku kog greget sama jiel... Mau marah tapi dia jiel. Katanya serius tapi yang dipantengin malah hape.
"Kamu pasti capek n makan ati banget ya dulu pas kakak suka gak terbuka sama kamu. Makanya kamu sekarang bales giniin kakak. Gitu?"
"Situ nyadar?"
"It's oke, itu nyakitin kamu banget. Tapi kakak janji bakal menebus semuanya"
"Nebus apaan? Gini aja udah mau nyerah"
"Enggak ah, sapa yang mau nyerah, kakak masih kuat"
"Dih,.."
"El, klo kamu capek ngertiin kakak ya istirahat aja. Biar kakak yang ngejar kamu balik. Ya? mau ya?"
"Apaan dah"
"El pliss..."
"Kejar ya kejar aja masak ngejar kog ngomong"
"Emang g boleh ngomong?"
"Yo embuh"
"El, kiss pliss" tanyaku lantang dan gak gau diri tapi itu bikin pipinya jadi merah merona, gemes banget.
Tanpa aba aba aku mencium bibirnya, bibir yang segitunya aku rindukan. Walau pemiliknya tak kunjung membalas tapi juga gak kasih penolakan.
Saat ciumanku semakin kuat Jiel mendorongku,
"Ekheeemm... Sampe sini aja ya. aku hanya belum terbiasa"
Trus dia balik lagi main hape, bikin hawanya kerasa jadi awkward.
Iya kakak janji gak akan maksain kehendak kakak sama kamu El.. Kakak akan nunggu sampai kamu bisa nerima kakak lagi sepenuhnya, kakak bakal lakuin apapun sampai kamu bisa percaya lagi sama kakak.
<°°>