[ON GOING] Butterfly

Od peachpoow

676 11 4

"Kau tau kan jika kupu-kupu itu rapuh saat kau sentuh." Gadis itu memandang ke langit luas, menatap bintang y... Více

DISCLAIMER
Cast
PROLOG
1. Her
2. Abandoned Place
3. A Thing
4. It Changes
6. He Knows
7. New Place
8. Rival
9. New Journey
10. A Model
11. Forgotten
12. Newcomer
13. Sick

5. Who Are You?

31 0 0
Od peachpoow

Sea Jane membanting tubuhnya di sofa dengan kasar. Ia mengerang frustasi sembari menutup wajahnya dengan tangan. Sudah lebih dari 30 menit ia mencoba mengulik informasi dari pria asing yang kini duduk dihadapannya, di tengah malam seperti ini.

Katakanlah bahwa gadis itu gila, memang benar adanya. Sea terus bertanya tentang siapa dia, darimana asalnya, dan bagaimana ia bisa tau nama asli Sea? Namun pria itu tak kunjung menjawab.

"Okay. Aku bakalan nanya ke kamu buat terakhir kali. Kalau kamu masih diem aja, aku bakalan usir kamu dari apartemen ini." Sea menatap lawan bicaranya intens, "Darimana kamu tau nama asliku?"

Hening. Masih tidak ada tanda bahwa pria itu akan menjawab interogasi tengah malam yang Sea lakukan. Ia hanya sibuk membalas tatapan tajam Sea dengan wajah tenangnya. Gadis itu mulai kehilangan kesabaran. Ia beranjak dari tempat duduk, hendak mengusir pria asing yang tak mau bicara sama sekali ini.

"Aku langsung kenal wajah itu begitu ngelihat kamu."

Apakah itu adalah sebuah jawaban? Sea mengangkat sebelah alisnya, semakin sangsi dengan sosok misterius yang tiba-tiba berada dalam apartemen miliknya. Bagaimana bisa ia berbohong dengan wajah tanpa dosa itu? Sea mendecih, bola matanya berputar. Kentara sekali jika gadis itu tidak bisa mempercayai pria dihadapannya.

"At least bikin cerita yang beneran dikit kalau mau ngarang?" Sea menghampiri lawan bicaranya, "'Aku berasal dari hutan terlarang, aku datang kesini dan tersesat kemudian bertemu denganmu. Aku bukan manusia seperti yang kau pikirkan tapi aku adalah jelmaan makhluk misterius.' Kayak gitu, kalau kamu emang suka ngarang buku, seenggaknya ngarangnya harus begitu, tuan."

Pria asing itu menunjuk ke satu arah sembari berkata, "Asalku dari sana."

Sea mengikuti arah jari telunjuknya. Ia terkejut mendapati jar berisi kupu-kupu yang ia taruh dekat televisi sudah pecah berkeping-keping. Apakah pria dihadapannya ini akan mengatakan bahwa dirinya adalah siluman kupu-kupu? Apa perkataan Sea barusan memberi pria itu inspirasi untuk mengarang? Sangat tidak masuk akal. Sea tidak pernah mempercayai hal seperti ini seumur hidupnya. Tidak pernah....

"Aku.... adalah makhluk itu."

Kepala Sea berputar, kali ini pandangannya kembali pada lawan bicaranya. Namun saat menoleh, mata Sea langsung bertemu dengan dada bidang 'siluman kupu-kupu'. Pria itu berdiri tepat di hadapan Sea, nyaris tanpa jarak antara keduanya. Refleks, Sea memundurkan tubuhnya hingga ia kehilangan keseimbangan.

Sebuah tangan melingkar erat di pinggang gadis itu, mencegahnya agar tidak terjatuh. Adegan macam apa yang tengah terjadi sekarang? Sea bahkan menahan napasnya sendiri. 'Siluman kupu-kupu' itu mengikis jarak. Tapi ini terlalu dekat.

Sea bisa merasakan hangat napas pria itu menyapu wajahnya. Mata kecoklatan Sea bertemu dengan mata hitam legam sosok misterius yang entah darimana asalnya. Ini terlalu canggung, bagi Sea. Bisa-bisanya adegan di drama terjadi di dunia nyata.

Sea sedikit mendorong pria dihadapannya, ia kembali menciptakan jarak, "Jadi kamu bukan manusia? Kamu adalah makhluk aneh yang tiba-tiba muncul di apartemenku? Tapi gimana mungkin kamu tau nama asliku? Kamu yakin bukan orang jahat?" Sedikit menghilangkan kecanggungan, Sea memberi rentetan pertanyaan.

Pria itu menggeleng, "Kalau aku orang jahat, kamu bisa bunuh aku."

Pernyataan macam apa itu? Apakah makhluk ini bahkan akan mati jika Sea membunuhnya? Ia saja bertransformasi seperti itu, Sea tidak bisa menebak berapa lama siluman kupu-kupu bisa hidup.

Namun entah mengapa, seperti mengikuti suara hatinya yang terdalam, Sea Jane tidak ingin mengusir makhluk aneh yang kini berdiam di apartemennya.

Gadis itu penasaran dan semakin ingin mencari tau. Siapa sebenarnya pria ini? Darimana asalnya? Dan alasan mengapa ia berada disini serta bagaimana dirinya mengetahui nama Sea.

"Kamu punya nama?" Sea bertanya, kini dirinya tengah sibuk membersihkan pecahan jar yang berserakan di lantai.

Melalui ekor matanya, Sea bisa melihat jika pria itu menggeleng. Kini ia sudah memakai baju milik adik Sea, walau terlihat sangat pas di badan, tapi itu lebih baik daripada jika Sea harus melihatnya telanjang dada.

"Ethan." Sea menoleh, "Nama kamu sekarang Ethan."

Pria itu mengangguk setuju. Tidak terlalu buruk. Ethan adalah nama yang sangat cocok untuknya.

"Malam ini kamu tidur disini karena ga mungkin kita tidur satu ranjang. Aku bakalan ada di kamar." Gadis itu beranjak memasukkan pecahan kaca ke tempat sampah. Sejurus kemudian, ia berlalu menuju kamarnya tanpa menunggu jawaban Ethan yang tengah menatapnya.

Sea bertanya-tanya dalam hati apakah ini sebuah keputusan yang tepat. Membiarkan orang asing berada satu ruangan dengannya semalaman. Sea Jane memang sudah gila. Keingintahuannya mengalahkan akal sehat.

***

Cahaya matahari masuk melalui celah jendela. Membangunkan seorang gadis muda dari mimpi singkatnya. Ia melenguh pelan, sedikit membuka mata karena silau. Pandangannya menyapu ruangan, masih tempat yang ia kenal. Benar, pasti semalam dirinya hanya berhalusinasi akibat kelelahan.

Indra penciumannya menangkap bau masakan yang sangat kuat. Sea bangun dan beranjak dari zona nyamannya, mencari sumber aroma nikmat yang membuatnya lapar di pagi hari.

Gadis itu sempat berpikir mungkin saja tetangganya tengah memasak sesuatu. Tapi itu tidak mungkin jika baunya sampai sejauh ini. Satu-satunya kemungkinan adalah sumbernya berada di dalam apartemen miliknya sendiri.

"Aku ga berhalusinasi?"

Sea bermonolog ketika mendapati seorang pria tengah memasak di dapur. Ia bisa melihat punggung bidang itu dengan jelas. Tangannya lihai sekali memotong bumbu dapur dan mengaduk masakan bak koki profesional. Pemandangan yang sulit dipercaya bahwa kini Sea bisa menatap makhluk tampan itu dihadapannya.

"Sea Jane sadarlah."

Gadis itu menampar dirinya sendiri berkali-kali, mencoba mengembalikan fokus yang sempat hilang. Ia meyakinkan diri untuk tidak terpengaruh pada hal apapun. Ethan bukan manusia. Lagi pula, ia punya tujuan tertentu dengan membiarkan Ethan berada di dekatnya. Hal yang harus selalu Sea ingat agar dirinya tidak goyah.

"Duduk dan makan ini." Ethan memberi perintah.

Luar biasa. Kini Sea dihadapkan pada hidangan yang sangat memanjakan mata. Beef gordon bleu, french toast, crab soup, dan pancake tertata rapi di meja makan. Mata gadis itu berbinar, sudut bibirnya terangkat mengulas sebuah senyuman. Pemandangan pagi yang indah.

Sea mengambil sebuah sendok yang sudah disiapkan diatas meja, memasukkan sepotong besar beef gordon bleu ke mulutnya. Mengunyahnya pelan seraya menikmati rasa di setiap gigitan. Sangat enak. Sea belum pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya.

"Kamu bilang bukan manusia, tapi bisa ngelakuin semua hal ini? Apa di dunia kamu juga ada yang kayak gini?" Sea tersadar bahwa sarapan yang baru saja dilahapnya bukanlah buatan manusia. Ia mendadak khawatir kalau-kalau Ethan berniat meracuni gadis itu.

"Makhluk seperti kami mudah beradaptasi dan belajar. Ini ga susah karena aku pernah 'hidup' juga sebelumnya."

Sea tersedak minumannya sendiri saat mendengar jawaban lawan bicaranya. Pria itu mengatakan ini seolah sudah hidup dua kali. Sea kembali bertanya pada dirinya sendiri. Apakah sebuah keputusan yang benar dengan membiarkan Ethan berada disisinya? Kepalanya sangat pening memikirkan banyak hal, namun gadis itu hanya bisa menghela napas panjang.

Kesunyian menerpa dua insan yang tengah duduk termenung di meja makan. Sarapan pagi sudah selesai sekitar lima belas menit yang lalu. Diam-diam Sea mencuri pandang kearah Ethan yang tengah sibuk menatap keluar jendela.

Gadis itu melihat setiap inci detail wajah pria di hadapannya. Rahangnya yang tajam, garis hidungnya yang tinggi dan runcing, bulu mata yang tebal, terlihat seperti manusia yang sempurna.

Sea segera memalingkan wajah ketika menyadari dirinya terlalu mengagumi makhluk itu. Fokusnya tidak boleh teralihkan, ada banyak hal yang harus ia tanyakan pada Ethan. Sesaat sebelum Sea membuka suara, bel pintu apartemennya berbunyi. Dua orang di meja makan itu menoleh serentak.

"Oh itu pasti paket yang aku pesan kemarin." Sea bersuara.

Ia melangkahkan kaki menuju pintu. Merasa tidak ada hal yang mengganjal, ia langsung saja membukanya tanpa mengecek terlebih dahulu siapa yang datang. Matanya mebelalak tak percaya ketika mendapati Nam Jin sudah berdiri di depan apartemennya.

Sialan. Yang benar saja? Sepagi ini?

Jin mengangkat tangannya, menyapa Sea. Refleks, gadis itu segera menutup pintu kembali. Ia mendadak panik. Apa yang akan Jin katakan jika pria itu melihat Ethan ada disini? Sea berlari. Dengan wajah gelisah, ia menarik Ethan dan membawanya ke kamar mandi.

"Jangan bersuara dan jangan keluar sampai aku nyuruh keluar."

Brakkk

Suara pintu kamar mandi ditutup dengan kasar. Sea berlari menuju pintu apartemen lagi, membukanya dan mempersilahkan Jin untuk masuk. Sea adalah aktris, walau situasinya canggung ia harus tetap berakting seolah tidak ada apa-apa agar Jin tidak curiga.

"Kak kamu kenapa? Aneh banget ga biasanya kayak gini." Jin memang peka.

"Kamu datang kepagian dan aku berantakan, aku cuma ga suka kamu ngeliat Sea Jane yang kayak gini." Sea beralasan.

Sudah seperti rumah sendiri, Jin merebahkan tubuhnya diatas sofa. Ia menatap ke langit-langit ruangan sambil berkata, "Ayahku udah beresin semuanya." Pandangannya beralih ke arah Sea yang sudah menatapnya seperti harimau kelaparan, "Kak....kamu ga perlu khawatir lagi, ayah ga bakalan biarin kamu kayak gini lama-lama."

Apa yang perlu dibereskan? Toh semuanya sudah terjadi, klarifikasi apapun tidak akan membuat dirinya kembali menjadi benar, bukan? Sea hanya mengangguk sebagai sebuah jawaban. Sepersekian detik kemudian, gadis itu mengambil bantal sofa, tangannya terayun kebelakang dengan posisi seperti hendak melempar bola bisbol.


Nam Jin segera beranjak dari posisinya ketika sebuah bantal sofa mendarat tepat di wajahnya. Sea Jane pasti dendam sekali pada pria itu, namun Jin tau, dari lubuk hati yang terdalam Sea sangat menyayanginya. Ia hanya mengguman sebentar tapi tidak membalas tindakan Sea. Mereka terkadang punya cara masing-masing untuk mengekspresikan kasih sayang.

"Perutku sakit banget kak, kayaknya aku perlu ke kamar mandi."

Jin berdiri dari duduknya, melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Beberapa saat Sea terlarut dalam lamunan panjangnya, namun seketika sadar saat Jin sudah berdiri di depan pintu. Dengan tergesa gadis itu berlari menyusul Jin dan memblokir jalannya. Membuat tanda 'dilarang masuk' dengan kedua tangan. Jin menyipitkan mata, merasa heran dengan tingkah Sea hari ini.

"Kamar mandiku lagi rusak, kamu ga bisa masuk."

Melihat wajah Sea yang gelisah, Jin justru sangat gigih untuk menggodanya, "Kenapa? Kamu aneh banget deh daritadi. Apa mungkin kamu nyembunyiin cowok ya disana?"

Walau Jin hanya bercanda dan tentunya ia hanya menduga-duga, hal itu membuat Sea semakin khawatir karena apa yang dikatakan oleh Jin benar adanya. Gadis itu memutar bola matanya, berusaha mencari alasan lain namun otaknya mendadak bebal tidak bisa bekerja sama dengan baik.

Pikirkan sebuah naskah yang pernah kau baca Sea Jane.

Jin yang sudah tidak bisa menahan hasrat untuk mengeluarkan isi perutnya segera menyingkirkan Sea. Posisi gadis itu bergeser beberapa senti, memberi akses pada Jin untuk membuka pintu kamar mandi.

Bak sedang berlomba siapa cepat ia dapat, keduanya memegang knop pintu secara bersamaan. Jin yang berusaha membukanya, dan Sea yang berusaha keras juga untuk menutupnya. Pertempuran sengit itu dimenangkan oleh Nam Jin.

"Kamu kenapa sih kak? Perutku beneran sakit sekarang. Apa kamu mau ikut buang air bareng, hah?"

Jin menoleh, matanya menangkap sosok seorang pria tengah berada di dalam kamar mandi. Ia terkejut bukan main. Perutnya mendadak tidak sakit. Jin perlahan berjalan mundur. Mulutnya menganga, seperti ingin mengatakan sesuatu namun tidak bisa.

Ia terus menunjuk ke arah Ethan dengan tatapan takut dan terkejut hingga suaranya perlahan hilang. Sea tak kalah kaget ketika melihat Jin tiba-tiba ambruk dan tidak sadarkan diri.

_________________________________________________

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

163K 5.7K 42
❝ if I knew that i'd end up with you then I would've been pretended we were together. ❞ She stares at me, all the air in my lungs stuck in my throat...
180K 4.8K 42
" She is my wife, stay away from her!" " Keep trying she will remain mine. " " Show me your scars, I want to see how many times you needed...
1.8M 60.5K 73
In which the reader from our universe gets added to the UA staff chat For reasons the humor will be the same in both dimensions Dark Humor- Read at...
318K 9.6K 101
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...